Sinaugurasi Hima Satrasia 2025: Langkah Awal Mengenal Sastra dan Membangun Kolektif

Pada hari Minggu, 5 Oktober 2025, Subbidang Pengaderan Hima Satrasia FPBS UPI kembali mengadakan kegiatan Sinaugurasi untuk mahasiswa baru Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia serta Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Sinaugurasi atau Silaturahmi dan Inaugurasi adalah salah satu program kerja milik Subbidang Pengaderan Hima Satrasia FPBS UPI 2025 yang hadir setiap tahunnya. Kegiatan ini lahir sebagai tempat untuk mengenal dan mempererat silaturahmi antar mahasiswa baru Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia serta Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Dalam kegiatan Sinaugurasi ini, mahasiswa baru sebagai target utama diminta untuk menampilkan apresiasi sastra dengan keunikan kelompok mereka masing-masing. Setelah menentukan puisi, konsep, dan latihan berkali-kali bersama para pembimbingnya, akhirnya hasil kerja keras mereka ditampilkan di kegiatan ini.

Sinaugurasi: Tahap Pengenalan dan Pembentukan Identitas 

Ayu Tria Eka selaku Ketua Subbidang Pengaderan Hima Satrasia FPBS UPI 2025 mengatakan bahwa kegiatan Sinaugurasi ini merupakan langkah awal dari kaderisasi bagi mahasiswa baru. Program kerja ini pun telah diatur dalam Konstitusi GBPK milik Hima Satrasia FPBS UPI 2024.

“Kegiatan Sinaugurasi atau Silaturahmi Inaugurasi termasuk pada tahapan awal proses kaderisasi. Program kerja ini telah diatur dalam Konstitusi GBPK Hima Satrasia FPBS UPI 2024 Bab II tentang Pola Umum Program Kerja bagian B tentang Tujuan poin 1 yang berbunyi ‘meningkatkan daya nalar dan sikap ilmiah, mewadahi aktivitas pengembangan minat dan bakat, serta menunjang kegiatan akademik’,” ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa kegiatan Sinaugurasi bukanlah sekadar kegiatan formalitas tanpa tujuan. Namun, memiliki fungsi yang jelas dan bermanfaat untuk mahasiswa baru. Baik dalam akademik maupun hubungan relasi antar teman dan angkatan.

“Sinaugurasi penting karena berfungsi sebagai tahap integrasi dan pembentukan identitas awal mahasiswa baru dalam lingkungan akademik dan organisasi. Selain itu, agar terciptanya suasana kekeluargaan dan persaudaraan yang erat. Jadi, Sinaugurasi bukan sebuah kegiatan formalitas, melainkan sebagai strategi pembentukan karakter, relasi sosial, dan minat terhadap kegiatan ilmiah serta sastra di lingkungan Hima Satrasia,” tuturnya. 

Kenapa Karya Sastra Angkatan ‘66?

Bila Sinaugurasi tahun lalu penuh dengan puisi-puisi bertema Pujangga Baru, maka tahun ini Sinaugurasi kembali hadir dengan tema yang berbeda. Tema tahun ini diambil dari lanjutan periodisasi setelah Pujangga Baru, yaitu karya sastra angkatan ‘66. Ketua Subbidang Pengaderan selaku Ketua Pelaksana menyatakan bahwa tema ini diangkat sebagai bentuk pengenalan puisi-puisi yang ada di periode tersebut. 

“Tahun sebelumnya, kegiatan Sinaugurasi telah mengangkat tema Pujangga Baru, sehingga tahun ini diambil lanjutan periodisasinya. Selain itu, mahasiswa baru pada semester satu sedang mempelajari Sejarah Sastra Indonesia, khususnya tentang periodisasi sastra, sehingga tema Angkatan ’66 dipilih agar selaras dengan materi perkuliahan dan menjadi sarana pembelajaran yang kontekstual,” katanya.

Penampilan Sinaugurasi didominasi Tema Perlawanan, Kelompok 16: Hadir sebagai Penyegar

Karya sastra angkatan ‘66 memanglah erat kaitannya dengan keadaan politik Indonesia yang tidak kondusif saat itu. Penampilan dari para mahasiswa baru pun didominasi oleh puisi-puisi yang berisi perlawanan. Dari 17 kelompok yang tampil, 10 kelompok menampilkan puisi karya Taufiq Ismail dengan gaya dan konsep mereka masing-masing. Sisanya tetap menampilkan puisi yang bertema perlawanan dari kaum tertindas. Namun, ada satu kelompok yang tampil beda dari lainnya.

Baca juga: Pendidikan Karakter melalui Literasi: Upaya Hima Satrasia di Desa Pangauban

Kelompok 16 tampil memukau dengan puisi berjudul Senja karya Subagio Sastrowardoyo. Dalam balutan pakaian dominan putih dan sedikit sentuhan coklat, mereka memenuhi tempat kegiatan Sinaugurasi dengan penampilan yang menyegarkan. 

Farel yang merupakan anggota kelompok 16 menyebutkan bahwa kelompoknya sudah memprediksi akan banyak penampilan puisi tentang perlawanan. Maka dari itu, tema percintaanlah yang mereka pilih. 

“Soalnya dari awal kita prediksi teman-teman lainnya bakal ngebawain konsep perjuangan, dan ternyata saat hari penampilan benar saja, kelompok 16 jadi suatu pembeda yang menyegarkan suasana acara ketika orang-orang membawakan puisi mengenai perjuangan itu,” ungkapnya. 

Nadiya selaku anggota kelompok 16 menyatakan bahwa mereka menampilkan dramatisasi puisi dengan konsep red string theory. Konsep itu merupakan referensi dari film Sore dan Kimi no Nawa. Lagu yang mereka pilih pun semakin mendukung dan memberikan efek magis terhadap isi puisi dan cerita yang ditampilkan. “Penampilan ini hadir dengan konsep red string theory gitu, di mana mereka bertemu in another life setelah si cowok meninggal dalam cerita. Secara backsound kita juga mengambil di Akhir Perang milik Nadin Amizah dan Terbuang dalam Waktu milik Barasuara,” jelasnya.

Ia kemudian mengungkapkan pesan khusus yang ingin disampaikan, “Kalo dari aku jangan sampai telat dengan perasaan kamu. Karena keterlambatan juga menjadi penyesalan walaupun sisa hidup kamu sebentar lagi, tapi bahagiakan hidup kamu sejenak dengan apa yang kamu mau. Jangan merasa denial, merasa tak pantas karena kamu juga manusia yang pasti memiliki rasa egois. Mungkin bisa in another life, tapi kalo bisa di sini mengapa enggak, ya, kan?”

Apa kata Mahasiswa Baru Soal Sinaugurasi?

Mahasiswa baru angkatan 2025 yang mengikuti kegiatan ini rata-rata merasa bahwa Sinaugurasi hadir sebagai tempat mereka untuk mengenal bentuk sastra, cara menampilkan sastra, dan menemukan teman baru. Tak semua mahasiswa sastra sudah mengenal sastra, sehingga kegiatan ini menjadi penting untuk diikuti oleh teman-teman mahasiswa baru. 

Risma, mahasiswa baru yang turut mengikuti acara ini berpendapat bahwa anak sastra harus mengenal sastra sebelum masuk ke dunia perkuliahan. “Kalo buat aku, anak sastra itu setidaknya di awal perkuliahan harus tau sastra itu kayak gini loh karena tidak jarang mahasiswa baru Sastra Indonesia belum tau sastra,” katanya.

Farel sebagai mahasiswa baru juga mengatakan bahwa bagi dirinya yang belum kenal dengan sastra, kegiatan sinaugurasi membuatnya dekat dengan sastra. 

“Bagi saya sendiri yang enggak pernah sama sekali melakukan apresiasi sastra, kegiatan sinaugurasi ini tuh jadi satu hal baru yang cukup mengasyikan. Kayak yang awalnya enggak pernah tau gimana cara baca puisi yang bagus, cara menyampaikan drama yang bagus, cara menyampaikan pesan lewat kata-kata, tapi gara-gara adanya sinaugurasi saya jadi bisa tau,” tuturnya.

Mahasiswa baru lainnya, yaitu Nadiya, ikut menambahkan bahwa saat pra-kegiatan pun mereka sudah mulai merasakan manfaat dari Sinaugurasi. Dari diskusi-diskusi dan kumpul-kumpul yang telah dilakukan, mereka merasa hubungan antar anggota kelompok bahkan satu angkatan semakin terbangun dan terlihat.  

“Sinau itu perlu, selain untuk mengapresiasi karya sastra saat tampil, kita bisa lihat dari pas latihan yang di mana kita perlu belajar berkomunikasi. Jadi, itu membuat hubungan kelompok kita maupun Satrasia ‘25 semakin terhubung, solid, dan saling menyemangati satu sama lain,” jelasnya. 

Untuk Sinaugurasi di Masa Depan

Sinaugurasi sebagai kegiatan yang mewadahi minat mahasiswa baru dalam sastra haruslah berkembang di setiap tahunnya. Ayu Tria berharap Sinaugurasi selanjutnya terus menjadi tempat mahasiswa baru untuk mengapresiasi sastra dan membangun relasi sosial yang kolektif bagi angkatan. 

“Harapannya, kegiatan Sinaugurasi berikutnya dapat menjadi wadah literasi dan apresiasi sastra yang berkelanjutan, sesuai dengan tujuan dari program kerja subbidang pengaderan tahun ini, yaitu mahasiswa baru dapat menunjukkan minat terhadap kegiatan apresiasi sastra dan menampilkan karya sastra secara kreatif, serta membangun relasi sosial yang solid dan berjiwa kolektif antar angkatan,” ujarnya. 

Sinaugurasi bukan hanya sebuah program kerja. Melalui proses diskusi dan latihan yang telah dilalui, Sinaugurasi memberikan ruang bagi para mahasiswa baru untuk berinteraksi, bertukar pikiran, dan menumbuhkan rasa kebermilikan terhadap angkatannya. 

Penulis: Neisya Amalia Putri

Editor: Nabilla Putri Nurafifah

Baca juga: Kamera Dimatikan Saat Penampilan Mokafak Hima Satrasia: Pembungkaman atau Masalah Teknis?