Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat atau R.A. Kartini ialah salah satu pahlawan nasional Indonesia yang memperjuangkan kebebasan bagi kaumnya serta pelopor emansipasi wanita. Pemikiran-pemikiran Kartini tertuang dalam sebuah buku berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang” yang berisi kumpulan surat Kartini kepada teman-temannya. Di antaranya adalah Estelle H Zeehandelaar atau yang R.A Kartini sapa Stella, J.H. Abendanon dan istrinya (Rosa Abendanon), serta Prof. Anton.
Dalam bait surat-suratnya, tersimpan gagasan emas yang menjadi pemantik awal emansipasi wanita di Indonesia. Tradisi feodal yang menindas, pernikahan paksa, poligami bagi perempuan Jawa kelas atas, dan pentingnya pendidikan bagi anak perempuan, Kartini uraikan dalam bukunya. Tak hanya itu, pengalaman hidupnya sebagai putri seorang bupati Jawa juga ia tuliskan di sana.
Surat Kartini
“Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak wanita, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak wanita itu menjadi saingan laki-laki dalam hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya yang diserahkan alam (sunatullah) sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.”
(Surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902).
“Orang Belanda menertawakan dan mencemoohkan kebodohan kami, tetapi bila kami coba memajukan diri kami, sikapnya pun terhadap kami mengancam. Alangkah sedihnya hati kami, dahulu semasa di sekolah, guru dan banyak sesama murid memusuhi kami. Tetapi, tidak semuanya guru dan murid itu membenci kami. Banyak juga yang mengenal kami dan menyayangi kami, sama saja dengan anak-anak lainnya. Banyak juga guru yang berat hatinya memberikan anak Jawa angka tertinggi, meskipun sungguh-sungguh ada hak anak itu mendapatkanya.”
(Surat Kartini untuk Nn Zeehandelaar, 12 Januari 1900).
Emansipasi Wanita di Era Globalisasi
Di era globalisasi ini, pendidikan perempuan memiliki peran penting dalam menciptakan masyarakat yang inklusif, berkelanjutan, dan berdaya saing global. Perempuan adalah tiang negeri yang harus mempunyai kesadaran penuh akan posisinya dalam keberlangsungan peradaban bangsa. R.A. Kartini memperjuangkan kaumnya agar para perempuan mendapatkan kebebasan untuk bersekolah, melakukan peran sosial dan bukan hanya berdiam diri di rumah saja.
Tentu bukan hal yang mudah baginya untuk berjuang di tengah masyarakat yang berpola pikir kuno. Akan tetapi, kebebasan untuk bersekolah setinggi-tingginya sudah dapat digenggam oleh para perempuan pada zaman ini. Tak ada lagi perbedaan hak laki-laki dan perempuan. Perempuan berhak menjadi cerdas.
Perempuan berhak mencapai cita-cita. Perempuan berhak menjadi dokter, polisi, guru, bahkan menjadi pejabat pemerintahan sekalipun. Saat ini, sudah banyak sekali perempuan Indonesia yang mulai unjuk gigi dan memberikan kontribusinya bagi masa depan bangsa yang cerah. Figur-figur wanita panutan sudah banyak ditemukan di berbagai bidang, baik dalam pendidikan, perekonomian, kesehatan, pertahanan, hingga pemerintahan. Di situ lah karsa Kartini terus akan hidup dalam sukma setiap perempuan Indonesia yang ingin maju dan merdeka.
Dan biarpun saya tiada beruntung sampai ke ujung jalan itu, meskipun patah di tengah jalan, saya akan mati dengan rasa berbahagia, karena jalannya sudah terbuka dan saya ada turut membantu mengadakan jalan yang menuju ke tempat perempuan Bumiputra merdeka dan berdiri sendiri.
R.A. Kartini
Baca Juga: Alkimia Cinta, Syair-syair Percikan Ruh dan Cinta Tuhan
Author: Sri Fatma Hidayah
Editor: Alma Fadila Rahmah