sajak-sajak daun gugur

sajak-sajak daun gugur

/1/
hanya sajak di Pagi hari ini menu yang bisa aku hidangkan untukmu
dengan secangkir doa-doa
karena memang kusadari tubuhku tak mampu menghangatkan,
jangankan itu, jemari pun tak pernah berucap
tapi coba kau lihat saat kuberikan mentari di pagi ini,
apa yang kau rasa?
kebekuanmu telah lumer karena hangatnya bukan?
itulah cintaku sayang,
seperti pohon,
seperti secangkir kopi
dan kadang seperti air

yang hanya kenal tiga musim
kemarin, sekarang dan yang akan datang.

/2/
melihat kau bersetubuh dengan waktu
membuat aku cemburu,
berbagai macam alibi kau rangkai
tentang ekstase, lukisan, senyuman dan pigura
tatkala itu aku beri sajak termanisku
tapi kau balas dengan jawaban singkat yang mengecewakan

mungkin aku harus tahu
harus paham untuk memahami
lantas apa yang aku pahami?
jika yang paham tak memahamiku.

/3/
ingin kugugurkan daun-daun yang ada di ranting-rantingku,
agar kau puas
tapi aku tak bisa, karena itu adalah harapanku
tentang keteguhan dan kesabaranku

walaupun hujan berulang kali menghantam,
walaupun angin seringkali menyapu
tapi aku tak mampu gugurkan daun itu
karena aku membutuhkannya
karena akar-akar pun masih ada
ranting pun masih kuat untuk bertahan

tapi kenapa kau paksa aku
menggugurkan semuanya?

/4/
teruslah kau melihat daun-daunku gugur,
lihatlah bagaimana hujan dan angin mengadiliku
memaksaku untuk mengugurkan daun dengan
bentuk-bentuk di mataku,
lihatlah bagaimana ranting-rantingku patah,

setelah dengan payahnya
aku ingin mencium purnama,
tapi selalu kandas,
batang-batangku mulai patah,
hingga akhirnya,
akar-akarku tak mampu mencari arah
hingga seluruh daun, ranting, batang dan seluruh tubuhku,
aku gali dengan pena hitam
dalam ukiran malam.

/5/
mungkin baiknya aku kubur diriku sendiri
jika memang sudah tak ada harapan,
setelah daun-daun terus berguguran tak lazim
malam hari diserang kebisuan
siang hari diserang kecemasan

padahal aku menginginkan secangkir tuak
yang kau racik dengan sajak-sajak termanismu
yang kau hidangkan pagi dan siang hari
tatkala itu kau biarkan aku mabuk

/6/
saat kubuka mataku,
Tuhan kenapa kau bangunkan aku lagi
disaat daun-daunku sudah tak ada
semuanya telah gugur
masihkah ada sisa-sisa tenaga dalam tubuhku?
setelah darah keluar dari mataku.

Baca juga: KISI-KISI KASUS

Penulis: Yudi Hanafi