Sesuai dengan motto Literat, “Kabarkan kebenaran!” Motto yang membangunkan saya supaya lebih melek lagi melihat bagaimana berita dan informasi terbaru bisa menggemparkan masyarakat. Belum lagi tulisan rubrik yang memuat informasi inspiratif dan menggugah telah membawa pembaca mencicipi rasa baru ketika menerima pengetahuan. Tulisan-tulisan tersebut ditulis oleh para jurnalis yang luar biasa! Sebuah tulisan yang selalu membuat pembaca tersihir dengan alur informatif, gaya bahasa yang sederhana, tetapi faktual.
Di sinilah kita tahu bahwa artikel kepenulisan jurnalistik bukan hanya menyajikan berita panas maupun informasi baku. Lebih dari itu, jurnalis harus memiliki gaya bahasa khas yang membedakan karyanya dengan yang lain. Seperti contoh, artikel rubrik milik jurnalis senior Leila S. Chudori dalam majalah Tempo. Ia menuliskan sebuah resensi film dalam judul The Mauritanian: Buku Harian Berdarah dari Guantanamo. Dalam artikelnya, Leila tidak hanya mengulas betapa jeniusnya film karya Kevin Mcdonald tersebut, tetapi menghadirkannya dengan narasi yang mengalir, deskriptif, dan sedikit sentuhan puitis. Ia menulis:
“… Tragedi ini membuat Amerika Serikat dan Inggris menjadi negara-negara yang agresif, ganas, dan murka.”
Lewat gaya bahasa yang khas, Leila telah menunjukkan bahwa sebuah artikel resensi bisa ditulis dengan unik, di samping menyelipkan fakta dan tetap objektif.
Selain itu, jurnalis juga perlu memperhatikan beberapa elemen penting saat menulis sebuah artikel. Elemen-elemen tersebut telah dikenalkan oleh Bill Kovach, seorang jurnalis Amerika dan kurator di Nieman Foundation, Universitas Harvard. Ia telah menulis sebuah mahakarya bersama temannya, Tom Rosenstiel. Keduanya menulis buku berjudul The Elements of Journalism. Uniknya, ada satu hal yang membuat saya tertarik pada buku ini, tulisan di bawah judul besarnya: What Newspeople Should Know and the Public Should Expect. Di dalamnya, Kovach dan Rosenstiel menggambarkan sembilan prinsip jurnalistik, antara lain:
- Kewajiban utama jurnalisme adalah kebenaran.
- Kesetiaan utamanya adalah kepada warga negara.
- Esensinya adalah disiplin verifikasi.
- Para praktisinya harus menjaga kemandirian dari pihak yang mereka liput.
- Ia harus berfungsi sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan.
- Ia harus menyediakan forum untuk kritik publik dan kompromi.
- Ia harus berupaya menjadikan hal-hal penting menjadi menarik dan relevan.
- Ia harus menjaga berita tetap komprehensif dan proporsional.
- Para praktisinya harus diizinkan untuk menjalankan hati nurani pribadi mereka.
Dari kesembilan elemen ini, poin pertama menjadi perhatian besar bagi saya. Poin tersebut menekankan pada kebenaran (the truth) dalam konteks fakta dan data yang sebenarnya. Merujuk pada fakta dalam dunia jurnalistik yang harus disampaikan secara efektif kepada pembaca yang merupakan syarat mutlak dalam sebuah berita maupun tulisan artikel.
Baca juga: Tips Menulis Cerita Ala Haruki Murakami
Earl English dan Clarence Hach, dalam bukunya Scholastic Journalism, menjelaskan dua pengertian fakta. Pertama, fakta adalah sesuatu yang sungguh terjadi. Kedua, fakta adalah sesuatu yang sangat benar. Elemen ini perlu dibungkus ke dalam gaya bahasa jurnalistik yang mudah dipahami, objektif, sederhana, dan tidak multitafsir. Contohnya dapat dilihat dalam berita Kompas berjudul Tokoh Bengkulu Minta Hentikan Narasi Pulau Enggano Baik-baik Saja (edisi digital, 2 Juli 2025). Dalam artikel ini, jurnalis memberitakan keadaan Pulau Enggano yang tidak baik-baik saja. Faktanya, masyarakat di sana membutuhkan listrik untuk menggerakkan dan menghidupkan peralatan bantuan di sekitarnya.
“Muspani juga mengkritisi terbatasnya pasokan listrik di Pulau Enggano, yang mengalami pemadaman setiap hari di tengah janji-janji yang hanya tertulis di atas kertas.”
Kutipan tersebut memperlihatkan gaya penulisan yang lugas, serta mudah dipahami oleh pembaca. Bukan hanya itu, jurnalisnya pun menambahkan sebuah kutipan dari narasumber:
“Sebab yang dibutuhkan warga adalah listrik yang menyala, kapal yang berlayar, dan kehidupan yang bergerak. Enggano tidak baik-baik saja. Dan kita semua tahu itu. Pertanyaannya: apakah Pemerintah Provinsi Bengkulu masih mau pura-pura tidak tahu?” ungkap Muspani.”
Kutipan narasumber dapat menekankan kebenaran yang bisa diverifikasi, sesuai dengan elemen dasar jurnalistik Kovach di poin pertamanya. Dengan gaya penulisan semacam ini, berita tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi menyuguhkan fakta, tanpa diksi yang hiperbola, disusun dengan kalimat-kalimat objektif dan mudah dipahami.
Lebih dari sekadar menyampaikan informasi, jurnalis harus mampu menuliskan informasi, berita, maupun suatu fenomena dengan gaya bahasa yang mampu menggugah para pembaca, mengalir, tetapi tetap faktual. Sembilan elemen yang telah diungkap Kovach dan Rosenstiel, terutama soal prinsip menyampaikan kebenaran, menjadi pengingat penting bahwa jurnalisme tidak hanya mengabarkan suatu kejadian dan kebenaran, tetapi soal memberi makna, empati, dan kesadaran akan realitas yang sebenarnya.
Penulis: Icha Nur Octavianissa
Editor: Nabilla Putri Nurafifah