Beberapa hari yang lalu, sebuah ucapan masuk ke dalam telinga saya dari beberapa mahasiswa. Mereka sedang berkumpul di sekitaran belakang Gedung FPBS, tepatnya di Taman Baca FPBS atau yang dahulu sering disebut Batu Cinta. Entah mereka dari jurusan apa, itu bukan hal yang penting dalam tulisan ini. Namun, yang terpenting adalah sebuah frasa yang diluarkan dari mulut mereka ketika itu, “Anjir hoream presentasi euy.”
Lucu memang ketika mendengar hal tersebut. Betapa buruknya seorang mahasiswa yang terkenal akan slogan “Agent of Change”, malah seperti bocah SD yang malas saat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru mereka. Namun, mahasiswa bukan seorang malaikat yang siap sedia ketika mendapatkan tugas dari Tuhan, mahasiswa seorang manusia yang mempunyai rasa malas juga.
Seketika darah saya terpompa lebih cepat ke otak, terkenang masa lalu ketika masih aktif dalam pembelajaran di kelas. Membayangkan bagaimana proses jalannya presentasi yang hampir ada di semua mata kuliah dahulu. Saya yakin, hampir semua mahasiswa di FPBS atau bahkan di UPI merasakan apa yang saya dan beberapa mahasiswa tersebut rasakan. Sebuah kegiatan dalam perkuliahan yang semakin lama semakin membuat kita malas untuk hadir di dalam kelas.
Tugas Presentasi Kelompok
Tahun-tahun awal kuliah memang sangat menyenangkan ketika mendapatkan tugas presentasi kelompok. Apalagi sewaktu SMA dahulu, masih banyak sekolah yang jarang menggunakan sistem presentasi oleh siswa di dalam kelas.
Bagi mahasiswa tahun pertama, ini adalah sebuah hal pembelajaran yang sangat baik untuk berani tampil di depan umum. Namun, bagaimana jadinya, jika setiap semester melakukan hal yang sama dan setiap mata kuliah melakukan sistem presentasi kelompok? Baik, saya akan membawa Anda menyelam lebih ke dalam kemalasan.
Satu semester rata-rata mahasiswa mengontrak sekitar 16—24 SKS. Anggap saja kita ambil jalan tengahnya, yaitu 20 SKS tiap semester atau sekitar 10 mata kuliah jika hitungannya 2 SKS. Oh, sial bukan, jika semua mata kuliah menggunakan sistem presentasi kelompok.
Baca juga: GILIRAN KAMI SAYA YANG BERBICARA
Tugas Dosen
Ada hal yang paling penting dalam hal seperti ini. Apa Anda pernah bertanya dalam diri sendiri, kalau setiap mata kuliah menggunakan sistem presentasi kelompok, lalu tugas dosen mengajar di mana?
Beberapa orang akan menjawab, dosen akan menjelaskan ketika mahasiswanya salah menjelaskan dalam presentasi. Dari hal tersebut, timbul pertanyaan kedua, “Apakah efektif jika seperti itu?”
Saya yakin, itu sangat, sangat kurang efektif. Mengapa? Ya, coba saja Anda rasakan sendiri setelah bertahun-tahun merasakan presentasi kelompok. Tahun-tahun pertama pasti sangat antusias dan banyak yang bertanya ketika sesi tanya jawab, ini pun dengan iming-iming tambahan nilai. Namun, ke depannya? Bosan, sangat, sangat membosankan.
Dalam Peraturan Rektor Nomor 7866/UN40/HK/2019 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan UPI Tahun 2019, memang belum disebutkan secara lebih detail perihal tata cara perkuliahan di dalam kelas.
Dalam subpoin (4) di Bentuk Perkulihan: bentuk pembelajaran lain yang ditetapkan sesuai dengan kebutuhan dalam memenuhi capaian pembelajaran, seperti pembelajaran sistem blok, modul, dual mode, hybrid learning, pembelajaran berbasis TIK/LMS, dan lain-lain.
Metode Presentasi Kelompok
Pertanyaan lain yang mengganggu dalam pikiran saya adalah, “Apakah dosen di UPI masih terpatok pada metode presentasi kelompok?” Padahal ada metode pembelajaran lain. Ah sial, mengapa saya harus memikirkan ini, padahal saya ada tugas kuliah yang harus diselesaikan.
Saya rasa pun, di Departemen kita tercinta ada hal seperti ini, kan? Ayolah, jangan berbohong pada diri sendiri. Katakan saja Anda malas presentasi pada dosen yang masih setiap mata kuliahnya menyuruh untuk presentasi kelompok.
Bukan karena Anda malas, tetapi membosankan adalah yang paling tepat. Hal yang lebih penting dari tulisan ini adalah, “Jangan membuat Anda malas mengerjakan tugas dari dosen karena membaca tulisan ini.”
Baca juga: Pergelaran Itu Cuma 4 SKS
Penulis: Rio Tirtayasa