100 Tahun A.A. Navis: Karya-Karya Penuh Pesan dan Nilai Sosial

Pada Senin (25/11/2024), kita merayakan hari guru nasional. Akan tetapi, momen perayaan ini juga bersamaan dengan perayaan 100 tahun A.A. Navis. Melansir dari detik.com berjudul “100 Tahun AA Navis Diperingati di UNESCO Prancis, Kenalkan Sastra RI ke Dunia”, perayaan 100 Tahun A.A. Navis ini mengambil tanggal lahir beliau pada tanggal 17 November 1924 dan menetapkan perayaan ini sebagai perayaan internasional oleh Organisasi Pendidikan, Ilmiah, dan Kebudayan PBB (UNESCO) pada Sidang Umum UNESCO ke-42, November 2023 tahun lalu.

Rangkaian acara ini terjadi di Prancis dan juga Indonesia. Perhelatan di Prancis dilaksanakan tanggal 13-14 November 2024. Sedangkan di Indonesia, rangkain 100 tahun A.A. Navis dimulai pada bulan Maret hingga puncaknya November. Terdapat dua tempat di Prancis, pertama di Kantor Pusat UNESCO di Paris dan yang kedua di Pekan Indonesia Universitas La Rochelle. 

Perayaan di Indonesia begitu panjang karena diramaikan perlombaan esai 100 tahun A.A. Navis, kemudian perayaan pameran karya-karya A.A. Navis, salah satunya di Perpustakaan Nasional, Jakarta. Acara di Perpustakaan Nasional ini dimulai dari 17 November-28 November, sementara di Sumatera Barat sendiri dilaksanakan diskusi terkait sumbangsih karya-karya beliau oleh beberapa sastrawan.

A.A. Navis sebagai Penulis, Pengajar, dan Politisi

A.A. Navis merupakan salah satu penulis cerpen angkatan 66 yang produktif hingga tutup usianya. Beliau telah menulis cerpen hingga 68 judul. Beberapa karyanya mendapatkan penghargaan, yaitu penghargaan dari UNESCO (1967) untuk kumpulan cerpen Saraswati Si Gadis dalam Sunyi, hadiah Kincir Emas dari Radio Nederland (1975) untuk cerpen Jodoh, hadiah seni dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (1988) untuk novel Kemarau, dan masih ada beberapa lagi karyanya (Harun, 2024). 

Selain itu, A.A. Navis tidak hanya menulis. Ia mendapatkan kepercayaan untuk menjadi pengajar di beberapa sekolah perguruan tinggi dan juga berpolitik untuk menjadi anggota DPRD di Sumatera Barat sebagai perwakilan dari Partai Golongan Karya (Golkar) pada tahun 1971.

Baca Juga: Berkenalan dengan Burung Merak yang Berkicau untuk Keadilan, W.S. Rendra

Karya-Karya Penuh Pesan dan Nilai Sosial

Karya-karya yang dibuat oleh A.A. Navis terkenal dengan satire, guyon, dan tidak lupa kritik sosial terhadap daerahnya, Minangkabau. Akan tetapi, karya A.A. Navis juga serat dengan nilai pendidikan sosial. Hal ini disampaikan Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra Badan Pengembangan dan Pembinaan, Ganjar Harimansyah, Ia menilai kumpulan cerita pendek karangan sastrawan Ali Akbar Navis (A.A. Navis) cocok sebagai materi ajar jenjang pendidikan SMP dan SMA. (Antara, Badan Bahasa: Cerpen AA Navis Cocok Dipelajari  di Jenjang SMP-SMA).

Cerpen “Gundar Sepatu”

Beberapa karya A.A. Navis memang dekat dengan menyampaikan pesan-pesan kehidupan atau kritik terhadap sikap manusia yang melenceng dari norma sosial maupun agama. Contohnya ialah cerpen yang berjudul Gundar Sepatu. Cerpen ini berlatar pada masa penjajahan kolonial Belanda yang menggambarkan sikap licik Belanda. 

Dalam cerpen ini, ketika bangsa Indonesia ingin merdeka, mereka (Belanda) menculik kepala negara dengan alasan menekan perundingan. Hal ini membuat nyali bangsa Indonesia menciut. Akan tetapi, dalam cerpen ini juga ditekankan agar kita tetap semangat mengambil kemerdekaan dan tidak lagi dalam bayang-bayang penjajahan.

Cerpen “Robohnya Surau Kami”

Selain itu, karya cerpen A.A. Navis yang terkenal ialah Robohnya Surau Kami. Karya ini menggambarkan banyak pesan di dalamnya. Pesan yang diberikan yaitu jangan hanya beribadah saja, tetapi sikap kita tidak mencerminkan ibadah yang telah kita lakukan. 

Misalnya, kita selalu berdoa yang baik-baik kepada Tuhan, tetapi sifat kita terhadap sesama makhluk ialah berbuat buruk atau acuh tak acuh ketika ada yang membutuhkan bantuan. Selain itu juga, pesan yang disampaikan lainnya ialah menghormati orang lain.

Baca Juga: Tren Sastra Digital: Media Sosial dan Perubahan Pola Baca-Tulis Gen Z

Novel “Kemarau”

Tidak hanya cerpen-cerpen yang bisa menjadi bahan pembelajaran, salah satu novel yang bisa dijadikan pembelajaran yaitu Kemarau. Sikap tokoh Sutan Duano yang melakukan ikhtiar ketika keadaan sedang musim kemarau sehingga banyak sawah yang kering. 

Penggambaran musim kemarau yang cukup parah membuat warga desa untuk melakukan tindakan yang dilarang oleh agama. Banyak warga mengunjungi dukun agar sawahnya tidak kering, tetapi Sutan Duano melakukan usaha dengan mengangkat dua jeriken minyak ke sungai. Hal ini hampir dilakukannya setiap hari hingga sawahnya saja yang tumbuh padi dan tidak kering. 

Nilai keteladanan Sutan Duano yang tidak pasrah terhadap situasi dan tidak melenceng dari nilai keimanannya dapat dianggapnya gila oleh masyarakat di daerahnya. Hal ini karena mana mungkin terik matahari yang begitu panas bisa membuat tanah sawahnya tergenang dan tumbuh subur.

Karya-Karya A.A. Navis Cocok untuk Dunia Pendidikan

Nyatanya, banyak karya A.A. Navis yang bisa dimasukkan ke dalam dunia pendidikan hari ini. Gaya bertutur yang satire dan guyon terhadap sikap tidak biasa pada masanya dapat digemari oleh kalangan pelajar. Tentu pesan-pesan di setiap tulisannya membuat pembacanya tersadar akan keadaan sosial, politik, dan aktivitas beragama yang terdapat dalam karya-karyanya. 

Dengan adanya perayaan A.A. Navis di setiap tahunnya dan juga karyanya yang bisa dimasukkan ke dalam dunia pendidikan, diharapkan agar dapat menambah penulis atau masyarakat yang lebih kritis terhadap situasi negara atau dunia hari ini.

Penulis: Afif Radana
Editor: Laksita Gati Widadi

Baca Juga: Menulis Kreatif Ala Dee Lestari: Antologi Buku “Tanpa Rencana”