Fete de la Musique: Perayaan Musik Tahunan sebagai Bentuk Dukungan Praktik Musik

Institut Francais Indonesia (IFI) Bandung mengadakan sebuah perayaan musik yaitu Fete de la Musique (pesta musik) bekerjasama dengan omuniuum, Orange Cliff, dan Glossarie Records yang tentunya mendukung praktik musik terutama untuk pemuda. Konser ini hadir dengan lantunan musik yang manis hingga musik breng-brong membuat kepala gideg berpadu dalam satu acara. Fete de la Musique diselenggarakan pada Sabtu tanggal 18 Juni 2022 pukul 15.00 di Jl. Purnawarman Auditorium Institut Francis Indonesia, digelar secara gratis yang membuat semangat apresiasi semakin membara.

Fete de la Musique awal mulanya diadakan di Prancis, ajang tahunan perayaan musik tiap 21 Juni yang kerap kali menghadirkan penampilan dari musisi profesional maupun musisi amatir, baik di dalam ruangan maupun di jalanan, yang pada hari itu di Prancis dilakukan dengan jangka waktu satu hari dalam setahun. Acara ini dicetuskan tahun 1982 oleh Jack Lang, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan Prancis. Mulai tahun 1985, acara ini juga diadakan di luar Prancis. Dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun, ajang perayaan musik ini diselenggarakan di 85 negara di 5 benua dan pada 2017, Fete de la Musique diadakan di lebih dari 120 negara.

Loonleanan yang tergabung oleh duo Rifkyadam (sequencer, bass) dan Handa Miftah (gitar, vokal) membawakan musik elektronik menjadi pembuka Fete de la Musique dengan mengekspresikan pengalaman-pengalaman mereka yang penuh kegembiraan. Dilanjut project solo dari Andresa Nugraha, yaitu “the batllebeats” yang bergenre garage punk\trashy rock&roll dibawakan secara ugal-ugalan menjadi kalimat yang pas untuk menggambarkan aksi panggung the batllebeats. Setelah eungap dibawa ugal-ugalan, para apresiator diberi suguhan suara synth bernuansa electric pop 80’an oleh Wolfza. Lalu acara dijeda terlebih dahulu untuk istirahat.

Sabtu, 18/06/22 The Battlebeats

Pop at summer dengan nuansa angin musim panas membuka gerbang semangat kembali selepas istirahat yang memberikan manisnya sentuhan delay dan reverb dari gitar, juga ditambahkan suara vokal yang membawa pikiran kita berjalan jalan di kepulauan Gili. Setelah diberikan nuansa keindahan musim panas, Kuntari melalui eksperimental musik membawa teknik embouchure yang tak lazim dalam trompet seakan merekayasa suara makhluk fiksi raksasa, membawa pikiran kita seperti disesatkan dalam gelapnya hutan Aokigahara. Salah satu apresiator Decky berujar merasakan saat Kuntari tampil membuat muka langit stage berdering dan seluruh tubuhnya bergetar.

Sabtu, 18/06/22 Kuntari

Baca juga: Maca #12, Mateo, dan Konsep Cinta di Dalamnya

Lalu keceriaan kembali diberikan oleh Bottlesmoker hingga membuat crowd kembali menganggukan kepalanya, eksplorasi musik dari tribal sampai techno, nuansa pasifik hingga psikedelik memberikan banyak rasa kedalam musik yang dibawanya.

Hantaman distorsi dari Logic lost melanjutkan acara dengan musik eksperimental yang diberikan dari beragam suara, seperti membuat kesadaran para pendengarnya terganggu. Terakhir juga sekaligus penutup dari acara Fete de la Musique ada asylum.uniform melalui pendekatan abstrak juga eksperimental yang menghasilkan suara post-punk, gotik, serta industri seakan membawa kita hidup dalam kehidupan underground masa depan serasa masuk ke film Blade Runner 2049.

Sabtu, 18/06/22 Asylum.uniform

Dzikra, salah satu apresiator acara tersebut mengemukakan pendapatnya tentang Fete de la Musique yang digelar oleh IFI Bandung, kesan nya seru abis sih, parahh, walaupun waktu the battlebeats crowd nya masi sedikit jadi gaada moshpit haha tapi yg lainnya juga asik parah sih kaya diajak berpetualang explore musik dari berbagai genre, pesannya semoga makin banyak lagi gigs di Bandung khususnya, dan semoga banyak juga band atau talent baru yg bermunculan lagi, dan semoga juga skema musik di Bandung semakin berkembang, viva la kolektifa hahaha dan sebenernya emang saya suka lagu lagu yang ada synthesizer kaya goodnight electric, the upstairs gitu gitu, dan kalo ngeliat line up kemaren itu keren banget sih bikin saya kaya discover warna baru gitu dari si musik elektronik ini, jadi kaya “oh anjir bisa kieu gening nya, kerenn, bisaan.”

Maka jika menurut sejarah, Bandung dikenal sebagai Paris van Java semestinya Fete de la Musique hadir baik di dalam ruangan maupun di jalanan serta dilaksanakan oleh musisi profesional maupun musisi amatir di kota Bandung.

Baca juga: 8 Lagu Yang Menyeruakan Tentang Perempuan