FIKSI MINI
Orientasi Siap dan Pengenalan Kampus
Segala keresahan menyibukkan diri selama beberapa hari. Mulai dari; memangkas rumput malas di kepala, mencari rekan yang tahu betapa menyebalkan dari setiap kesiapan dan sudah pasti menyiapkan kata ‘baik’ yang berarti terpaksa. Jika saja barang sebentar tak memikirkan batu yang bisa meloncat, mungkin ia tak akan mencari beberapa arti jika diam itu emas. Eh, was-was. Dari setiap sudut pandang tentang mengambil sikap untuk tidak siap dan mencari kamus tentang makna menjadi mahasiswa. Oh, suara. Apakah dalam petisi ada suara anjing-anjing yang menyalak? Atau bahkan ada peti tua yang berisi pengalaman untuk selalu membandingkan? Masa lalu sudah hilang sebagai siswa, oh begitu ya, betapa perlunya jadi maha. Tapi yang segala maha ada di dalam dan banyak makna. Senior, permisi.
Posisi Duduk
Kursi mana yang paling nyaman untuk pegal? Apakah memang di ruangan itu setiap manusia bisa ditafsirkan lewat siapa yang duduk di depan atau di belakang? Bukankah selama ini seseorang bisa tidur dalam posisi berdiri? Seperti orang-orang penting yang bisa menunjuk kekalahan sementara ia tegak dengan kekuasaan? Kenyamanan yang bisa menopang segala suara-suara yang berisik. Maka, izinkan saya duduk selonjoran di tengah tanpa kursi. Bayang-bayang yang tak pernah didengarkan. Silakan digelar pementasan sandiwaranya, pak/bu!
Untuk Kebiasaan Malas
Aku masih tak bisa beranjak dari jarak kemampuan mengenal bakat. Wajar. Empat hal penting antara lain; makan-minum, toilet, dan tidur. Oh! Ditambah olahraga supaya sehat. Eh! Belum cukup tanpa renungan. Ya! Merenung, tepat sekali. Apakah aku bisa menghargai diri sendiri? Astaga! Aku sudah bisa masuk unit kegiatan mandiri tanpa menyusahkan siapapun. Jadi lima ternyata, seperti duduk bersila membaca pancaindra.
Malam Kecanggungan
Untuk pengenalan yang hitam seperti malam, ia perlu menginap di Villa. Sementara itu, sebelumnya ia tak pernah mempunyai niatan untuk pergi ke tempat ramai. Nampaknya dari usil salah satu saudaranya, ia dianjurkan untuk ikut supaya lebih mengenal secara dekat teman sekelas. Siapa tau dapat jodoh, rekan atau bahkan orang-orang yang menjengkelkan, kata saudaranya. Malam itu, ia dimarahi habis-habisan oleh orang tuanya. Suasana memang sudah canggung di rumah setiap malam. Mungkin dengan ketidakhadirannya bisa menjadi pengenalan yang baik karena sempat janji, tetapi tidak datang. Setiap hari, suasana memang sudah canggung di kelas.
Baca juga : Cinta yang Mencekik di Balik Senyum Maringgih yang Picik
Penulis : Decky Medani
Editor : Wulan Sari