Di Kala ‘Sampah’ Memiliki Konotasi Negatif, Kelompok Introvert Menjadikannya Sebuah Karya

Di Kala ‘Sampah’ Memiliki Konotasi Negatif, Kelompok Introvert Menjadikannya Sebuah Karya

Pameran seni bertajuk Singlar of Quisquilla “Sampah sebagai Proses Penyadaran Diri” yang diselenggarakan oleh Kelompok Introvert menampilkan berbagai karya dengan sampah sebagai temanya. Pameran yang menampilkan kurang lebih 18 karya dari beberapa seniman tersebut digelar di Kandang Ayam Creative Space, Terminal Ledeng, Jl. Dr. Setiabudi, Kota Bandung.

Pada Sabtu, 15 April tepatnya pada pukul 16.30 WIB pameran dibuka oleh Rizal sebagai pembawa acara, yang juga merupakan bagian dari Kelompok Introvert. Rizal menyampaikan rasa terima kasihnya kepada seluruh elemen yang telah mendukung pameran dan juga kepada para pengunjung yang telah bersedia hadir.

Beberapa karya seni yang ditampilkan di antaranya adalah karya Abdul Aziz berjudul “Melihat, Mendengar, Mencari” dengan generative art sebagai medianya, foto-foto karya Syamil Hilminiandra dengan judul “Kukira Chitato Ternyata Photo” dengan media photo on roll paper, serta beberapa instalasi seperti karya Decky Medani dengan judul “Seseorang Pulang Ke Palung Lubang,” dan berbagai karya lainnya.

Fatih Jagad Raya, lulusan Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia 2023, sebagai kurator menyampaikan bahwa pameran ini menampilkan sejumlah karya seni menggunakan media yang beragam. Fatih juga menyampaikan bahwa meskipun pameran ini raw (mentah), ia tetap ingin pameran diselenggarakan dengan serius.

“Jumlah pameran teh kalo enggak salah ada 18. Ada lukisan dengan media yang bukan konvensional kayak karya Bano yang dilukis tapi menggunakan semen juga. Banyaknya karya instalasi dan video, karena basic mereka tuh bikin video,” ujar Fatih.

Fatih berkata bahwasanya pemilihan sampah sebagai tema diambil karena sampah telah menjadi polusi di seluruh dunia sehingga Kelompok Introvert ingin menjadikan hal tersebut sebagai sesuatu yang indah, bisa dipamerkan, dan berguna.

Pada dunia industri di mana segalanya harus dibeli, pameran ini menaruh sebuah ironi. Dengan tema yang dibawa, Kelompok Introvert seakan-akan menggambarkan bagaimana dunia industri mengubah manusia menjadi konsumtif dalam segala hal. Termasuk dalam seni.

Pameran yang berlangsung dari 15-16 April ini berlokasi di tempat yang tidak biasa. Dalam artian, tidak diselenggarakan di tempat biasanya suatu pameran terlaksana. Pemilihan Kandang Ayam sebagai lokasi pameran secara tidak langsung merepresentasikan bahwa pameran tidak harus dilangsungkan di tempat yang itu-itu saja, seperti yang disampaikan oleh salah satu pengunjung.

“Kalo menurut aku, sih, berarti ini tuh merepresentasikan bahwa karya tuh enggak harus di tempat yang oke banget. Dan dengan tempat yang kayak gini aja malah jadi lebih arsty juga, kan?” ujar Safitri, mahasiswi Itenas, salah satu pengunjung pameran.

Selain itu, Jimmy Qolbu yang merupakan anggota dari Kelompok Introvert sekaligus salah satu seniman di pameran ini menegaskan perihal pemberdayaan sumber daya yang dimaksimalkan secara tepat, salah satunya perihal tempat yang dipakai untuk melaksanakan pameran kali ini.

Secara pameran, Kelompok Introvert menekankan pada pemberdayaan sumber daya yang dimaksimalkan. Seperti penggunaan tempat, di kandang ayam bukan berarti tempat yang tidak layak, tapi bagaimana temen-temen saat membuat ruang itu menjadi suatu galeri yang nilai dan esensinya tetap sama.

Jimmy juga menambahkan di mana secara keseluruhan pameran ini menjadi suatu pengalaman baru. Bagi semua elemen maupun Kelompok Introvert. Pameran ini juga bisa menjadi contoh positif bagi siapa saja yang ingin membuat suatu kegiatan dengan memberdayakan sumber daya dan ruang yang ada dengan maksimal.

Kedepannya, setelah bulan puasa, Kelompok Introvert berencana untuk kembali mengadakan pameran dengan lebih matang. Selain pameran karya-karya, di pameran ini juga terdapat Performance Art yang ditampilkan oleh Kelompok Introvert.


Penulis: Reihan Adilfhi Tafta Aunillah
Editor: Fazya Anindha Srizaky

Baca juga : 5 Rekomendasi Film Ekranisasi Edisi Perjuangan Perempuan