ASAS memiliki kegiatan rutin mingguan yang dilaksanakan setiap hari Rabu atau yang biasa dinamakan Reboan. Rabu (5/2/20) sore, bertempat di Plaza PKM, ASAS mengisi kegiatan Reboan dengan membahas buku antologi puisi karya Willy Fahmy Agiska berjudul “Mencatat Demam” dan kaitannya dengan kehidupan cyber yang eksis saat ini.
Dalam kegiatan diskusi bertajuk “Puisi di Era Cyber Physical” ini, Heri Maja Kelana hadir sebagai pemateri. Heri memaparkan bagaimana saat ini dunia mayaㅡatau cyber physicalㅡberperan besar dalam kehidupan orang-orang. Berkembangnya budaya populer ini berpengaruh pada seni dan budaya.
Heri menyatakan bahwa aplikasi seperti media sosialㅡInstagram misalnyaㅡmenciptakan sesuatu yang disebutnya ideologi dalam masyarakat. Realitas baru terbentuk lewat imaji visual dalam ruang sempit yang chaos. Puisi-puisi dalam buku “Mencatat Demam” karya Willy menggambarkan fenomena tersebut.
“Generasi terus berkembang. Ruang dalam puisi Willy menjadi sempit. Tanpa menggunakan narasi yang panjang, cukup dengan 2—3 kata saja, makna bisa tersampaikan. Mencerminkan realita yang sudah terjadi,” jelasnya.
Heri juga menyatakan bahwa pengaruh cyber menimbulkan rasa yang semula ditawarkan melalui puisi jadi hilang. Heri mengambil beberapa puisi seperti “Tengah Malam buat Anjing”, “Si Gimbal”, dan “Aku Ingin Tidur” sebagai contoh.
Dengan gaya bahasa dan gaya peristiwa yang tidak biasa, Willy mengkritik perubahan-perubahan dalam masyarakat yang diakibatkan oleh cyber physical.
“Willy mengkritik hal-hal baru, tidak terima perubahan. Secara pemikiran tidak bisa disebut kekinian, tapi ruang puisinya bisa,” ujar Heri.