Artic, 2023.
Satu-satunya belahan bumi yang tidak memiliki zona waktu.
Dalam senyap, beku bumi mengajak mereka datang untuk seolah bisa menghentikan waktu.
Film “Sore: Istri dari Masa Depan” yang disutradarai oleh Yandy Laurens menghadirkan nuansa baru di perfilman Indonesia dengan cerdas menggabungkan elemen drama dan fantasi. Film ini berkisah tentang seorang perempuan bernama Sore (Sheila Dara) yang rela melakukan loop time travel–kembali ke masa lalu–untuk memperbaiki hidup suaminya, Jonathan (Dion Wiyoko).
Selain itu, film ini juga menyuguhkan kekayaan bahasa yang menarik untuk dikaji. Kehadiran beberapa bahasa dalam dialog menambah warna tersendiri dan memperkaya nuansa budaya dalam film sehingga menjadikan pengalaman menonton terasa lebih istimewa dan berbeda dari film kebanyakan.
Kekuatan Dialog dalam Menghidupkan Cerita
Tulisan ini berfokus pada sisi kebahasaan dalam dialog dan narasi film, sekaligus menggali pengalaman unik penonton. Salah satu dialog yang paling berkesan adalah ucapan Sore kepada Jonathan dalam bahasa Kroasia: “Da moram živjeti deset tisuća života, uvijek bih izabrala tebe,” yang artinya, “Jika aku harus menjalani sepuluh ribu kehidupan, aku akan selalu memilihmu.” Ungkapan ini bukan hanya romantis, tetapi juga menjadi inti dari hubungan dalam film, sebuah komitmen tulus dan abadi.
Meski memadukan bahasa Indonesia, Kroasia, dan Inggris, pesan film “Sore: Istri dari Masa Depan” tetap terasa jelas dan mudah dipahami tanpa mengurangi kedalaman cerita. Salah satu penonton, Gizvah, mengatakan, “Bahasanya gampang dipahami, meski ada beberapa bagian yang puitis dan terkesan seperti quotes.” Pendapat ini menunjukkan bahwa bahasa dalam film mengalir alami dan tidak membingungkan penonton.
Sementara itu, Bintang, penonton yang sudah menonton film ini sampai tiga kali, menambahkan, “Film ini gak janji semuanya akan baik-baik aja. Tapi dia ngajak kita jalanin bareng, walau akhirnya kita jalan sendirian.” Ucapannya menggambarkan bahwa dialog dan narasi film tidak hanya mudah dimengerti, tetapi juga mampu menyentuh perasaan secara mendalam.
Perjalanan Emosional Penonton lewat Film
Tidak hanya menawarkan cerita dan dialog yang kuat, tetapi film ini juga membangun beragam emosi bagi penonton. Tidak heran banyak penonton ingin menonton kembali supaya bisa memahami cerita dan merasakan emosi yang lebih dalam. Menurut Bintang, salah satu penonton, film ini seperti bekas luka yang saat disentuh bisa membuatnya tertawa sekaligus meneteskan air mata.
Baginya, hal itu menciptakan pengalaman emosional yang kuat dan unik, sehingga ia merasa sangat terhubung secara personal. Salah satu dialog yang sangat melekat di benaknya adalah, “Kamu sama aja egois kayak papa kamu.” Kalimat itu terasa tenang, tetapi juga penuh kekuatan, sehingga pergulatan batin itu terasa nyata.
Sementara itu, Haniya menonton dua kali untuk memahami lebih dalam. Saat penayangan pertama, ia fokus pada dialog antar tokoh, sementara saat menonton ulang, ia baru menyadari detail ekspresi dan gerak-gerik yang membuat film terasa lebih penuh makna dan emosional. Pengalamannya itu menunjukkan bahwa film ini mampu memberikan berbagai emosi, bergantung pada interpretasi pribadi mereka.
Dialog yang paling mengesankan Haniya adalah, “Orang berubah bukan karena rasa takut, tapi karena dicintai.” Kalimat ini membuka kesadaran bahwa cinta bisa menjadi energi penggerak untuk perubahan dalam diri seseorang. Selain itu, ada juga kata-kata yang selalu terulang dan sangat familiar bagi penonton film ini, yaitu, “Hai, aku Sore, istri kamu dari masa depan,” yang menjadi ciri khas film ini.
Musik sebagai Jiwa Film
Dalam film “Sore: Istri dari Masa Depan”, musik bukan hanya sekadar pengiring, tetapi juga menjadi jiwa yang menggerakan perasaan dan membentuk atmosfer. Salah satu momen paling menggetarkan adalah saat Sore dan Jonathan bersalaman. Adegan sederhana ini diperkuat oleh alunan lagu “Terbuang dalam Waktu” dari Barasuara yang hadir dengan aransemen orkestra penuh energi sekaligus kesedihan. Selain itu, ada juga lagu “Pancarona” yang berpadu sempurna dengan adegan dalam film.
Selain musik, sound design film ini juga sangat diperhatikan dengan suara-suara alami, seperti desiran angin, hembusan napas, hingga kesunyian Arktik yang membeku sehingga membangun suasana hening yang sarat makna. Kombinasi ini menjadikan puncak emosional yang sangat berkesan bagi penonton.
Sisa nafasku cinta tak kenal waktu
Menjagamu
-Terbuang dalam Waktu (Barasuara)
Baca Juga: Sekuel The Platform: Ketika Distopia Hanya Selangkah dari Realitas
Penulis: Alya Khairina Hartono
Editor: Laksita Gati Widadi




