Bandung, Jawa Barat (18/10) – Bandung Isola Performing Art Festival (BIPAF) 2024 sukses digelar di pelataran Villa Isola, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), dengan menampilkan rangkaian pertunjukan tari yang memukau dari seniman lokal dan internasional. Direktur BIPAF, Dr. Ayo Sunaryo, M.Pd., mengusung tema “Intercultural Collaboration” yang menyatukan seniman dari Indonesia, Malaysia, Jerman, dan Filipina dalam perayaan seni lintas budaya yang mempesona. Acara tersebut selalu diadakan satu tahun sekali dalam rangka memperingati Dies Natalis Universitas Pendidikan Indonesia.
Sejak pertama kali diselenggarakan pada 2016 oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UPI, BIPAF telah menjadi acara tahunan bergengsi yang kini berada di bawah naungan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kebudayaan UPI. Festival ini terus menarik perhatian masyarakat dengan menghadirkan pertunjukan yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mengandung nilai-nilai budaya. Kehadiran seniman dari berbagai negara memberikan warna tersendiri dalam setiap pementasan.
Tahun ini, BIPAF menghadirkan enam delegasi dari Indonesia, yakni Gaya Gita Studio, Swargaloka, Naraya, Warangka Dance Theatre, SDN 6 Bukit Bual Sumatera Barat, dan penari solis Ine Arini dari Bandung. Masing-masing kelompok menampilkan karya tari yang menggambarkan tradisi, isu sosial, dan nilai-nilai budaya yang mendalam. Tema yang diangkat banyak dilatarbelakangi dari cerita tradisional yang memberikan kesan tersendiri bagi para penonton.
Baca Juga: Keambiguitasan Pesan Teks dalam Teori Semiotik Roland Barthes
Proses Seleksi Ketat sebagai Keberhasilan BIPAF 2024
Keberhasilan BIPAF 2024 tidak terlepas dari proses kurasi ketat yang dilakukan panitia. Para penari dan seniman yang tampil dipilih melalui proses seleksi yang cermat sehingga memastikan setiap penampilan yang disuguhkan adalah yang terbaik. Proses seleksi yang teliti ini memungkinkan BIPAF agar menampilkan karya seni berkualitas yang mampu memukau sekaligus menyampaikan pesan budaya yang kuat dan mudah dipahami para penonton.
Menariknya, persiapan festival ini hanya berlangsung selama satu bulan. Namun, tim panitia mampu bekerja dengan sangat profesional
“Intensitas yang sangat teratur, sering bertemu untuk koordinasi itu sekitar satu bulan. Terhitung sampai hari ini,” ucap Indra Gandara, Ketua Pelaksana BIPAF 2024.
Meski begitu, mereka berhasil dalam mengatur semua aspek acara, mulai dari proses kurasi seniman, pengelolaan logistik, hingga kolaborasi antar seniman internasional. Hasilnya, BIPAF 2024 dapat berjalan lancar dan menunjukkan profesionalisme dari seluruh tim yang terlibat sehingga penampilan dan teknis acara di lapangan sangat memukau serta banyak mencuri perhatian para penonton.
Baca Juga: 5 Istilah yang Hype di Pemilu Pilpres 2024
Penampilan Tari Asal Indonesia dalam BIPAF 2024
Salah satu penampilan yang paling mencuri perhatian datang dari kelompok Naraya yang terdiri dari mahasiswa Fakultas Pendidikan Seni dan Desain (FPSD) UPI. Mereka menampilkan karya tari berjudul Buluh Pangampuh. Tarian tersebut menceritakan evolusi manusia dari janin hingga dewasa dengan menggunakan alat tradisional buluh pangampuh sebagai alat bantu yang dikenal masyarakat dulu untuk membantu bayi berjalan. Sebelumnya, karya ini telah mewakili UPI di ajang Pekan Ilmiah dan Kreativitas Seni Mahasiswa Nasional (PEKSIMINAS). Gerakan-gerakan filosofis dan penuh makna dalam tarian ini berhasil dalam menciptakan pengalaman emosional yang mendalam bagi para penonton.
Selain itu, penampilan dari Gaya Gita Studio juga tak kalah mengesankan. Di bawah arahan M. Raka Reynaldi, kelompok ini menampilkan karya tari berjudul Koreoterapi yang mengangkat isu bullying di sekolah. Melalui gerakan-gerakan emosional, mereka menyampaikan pesan penting tentang empati dan upaya untuk menghentikan kekerasan di lingkungan sekolah. Pesan yang disampaikan dengan kuat dan jelas ini juga berhasil dalam menggugah hati penonton.
Tidak hanya itu, SDN 6 Bukit Bual Sumatera Barat juga tampil memukau dengan menampilkan tarian tradisional yang dibawakan oleh anak-anak kecil berbakat. Di bawah arahan Edo Novriadi, kelompok tari ini berhasil menyampaikan pesan moral yang kuat melalui gerakan yang dilatarbelakangi dari cerita rakyat Sumatera Barat, serta kebiasaan masyarakat sana yang selalu menjaga sistem ekosistem. Kemampuan dan semangat anak-anak tersebut dalam menari membuat penonton terpukau dan memberikan tepuk tangan meriah.
Baca Juga: Cara Menulis yang Menyenangkan Ala Pidi Baiq
Penampilan Seniman Internasional dalam BIPAF 2024
Penampilan dari seniman internasional juga memberikan warna tersendiri dalam festival ini. Salah satunya adalah Rithaudin Abdul Kadir dari Malaysia yang menampilkan karya tari dengan gerakan sederhana tetapi penuh makna. Dalam wawancaranya, Rithaudin menjelaskan bahwa tariannya merupakan representasi nilai-nilai budaya masyarakat Asia.
“Kita mencoba untuk menjadi diri kita sendiri, be natural as you are. Sebab gerak-gerak yang dihasilkan sekarang sudah lebih mengarah ke western,” ucap Rithaudin saat di wawancara.
Menurutnya, nilai-nilai tersebut perlu dijaga dan dilestarikan sebagai bagian dari identitas asli bangsa-bangsa di Asia. Penampilannya memberikan sudut pandang baru kepada penonton tentang pentingnya melestarikan warisan budaya.
Jembatan Antarbudaya yang Disambut Hangat
BIPAF 2024 membuktikan bahwa seni tari dapat menjadi jembatan penghubung antarbudaya sekaligus menjadi salah satu media untuk berekspresi secara bebas. Melalui kolaborasi budaya, festival ini menghadirkan perpaduan antara tradisi dan inovasi sehingga menciptakan ruang dialog yang bermakna antarbudaya.
Penonton yang hadir pun memberikan sambutan hangat dan apresiasi tinggi terhadap setiap penampilan. Banyak di antara mereka yang menyatakan bahwa BIPAF 2024 adalah salah satu festival seni tari terbaik yang pernah mereka saksikan. Acara ini berlangsung hingga larut malam serta meninggalkan kesan mendalam bagi semua yang hadir.
Penulis: Icha Nur Octavianissa
Editor: Laksita Gati Widadi
Baca Juga: Xenoglosofilia: Berkah atau Ancaman bagi Bahasa Indonesia?