Meski menurut data terbaru yang dirilis oleh UNESCO mengatakan bahwa minat baca orang Indonesia hanya 0,001 persen, tidak menutup kemungkinan jika orang Indonesia sebenarnya lebih gemar menulis daripada membaca. Sekali buka Instagram dan menengok beberapa kilas cerita teman di beranda, sudah banyak kisah yang mereka bagikan. Ada yang dibuat dalam bentuk caption, quotes, maupun vlog pendek. Hal ini bisa mengindikasikan kalau orang Indonesia memang lebih senang menulis, tetapi mungkin tidak dengan membaca. Selain itu, banyak juga yang hanya senang menggulir-gulir layar gawai tanpa benar-benar membaca caption postingan sampai selesai.
Dunia Siber/Platform Online sebagai Penghasil Karya
Kebiasaan ini ternyata menciptakan sebuah kultur di dunia siber/cyber (internet) untuk menghasilkan banyak orang yang suka meng-upload karya tulisnya di media sosial. Para pembuat platform online, sebut saja seperti Mark Zuckerberg, telah memberikan fasilitas untuk berbagi cerita lewat berbagai jenis media sosial. Lambat laun, ide briliannya dikembangkan dengan sangat baik oleh pembuat platform online lain sehingga muncul ide: mengapa tidak membuat platform khusus untuk para penulis?
Maka di tahun 2006, Allen Lau dan Ivan Yuen menciptakan sebuah platform online yang kini digunakan 500 juta pengguna aktif untuk menulis dan membaca karya sastra, yaitu Wattpad. Platform ini sengaja didirikan untuk membuat komunitas baca, serta menghapus penghalang komunikasi antara pembaca dan penulis. Benar saja, platform ini telah menghasilkan banyak karya sastra populer, terutama sastra indi yang disebarkan tanpa melewati proses seleksi dan kurasi yang ketat dari penerbit mayor. Tentunya, kebijakan tersebut menjadi angin segar dan kesempatan emas bagi penulis pemula untuk membagikan ceritanya.
Melihat kesempatan yang besar, akhirnya banyak para penulis yang mulai membidik berbagai macam platform online untuk mengunggah karya tulis mereka, seperti Medium, Scribophile, Royal Road, Inkitt, dan lainnya. Erisca Febriani, yang menarasikan kehidupan romansa anak SMA, mengawali jejak kepenulisannya di Wattpad dengan sebuah karya yang berjudul “Dear Nathan”. Cerita ini disajikan dengan alur ringan yang tetap menarik perhatian pembaca, barangkali memang kisahnya merepresentasikan keadaan zaman sekarang. Karyanya banyak digemari anak remaja karena mengangkat tema percintaan yang ringan tetapi emosional. Hal ini tentunya menjadi salah satu ciri khas gaya bahasa sastra indi yang mengedepankan nuansa jujur dan intens.
Dampak Platform Online terhadap Sastra
Keberadaan platform online seperti Wattpad, Medium, dan lainnya telah membawa dampak besar bagi perkembangan sastra indi. Sebelumnya, karya sastra indi seringkali hanya beredar di lingkup kecil, seperti zine komunitas, blog pribadi, atau selebaran. Tak jarang orang-orang masih menganggap sebelah mata terhadap karya sastra indi. Namun, melalui media siber, karya-karya ini kini dapat dijangkau oleh pembaca secara luas. Kemudahan akses dari platform siber memungkinkan siapa saja untuk membaca atau bahkan mendukung karya tersebut dengan cara yang sederhana, seperti memberikan komentar atau membagikan tautan cerita ke teman. Bukan hanya itu, dunia siber juga telah mendorong para penulis sastra indi untuk membangun komunikasi intens dengan pembacanya. Hal ini didorong oleh penyediaan fitur like, komentar, maupun polling. Fenomena ini membuat sastra indi lebih eksis terhadap tren.
Contohnya Royal Road yang telah melahirkan berbagai karya fiksi spekulatif yang mungkin dianggap terlalu niche untuk diterbitkan penerbit besar. Sedangkan Inkitt telah memberikan peluang besar untuk para penulis mendapatkan kontrak penerbitan yang didasari pada popularitas karya mereka. Hal ini membuktikan bahwa sastra indi bisa bertahan di tengah dominasi pasar penerbit mayor (seperti Gramedia, Bentang Pustaka, dan Mizan) lewat media siber sebagai panggung baru bagi suara para penulis indi yang sebelumnya sulit didengar.
Kemunculan dunia siber sebagai ruang publikasi untuk bebas berekspresi dan berimajinasi telah membuka peluang baru bagi perkembangan sastra indi. Dengan segala kebebasan yang ditawarkan, media ini mendorong para penulis untuk terus bereksperimen dengan gaya bahasa, tema, dan bentuk penyajian. Di sisi lain, karya sastra indi yang tersebar luas di internet membuktikan bahwa kreativitas dan kebebasan berkarya dapat hidup berdampingan sehingga menciptakan warna baru dalam dunia sastra modern.
Penulis: Icha Nur Octavianissa
Editor: Laksita Gati Widadi
Baca Juga: Pemintal Kegelapan: Menjelajahi Kegelapan dan Harapan dalam Cerpen Intan Paramaditha