Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) melakukan aksi di depan gerbang utama kampus saat aksi pada 1 September 2025.

Mahasiswa UPI Tetap Beraksi di Tengah Banyak Intimidasi

Pada 1 September 2025, sekumpulan mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) melakukan aksi mimbar di depan gerbang utama kampus. Di bawah terik matahari, mereka mencuri perhatian pengguna jalan dngan tulisan dan gambar propaganda yang diangkat tinggi.

Sejak 25 Agustus 2025, beberapa daerah sedang panas dengan aksi demonstrasi merespons kenaikan gaji DPR yang terus melambung. Puncaknya terjadi pada 28 Agustus 2025 ketika kawan kita, Affan Kurniawan, menjadi korban dari represifitas aparat hingga  meninggal dunia. Hal tersebut memantik lebih banyak daerah untuk melakukan aksi yang lebih besar, termasuk di Kota Bandung.

Pascaaksi 29 Agustus, situasi Kota Bandung menjadi lebih panas dari biasanya. Banyak penjagaan dilakukan aparat. Sementara itu,  semakin banyak penyebaran informasi yang mencekam terkait pencarian massa aksi. Ditambah pula dengan kabar yang menyebutkan mahasiswa UPI tertangkap dan ada yang menjadi korban kekerasan aparat. Tentunya, kecemasan dan ketakutan tidak bisa dihindarkan sehingga menyusup ke sela-sela tempat tinggal mahasiswa UPI. Semua menjadi tidak tenang.

Banyak kampus dan sekolah mengalihkan pembelajaran ke daring karena situasi yang belum terkendali. Tidak seperti biasanya, Kampus UPI menjadi sepi. Namun, hal tersebut tidak melemahkan semangat juang dari kawan-kawan UPI. Mereka tetap memperjuangkan hak rakyat, menuntut keadilan untuk kawan UPI yang menjadi korban, dan mengecam militer yang memasuki wilayah kampus. Hal tersebut disampaikan Ido, anggota FMN UPI yang ikut ke barisan massa aksi.

“Aksi yang dilakukan pada hari ini, bertujuan untuk memberi ruang bagi mahasiswa UPI agar tetap bisa menyuarakan keresahannya dan menjaga semangat perjuangan rakyat agar tetap membara di tengah situasi yang penuh intimidasi dari aparat. Selain itu, aksi ini juga untuk menyikapi mahasiswa UPI yang terkena represifitas dari aparat. Aksi ini dilakukan dengan damai untuk tetap memberitahukan ke masyarakat luas tentang apa yang terjadi pada negara kita hari ini,” ujar Ido.

Di awal September, aksi mahasiswa ini direspons baik oleh masyarakat. Beberapa pengendara ikut menyemangati kawan-kawan UPI. Selain itu, beberapa masyarakat turut memberikan sumbangan makanan dan minuman.

“Alhamdulilah terkumpul beberapa donasi mungkin itu yang bisa menjadi bantuan sedikitnya dan ditambah mahasiswa UPI juga perlu diberikan atensi karena beberapa hari kemarin kita sering dengar UPI dicari intel dan segala rupa. Aksi solidaritas ini, berupa makanan dan kopi, bisa menjaga semangat teman-teman dalam mengawal demokrasi,” jelas Azka dari kolektif Keluarga Mahasiswa Kota Cimahi yang pada saat itu ikut menyumbangkan solidaritas makanan.

Baca Juga: Suara Warga Sukahaji di Satreskrim Bandung: Bebaskan Saudara Kami

Fotografer dan Penulis: Desi Fitriani
Editor: Laksita Gati Widadi