Drama Tari ‘Angling Sumpah Drupadi’: Simbol Perempuan Kuat dan Tangguh

Pendidikan Seni Tari ‘D’ UPI 2019 menggelar Drama Tari ‘Angling Sumpah Drupadi’ di Gedung Kebudayaan Amphiteater UPI pada Kamis (23/6). Acara ini merupakan pergelaran ketiga setelah ‘Sambodja Gugat’ dan ‘Palagan Nyi Mas Gandasari’ yang juga bertemakan perempuan. Kisah yang diambil dari Mahabarata ini berhasil menarik antusiasme publik. Terhitung, ratusan penonton telah memadati gedung pertunjukan sejak pukul 18.30 WIB.

Acara dibuka dengan sambutan dari Dr. Agus Budiman, M.Pd., Ketua Prodi Pendidikan Seni Tari UPI yang kemudian langsung dilanjutkan dengan pertunjukan utama pada pukul 19.40 WIB. Penonton dibuat terkesima sejak pertama kali lampu disorot ke atas panggung. Dengan diiringi musik tradisional, satu per satu aktor naik ke arena pertunjukan.

“Keren banget! Propertinya keren banget. Satu tapi multifungsi. Tokohnya keren,” ucap Nova Sri Anisa, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Kisah yang diambil dari cerita pewayangan ini dikemas secara modern menggunakan dialog bahasa Sunda. Dengan persiapan yang hanya berlangsung kurang dari tiga bulan, penonton berhasil dibuat takjub oleh kepaduan yang ada antara aktor, tata rias, kostum, properti, lampu, dan musiknya. Dari sekian banyak tokoh dalam cerita, Drupadi yang diperankan oleh Vina Afdillah menjadi karakter yang paling banyak mendapat perhatian.

“Drupadi!” tegas Budi Widiansyah, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UPI, ketika diberi pertanyaan perihal tokoh yang paling berkesan.

Meskipun banyak dari penonton yang masih asing dengan pergelaran drama tari, tetapi mereka terlihat menikmati setiap gerakan yang ditampilkan oleh para aktor. Dengan penampilan yang ciamik, penonton dapat mengerti pesan yang ingin disampaikan dalam pertunjukkan.

“Sebagai laki-laki itu tidak boleh merendahkan perempuan, tidak boleh melecehkan perempuan. Karena, pada hakikatnya laki-laki dan perempuan itu sama derajatnya,” ujar Erna, orang tua dari aktor yang berperan sebagai Dayang Drupadi.

Baca juga: Fete de la Musique: Perayaan Musik Tahunan sebagai Bentuk Dukungan Praktik Musik

Sinopsis ‘Angling Sumpah Drupadi’

Merupakan kisah tokoh Drupadi yang diangkat dari cerita Mahabarata. Mengisahkan tentang perasaan sedih dan kecewa atas takdir yang menimpanya, berkaitan dengan Drupadi yang harus menikahi lima orang sekaligus dari Pandawa.

Hidup Drupadi seperti kutukan penderitaan yang tak berujung. Ia dijadikan taruhan dan dilecehkan oleh Dursasana, anggota Wangsa Kurawa, yang mencoba melucutinya di balairung Kerajaaan Hastinapura.

Kemarahan yang merangkum perjalanan serta perasaan Drupadi menjadi puncak keputusan yang diambilnya dengan tegas dan lantang, yaitu menggugat takdirnya sendiri dengan sumpah.

Drupadi: Simbol Perempuan Kuat dan Tangguh

Drupadi merupakan putri sulung Prabu Drupada, Raja Cempalaradya. Ia dilahirkan oleh Api Suci melalui upacara Putrakama Yadnya yang dilakukan oleh ayahnya. Drupadi memiliki lima suami, yaitu Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa yang kemudian disebut Pancapandawa.

Drupadi digambarkan sebagai perempuan sederhana. Ia berhidung mancung, berwajah tenang, sering menunduk, sebagian rambutnya disanggul dan sebagian lagi terurai, serta tidak memiliki perhiasan emas atau permata apapun. Drupadi merupakan simbol perempuan lembut yang kuat dan tangguh dalam mengarungi lika-liku kehidupannya.

“Drupadi di awal tuh masih menunjukkan sifat yang lembut, tunduk. Tapi, kalau misalnya dia udah kesentuh terus enggak enak, itu bakal keluar kata-kata yang menyakitkan. Terus dia juga berani bertindak kalau misalnya dia ditindas,” terang Silvana Rachmalia yang berperan sebagai Ibu Kunti.

Setidaknya, terdapat dua adegan yang membuat Drupadi kehilangan hak atas dirinya. Pertama, ialah saat Drupada melakukan sayembara untuk suami Drupadi, yang kemudian dimenangkan oleh Arjuna. Drupadi juga dituntut untuk menikahi empat saudaranya. Kedua, saat Drupadi dijadikan bahan taruhan oleh Yudhistira, suaminya sendiri.

Kekuatan dan ketangguhan Drupadi nampak dalam kisah permainan dadu antara Pandawa dan Kurawa. Pandawa yang kalah mesti rela istrinya menjadi budak bagi para Kurawa. Drupadi benar-benar dilecehkan, tanpa mendapat pembelaan sedikitpun dari kelima suaminya.

Pada masa itulah Drupadi menggugat. Berusaha membela dirinya, serta para suaminya. Drupadi mempertanyakan hak yang dimiliki Yudhistira untuk menjadikannya taruhan dalam permainan tersebut. Ia mati-matian mempertahankan harga diri yang tersisa.

“Drupadi lahir dari api. Dia kuat dan tak mudah dikalahkan,” kata Belita Cantika yang kerap disapa Abel, Pimpinan Produksi ‘Angling Sumpah Drupadi’.

Baca juga: Suara dalam Karya Hari Ke-3: Detektif dan Keluarga