Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan teknologi, khususnya kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), telah memasuki hampir semua lini kehidupan manusia. Di ranah pendidikan, AI bukan lagi sekadar topik diskusi futuristik, melainkan sudah menjadi bagian dari keseharian mahasiswa dan pelajar. Berbagai aplikasi berbasis AI, seperti ChatGPT, DeepSeek, hingga Perplexity kini menjadi “asisten virtual” yang setia menemani proses belajar, mulai dari menyelesaikan tugas kuliah, menyusun esai, membuat kerangka presentasi, bahkan melakukan analisis data sederhana.
Fenomena ini memberikan warna baru dalam proses akademik. Seperti yang disampaikan Rifky (2024) dalam Indonesian Journal of Multidisciplinary on Social and Technology, penggunaan AI di pendidikan tinggi dapat menjadi sarana efektif untuk mempercepat pencarian informasi, membantu penulisan akademik, dan memperluas wawasan mahasiswa. Dengan bimbingan yang tepat, AI dapat berfungsi layaknya tutor pribadi yang selalu siap membantu.
Baca Juga: Suara Warga Sukahaji di Satreskrim Bandung: Bebaskan Saudara Kami – Literat
Sejalan dengan itu, salah satu mahasiswa Teknologi Pendidikan mengungkapkan bahwa AI sangat efektif dalam menunjang proses akademik. Menurutnya, banyak mahasiswa memanfaatkan AI untuk merangkum materi, menjawab soal, atau menyusun kerangka tugas. Hal ini jelas meringankan beban belajar dan menghemat waktu. “Namun, pemanfaatannya harus bijak agar tidak menurunkan kemampuan berpikir kritis. AI seharusnya menjadi alat bantu, bukan pengganti proses belajar itu sendiri,” ujarnya (FTMM UNAIR, 2024).
Manfaat Nyata AI bagi Mahasiswa
Tidak dapat dipungkiri, AI membuka peluang besar dalam meningkatkan efisiensi belajar. Beberapa manfaat yang sering dirasakan mahasiswa antara lain:
- Akses informasi yang cepat dan terstruktur. Mahasiswa dapat memperoleh ringkasan materi dari sumber yang luas dalam hitungan detik.
- Pendamping riset dan penulisan akademik. AI dapat membantu menyusun kerangka tulisan, memeriksa tata bahasa, dan memberikan ide pengembangan argumen.
- Pemahaman konsep yang kompleks. Melalui penjelasan interaktif, AI mampu mempermudah pemahaman materi yang sebelumnya sulit dicerna.
Salah satu mahasiswa Teknologi Pendidikan juga menuturkan pengalamannya dalam menggunakan AI di dunia akademik. “Menurut sudut pandang aku sebagai mahasiswa Teknologi Pendidikan, perkembangan AI saat ini sangat efektif dalam membantu proses akademik. Banyak dari kita menggunakan AI untuk merangkum materi, menjawab soal, atau bahkan menyusun kerangka tugas. Hal ini tentu sangat meringankan beban belajar dan menghemat waktu. Namun, pemanfaatannya harus bijak agar tidak menurunkan kemampuan berpikir kritis. AI seharusnya menjadi alat bantu, bukan pengganti proses belajar itu sendiri. Dengan penggunaan yang tepat, AI bisa jadi solusi cerdas dalam menunjang studi, terutama dalam memahami konsep yang sulit atau mempercepat proses riset dan penulisan akademik,” Ujar salah satu mahasiswa Teknologi Pendidikan. Dengan kemampuan ini, AI tidak hanya mempercepat proses belajar, tetapi juga berpotensi meningkatkan kualitas hasil akademik jika digunakan dengan pendekatan yang tepat.
Baca Juga: Antara Cita dan Fakta: Potret Ketimpangan Pendidikan di Indonesia – Literat
Risiko dan Tantangan Penggunaan AI
Meski membawa manfaat, penggunaan AI di dunia pendidikan juga memunculkan kekhawatiran. Rifky (2024) menyoroti adanya risiko ketergantungan yang berlebihan pada teknologi. Ketika mahasiswa hanya mengandalkan AI untuk menyelesaikan tugas, proses berpikir kritis yang seharusnya berkembang justru bisa terhambat. Hal ini membuat pembelajaran berubah menjadi sekadar formalitas, bukan lagi ruang eksplorasi ide dan kreativitas.
Kekhawatiran ini semakin relevan mengingat sebagian mahasiswa mulai menggunakan AI sebagai “jalan pintas” untuk menyelesaikan pekerjaan akademik tanpa benar-benar memahami materi. Jika tren ini terus berlanjut, kemampuan problem solving, analisis, dan inovasi bisa menurun drastis.
Pertanyaannya bukan lagi “perlu atau tidak menggunakan AI?”, AI seharusnya menjadi alat pemberdayaan, bukan pengganti proses belajar itu sendiri. Mahasiswa perlu diajak untuk mengembangkan literasi digital dan etika penggunaan teknologi, agar AI benar-benar menjadi mitra belajar yang mendukung, bukan merugikan.
AI seharusnya menjadi alat pemberdayaan, bukan pengganti proses belajar itu sendiri. Mahasiswa perlu diajak untuk mengembangkan literasi digital dan etika penggunaan teknologi, agar AI benar-benar menjadi mitra belajar yang mendukung, bukan merugikan.
Baca Juga: Sang Burung Merak yang Melegenda: Menilik Jejak Kehidupan W.S. Rendra – Literat
Dengan pemanfaatan yang tepat, AI berpotensi besar untuk menciptakan generasi pembelajar yang adaptif, kreatif, dan siap menghadapi tantangan global. Namun, tanpa kesadaran kritis, teknologi ini bisa menjadi pedang bermata dua memberikan kemudahan di satu sisi, tapi mengikis daya pikir di sisi lain. Tetapi “bagaimana kita menggunakannya secara cerdas dan bertanggung jawab?”.
Penulis: Meidita Sari
Editor: Rifa Nabila