Ramai-Ramai Gerakan Mahasiswa (GEMA), Siapakah Mereka?

Selain menjadi hari pelantikan rektor UPI, hari Selasa (16/06) menjadi hari sebuah tweet viral. Dari akun Twitter @UPIfess, diunggah foto sejumlah mahasiswa yang sedang memberikan sebuah dokumen kepada Rektor terpilih UPI, Prof. Dr. H. M. Solehuddin, M.A., Menurut kabar yang sonter terdengar, kelompok mahasiswa tersebut mengajukan audiensi kepada rektor.

Lalu pada tanggal (18/6), ada sebuah sebaran konsolidasi via Zoom untuk audiensi yang dilaksanakan pada tanggal 19, 3 hari sebelum pembayaran UKT. Dalam konsolidasi tersebut disampaikanlah poin-poin terkait gerakan tersebut. Tapi tetap masih banyak mahasiswa yang belum tahu gerakan ini.

Berlanjut di tanggal 19, hari audiensi. Tesebar foto-foto Auditorium PKM, lalu mahasiswa yang menunggu audiensi di Isola. Karena belum tahu banyak rilis yang pasti terkait pergerakan tersebut, tim Literat melakukan investigasi terhadap pergerakan mahasiswa ini.

Berdasarkan hasil  wawancara dengan salah satu perwakilan dari mahasiswa tersebut, Agung Purnomo, aliansi ini diberi nama Gerakan Mahasiswa (GEMA UPI). GEMA UPI lahir dari beberapa mahasiswa yang memiliki keresahan yang sama terkait permasalahan kampus. Mereka rutin mengadakan diskusi secara daring melalui  platform Zoom pada ramadhan lalu. Kalau kamu pernah melihat beberapa poster berisi wajah-wajah mahasiswa yang membahas kampus menjelang buka puasa, itulah mereka.   

Saat ini GEMA terdiri dari beberapa ketua organisasi mahasiswa tingkat fakultas dan badan eksekutif mahasiswa kampus daerah. Menurut Agung, gerakan ini dibentuk  atas dasar keinginan beberapa organisasi mahasiswa tingkat fakultas untuk menginisiasi gerakan memperjuangkan UKT yang nilainya tidak turun di tengah pandemi.

Momentum pelantikan Rektor masa bakti 2020-2025 dirasa pas bagi mereka untuk menyampaikan hasil diskusi dan kajian naskah akademik yang mereka buat. GEMA menyambangi Rektor usai pelantikan, lalu disepakatilah bahwa audiensi dilakukan Rektorat dengan perwakilan dari GEMA pada hari Jumat tanggal 19 Juni 2020.

Mereka menuntut adanya kompensasi dan verifikasi UKT untuk seluruh mahasiswa khususnya yang ekonominya terdampak di tengah kondisi pandemi. Mereka menilai penangguhan bukanlah satu-satunya solusi dan regulasi yang berlaku saat ini tidak menjelaskan tentang verifikasi dan kompensasi. Tuntutan itu dibarengi dengan naskah akademik hasil pendataan dan analisis yang dibuat dan dibagikan oleh GEMA.

Namun, banyak yang menanyakan keabsahan data dan analisis dari GEMA UPI. Bukan hanya soal keabsahannya, tapi juga soal keberadaannya. Tidak tersebarnya naskah akademik ini kepada publik membuat banyak pihak mempertanyakan gerakan ini.

Menurut Agung, naskah akademik itu tercipta dari waktu yang sempit dan mendadak dalam pennyusunannya sehingga belum komprehensif. Selain itu, kurang masifnya persebaran data menyebabkan tidak seluruh mahasiswa terjaring. Faktor lain yang menyebabkan naskah akademik menjadi tidak maksimal adalah instrumen yang berbeda-beda dari setiap fakultasnya, sehingga kajian yang dilakukan bisa dikatakan belum menemui sasaran.

Setelah audiensi dengan Rektor yang tidak menghasilkan apa-apa, GEMA masih merumuskan gerakan selanjutnya. Mari kita tunggu publikasi dari gerakan ini selanjutnya.

Sumber Foto:
https://twitter.com/UPIfess/status/1272816553327652864
https://twitter.com/UPIfess/status/1273836230770167808
https://twitter.com/UPIfess/status/1273833613423808512

Baca juga: AUDIENSI BERBUAH NIHIL, APA SELANJUTNYA?