Kasus kekerasan terhadap perempuan di Bandung selalu bermunculan setiap tahunnya. Dinas Pemberdayaan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Bandung mencatat terdapat 200 kasus kekerasan terhadap perempuan di antaranya 97 kasus menimpa istri dan 102 kasus dialami perempuan lainnya pada tahun 2024. Tentunya, hal ini menjadi polemik yang memancing amarah publik khususnya kaum perempuan. Sebagai respons, berbagai inisiatif dilakukan masyarakat demi menciptakan ruang aman.
Seruan Mendesak untuk Ruang Aman di IWD Bandung 2025
Seruan untuk menciptakan ruang aman bagi perempuan di Bandung semakin mendesak, terutama dalam konteks peringatan International Women’s Day (IWD) Bandung 2025 yang jatuh pada 8 Maret. “Perempuan Kehidupan Pembebasan” adalah tema yang diagungkan dalam seruan aksi ini dengan tagline #MENERANGIINDONESIAGELAP. Melalui seruan ini, seluruh perempuan di Bandung berhak menyuarakan ketidakadilan yang menimpanya pada saat mimbar bebas. Hal ini sebagai respons atas ketidakadilan yang selalu merugikan perempuan.

Baca Juga: Periode Sastra dari Pujangga Lama hingga Pujangga Baru – Literat
IWD Bandung 2025: Gerakan Kolektif untuk Perubahan
Levi, selaku korlap pada aksi IWD Bandung 2025 menjelaskan bahwasanya gerakan ini diinisiasi oleh komunitas Simpul Pembebasan Perempuan (Simpulpuan) yang berkolektif dengan berbagai komunitas di Bandung yang memiliki konsen terhadap isu sosial politik.
“Setiap IWD, Simpulpuan selalu menginisiasi kaum perempuan dan komunitas yang memiliki konsen politik sosial”, jelasnya.
Levi juga menambahkan fokus dari aksi ini adalah interseksionalitas.
“Fokusnya dari aksi ini tuh interseksionalitas, jadi masalah multisektoral, multi bidang gitu kan yang dialami oleh perempuan atau kaum termarjinalkan”, tambahnya.

Baca Juga: Mahasiswa Rantau dan Bahasa Daerah: Memudar atau Terjaga? – Literat
Dalam aksi IWD Bandung 2025, terdapat 49 tuntutan yang diserukan. Salah satu tuntutannya yakni “Hentikan segala diskriminasi dan kekerasan berbasis gender di ruang publik”. Hal ini didasari pada kasus-kasus yang menyudutkan kaum perempuan dan kaum yang termarjinalkan. Dengan kata lain, mereka menuntut ruang aman dari kekerasan berbasis gender di tempat kerja, pendidikan, publik, dan ruang privat.
Respon Masyarakat terhadap IWD Bandung 2025
Hingga kini, ruang aman bagi perempuan di Kota Bandung belum sepenuhnya terwujud, sehingga masih menjadi keresahan yang dirasakan masyarakat. Berbagai respon digaungkan di seruan aksi IWD Bandung 2025. Seruan aksi ini menjadi tempat yang aman untuk masyarakat berekspresi atas ketidakadilan yang selalu menjajah mereka.
Fay, perempuan yang hadir pada seruan ini mengemukakan alasan ikut serta karena banyaknya keresahan yang dirasakan.
“Kita ingin menyuarakan ruang aman untuk kaum perempuan dan disabilitas, selain itu capek banget sama diskriminasi, ini waktu yang tepat lah buat ngelawan” ujarnya.
Selain itu, Vi, rekan Fay juga menambahkan jawaban atas keresahan yang dialaminya. Vi mengungkapkan ingin adanya kesetaraan sehingga tercipta ruang aman untuk semua.
“Aku ingin adanya kesetaraan semua kaum, gender, dan agama terus juga ruang aman buat perempuan”, tambahnya.
Menariknya, tidak hanya perempuan yang ikut serta pada seruan aksi IWD Bandung, kaum laki-laki juga hadir demi menyerukan ruang publik yang aman untuk semua. Kevin, selaku perwakilan dari Agrarian Resource Center yang meneliti masalah agraria di Indonesia, ikut berpendapat mengenai seruan aksi ini.
“Saya beranggapan masalah agraria di Indonesia ga bisa lepas dari permasalahan gender dan ketimpangan, banyak perempuan yang bekerja di bidang sawit dan mereka tidak dibayar”, tuturnya.
Lebih jauh, Kevin juga mengharapkan IWD ini bisa jadi momentum untuk melawan ketimpangan yang dialami kelompok marjinal.
“Saya berharap perempuan kelas pekerja bisa bersolidaritas untuk melawan ketimpangan-ketimpangan yang ada terkait sosial politik ekonomi yang ada saat ini. Dengan momentum IWD ini, bisa menghimpun kekuatan dari kelompok marjinal”, harapnya.
Baca Juga: Bocoran Anggaran Kemenkeu 2026 – Literat

Harapan untuk Ruang Aman dan Keadilan Gender
Pada akhirnya, dengan adanya seruan aksi IWD Bandung 2025, masyarakat mengharapkan tuntasnya 49 tuntutan. Terkhusus pada diskriminasi dan kekerasan berbasis gender di ruang publik yang harus dihentikan supaya tercipta ruang aman untuk semua. Selagi belum terciptanya keadilan untuk kaum minoritas, masyarakat akan terus melawan.
Penulis: Saddam Nurhatami Umardi Putra
Editor: Rifa Nabila