Dulu, saya pernah menonton sebuah film berjudul “Breathless” karya Jean-Luc Godard. Saya men-‘cap’ film ini sebagai film ‘seadanya’ berdasarkan dua alasan. Pertama, pengambilan gambar yang apa adanya dan dilakukan seakan-akan tidak serius. Kedua, dialog-dialog dalam film yang kompleks seperti obrolan sehari-hari.
Akan tetapi, pandangan ‘seadanya’ ini menjadi poin plus bagi film tersebut. Pasalnya, saya jadi ikut masuk dan merasakan emosi tiap pemeran karena pembawaan yang apa adanya. Setelah saya telusuri, ternyata film tersebut merupakan salah satu anak kandung dari gerakan sinema French New Wave atau dalam Bahasa prancis disebut Nouvelle Vague.
French New Wave atau Nouvelle Vague dimulai pada tahun 1950-an dan awal 1960-an di Prancis. Diawali dari krisis finansial yang dialami industri film Prancis setelah Perang Dunia II. Ditambah produksi film tradisional yang mahal dan formulaik menimbulkan kemacetan dalam dunia sinema Prancis di tahun 1950-an. Selain itu, adanya pengaruh dan dominasi dari film-film Hollywood yang sudah menjadi pusat perfilman dunia membangkitkan perasaan nasionalisme dari industri film Prancis.
Pada saat yang sama, sekelompok kritikus film dan sineas yang terdiri dari Jean-Luc Godard, François Truffaut, dan Éric Rohmer menuliskan kegelisahan mereka mengenai studio film yang terlalu mengikuti struktur konvensional yang rigid dan mengekang kreativitas pembuatan film. Mereka menginginkan sesuatu yang lebih segar, eksperimental, dan lebih bebas secara artistik. Selain itu, mereka ingin film tidak hanya sekedar menjadi hiburan, tetapi juga menjadi jembatan bagi gagasan-gagasan intelektual mereka.
Baca juga: 5 Rekomendasi Film Lawas untuk Temani Liburan Kalian!
Ada beberapa garis besar keunikan karakteristik yang mendeskripsikan Gerakan French New Wave. Pertama, ada Cinéma Vérité (Sinema Kebenaran), di mana pengambilan gambar filmnya mengambil lokasi dengan meminimalkan penggunaan set serta pencahayaan alami yang seakan-akan mencoba menciptakan nuansa realisme dan spontanitas.
Lalu yang kedua, dialog mendalam. Artinya, film-film French New Wave seringkali memakai dialog-dialog kompleks, yang membuka jendela ke dalam pikiran setiap karakternya. Bahkan tak jarang membahas hal-hal filosofis dan emosi rumit yang memberikan banyak lapisan makna dari cerita filmnya.
Ketiga, Breaking the Fourth Wall. Yakni merusak hubungan antara film dan penonton, yang berarti karakter dalam filmnya seolah-olah berbicara langsung kepada penonton dan menyadari keberadaan penonton.
Lebih dari tiga hal tersebut, sebetulnya masih banyak karakteristik-karakteristik lain dari gerakan French New Wave. Seperti sinematografi yang eksperimental, narasi yang bebas, dan adegan-adegan yang berfokus pada momen-momen kecil, interaksi sosial, serta pengalaman pribadi seperti kehidupan sehari-hari. Tak jarang juga film-filmnya mencerminkan keterlibatan isu-isu sosial, politik, serta budaya pada zaman itu.
Ada beberapa tokoh kunci yang menjadi sorotan pada gerakan ini. Seperti François Truffaut dengan “The 400 Blows”-nya, Jean-Luc Godard dengan “Breathless”-nya, Agnès Varda dengan “Cleo from 5 to 7”-nya, serta Éric Rohmer dengan “My Night at Maud’s”-nya, dan masih banyak lagi.
Gerakan French New Wave ini tidak serta-merta muncul, hilang, dan terlupakan. Tetapi memiliki dampak yang signifikan pada dunia sinema. Seperti revitalisasi sinema Prancis yang membawa kebangkitan industri film Prancis secara efektif. Pergeseran paradigma dalam narasi film, dengan merombak cara cerita diarahkan yang memecah batasan-batasan naratif konvensional. Pemahaman film sebagai media artistik dan intelektual, serta menjadi jalan pembuka bagi sineas-sineas wanita untuk berkontribusi dalam industri film berkat Agnès Varda.
Selain itu, dampaknya juga mempengaruhi kebangkitan sinema independen di seluruh dunia. Mereka menunjukkan bahwa film dapat dibuat dengan anggaran rendah yang terjangkau dengan kreativitas tanpa batas. Berangkat dari sana, tidak berlebihan rasanya jika saya menyebutkan bahwa gerakan ini merupakan tonggak penting dalam sejarah sinema dan merubah pandangan kita tentang bagaimana kita memahami sinema.
Jika kalian adalah seseorang yang gemar menonton film karya-karya Martin Scorsese dan Quentin Tarantino. Maka kalian akan menggemari film-film dari gerakan French New Wave karena karya-karya mereka cukup dipengaruhi oleh film-film dari gerakan ini.
Penulis: Reihan Adilfhi Tafta Aunillah
Editor: Afifah Dwi Mufidah
Baca juga: Sayonara Crawl: Memaknai Cinta melalui Renang dan Gaya Bebas