Menulis cerita adalah kegiatan yang banyak dilakukan semua orang. Di sekolah, anak-anak ditugaskan untuk menulis cerita. Namun, tidak semua orang mampu menulis cerita dengan baik. Seorang penulis pun bisa mengalami writer’s block. Writer’s block (kebuntuan penulis) adalah keadaan penulis yang mengalami ketidakmampuan dalam menulis/melanjutkan cerita.
Writer’s block sering terjadi saat penulis kehilangan arah atau kehabisan kosakata dalam bercerita. Salah satu cara mengatasinya adalah mengikuti saran para penulis ternama yaitu dengan membaca cerita orang lain. Kebanyakan dari kita membutuhkan seorang role model (panutan) dalam proses kegiatan menulis. Salah satu penulis terkenal yang akan dibahas adalah Haruki Murakami.
Siapa yang tidak kenal Haruki Murakami? Ia adalah seorang penulis ternama asal Jepang yang telah mendunia. Ia juga digadang-gadang akan mendapat penghargaan Nobel Prize. Banyak karyanya yang menjadi best seller internasional dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti “Norwegian Wood”, “IQ84”, dan “Kafka On The Shore”. Selain menulis novel, Haruki Murakami juga banyak menulis cerita pendek, salah satunya berjudul “Tersesat di Kota Kucing”.
Perjalanan Menulis yang Haruki Murakami Alami
Pada dasarnya, setiap penulis memiliki karakteristik unik dalam menulis cerita. Hal ini terjadi karena setiap penulis memiliki referensi masing-masing dalam menggali ide. Karakter tersebut tidak terjadi begitu saja. Seorang penulis perlu melewati perjalanan panjang dalam mencari karakteristik tulisannya. Begitu pula dengan Haruki Murakami.
Haruki Murakami banyak membagikan tips menulis. Memiliki gaya penceritaan yang unik, Haruki Murakami tidak hanya menulis cerita sesuai keinginannya saja. Ia banyak melakukan kegiatan demi menunjang kapasitasnya sebagai seorang penulis. Pengalaman tersebut ia tuliskan dalam memoarnya yang berjudul “What I Talk About When I Talk About Running“.
Dalam buku tersebut, Haruki Murakami mengatakan bahwa menulis adalah pekerjaan yang berat karena menimbulkan beban fisik dan psikis. Penulis dituntut untuk duduk diam selama berjam-jam di ruangan tertutup sehingga akan mempengaruhi kesehatan. Mereka juga mudah mengalami gangguan mental akibat dari cerita yang mereka tulis sendiri. Penulis akan merasa tenggelam dalam ceritanya sendiri hingga pikirannya mudah terbawa. Karena itu, menulis memerlukan ketahanan, baik secara fisik maupun mental.
Rutinitas yang Disiplin hingga Teknik Tak Biasa
Selain menjadi penulis, Haruki Murakami juga menjadi seorang pelari. Ia mengikuti berbagai perlombaan lari jarak jauh sehingga mendapat berbagai keuntungan dari olahraga ini. Dengan berlari, ia memiliki fisik yang sehat yang membuatnya tahan duduk berjam-jam ketika menulis cerita. Seperti pepatah, ‘di dalam fisik yang kuat terdapat jiwa yang sehat‘. Hal ini bisa menghindarkan Haruki Murakami dari mental yang terganggu.
Ada yang unik dari teknik menulis Haruki Murakami. Ia mengungkapkan bahwa sering membuat cerita tanpa alur. Ia lebih memilih ‘mengikuti’ arus, yakni membiarkan tokohnya untuk mengalir begitu saja. Selain itu, ia sering penasaran dengan akhir ceritanya.
Haruki Murakami adalah pribadi yang disiplin. Dalam buku “What I Talk About When I Talk About Running”, ia memiliki rutinitas harian yang membantunya dalam kegiatan menulis. Ia bangun pada jam lima pagi, mulai menulis pada jam sepuluh atau sebelas pagi, berlari pada sore hari, dan tidur pada jam sepuluh malam. Rutinitas akan membantu kita mencapai tujuan dan setiap orang bisa merancang rutinitas.
Komitmen Penulis
Sebagai penulis, Haruki Murakami mengakui bahwa ia menulis bukan karena ‘bisa’, melainkan karena berusaha. Ia tidak terlahir menjadi seorang penulis, bahkan baru memulai untuk menulis ketika berusia 30 tahun. Ia juga mengakui sebagai tipe orang yang melakukan sesuatu hanya karena ‘ingin’. Haruki Murakami mendapat keinginan menulis begitu saja ketika ia berbaring di lapangan dan segera membeli berbagai peralatan untuk menulis.
Semasa muda, Haruki Murakami memiliki dan mengelola bar seorang diri yang sukses karena saat itu tidak banyak pesaing. Ketika berkomitmen untuk menulis, ia menutup bar demi fokus dalam menulis. Ia merasa tidak akan fokus untuk menulis jika mengurus berbagai hal sekaligus. Fokus adalah bagian penting dalam menulis. Selain itu, ia berkata bahwa kita tidak akan bisa menulis jika tidak tahan duduk dan menulis selama berjam-jam.
Bagi Haruki Murakami, ketahanan, fokus, dan rutinitas sangat diperlukan oleh penulis. Menulis adalah perjalanan panjang dan tak mudah karena memerlukan kerja keras. Setiap penulis memiliki gaya bercerita masing-masing sebagai hasil dari perjalanan panjang yang mereka jalani dalam dunia kepenulisan.
Baca Juga: “Liminalis”: Langkah Pertama Sineas Muda UKMF Satu Layar
Penulis: Aisyah Muthmainah
Editor: Laksita Gati Widadi