Sebagai penggemar serial novel Lupus, film serta sinetron yang mengadaptasi ceritanya, tulisan ini dibuat sekaligus sebagai bentuk penghormatan saya terhadap Alm. Hilman Hariwijaya selaku pencipta karakter ikonik sepanjang masa ini.
Meskipun secara teknis, saya tidak betul-betul terdampak oleh keberadaan Lupus. Namun, tetap menjadi memori paling membekas di kepala saya. Tidak hanya Lupus, tetapi teman-temannya yaitu, Fifi Alone, Boim, Gusur dan Anto juga sama berpengaruhnya untuk saya.
Nama Lupus dan teman-temannya (mungkin) tidak begitu asing untuk kawan-kawan, karena memang tokoh fiksi satu ini sering muncul kembali lewat film dan sinetron. Misal, pada tahun 2000 ada sinetron Lupus Millenia yang diperankan oleh Irgy Fahrezi, dan yang paling terakhir adalah film yang diperankan oleh Miqdadsy berjudul “Bangun Lagi Dong Lupus” tahun 2010.
Terkenal dengan rambut jambul dan permen karetnya, sebenarnya apa yang membuat Lupus menjadi seterkenal itu? Pada masanya, permen karet menjadi hal yang sudah populer. Perempuan ataupun laki-laki, semua mengunyah permen karet, seperti Lupus. Ya bagus sih, daripada merokok mending ngunyah permen karet. Lumayan buat mempertajam rahang.
Namun sebelumnya, tak kenal maka tidak akan tahu ceritanya, ya iya lah kan belum kenalan, yuk kita kenalan sama Lupus!
Lupus adalah tokoh fiksi di serial novel berjudul Lupus yang ditulis oleh Hilman Hariwijaya. Sebelum dikenal sebagai tokoh dalam serial novel, lebih dulu Lupus dikenal lewat cerita bersambung di sebuah majalah. Buku pertama yang berjudul “Tangkaplah Daku Kau Kujitak” kemudian lahir menyusul kepopulerannya di majalah. Judul yang nyeleneh untuk serial novel, tetapi itulah yang menjadi ciri khas Lupus seterusnya hingga sekarang.
Meskipun menjadi ikon bagi anak 80-90an, Lupus hanya seorang manusia biasa. Seorang siswa SMA yang juga wartawan majalah Hai. Kerjaannya kalau enggak isengin Lulu, isengin temen-temennya, tetapi lebih sering isengin orang lain. Hobinya mengunyah permen karet, rambutnya berjambul mirip John Taylor. Sebenarnya dia pintar, banget malah. Namun, memang agak random aja tingkah lakunya.
Lupus juga orang yang kritis, dia peka terhadap apa yang terjadi di lingkungannya. Kekritisannya itu terkadang keluar dalam bentuk humor-humor jenius, yang membuatnya lebih terlihat karismatik.
Daya tarik Lupus yang kuat itulah yang menjadikannya ikon tahun 90-an. Lupus tidak hanya menjadi tolok ukur seorang perempuan dalam mencari pasangan pada masanya atau tolok ukur cowok keren yang jadi panutan para pemuda. Lebih dari itu, Lupus memberikan pengaruh yang besar. Dari caranya berpikir sampai menggombali perempuan, Lupus memimpin masa-masa tersebut dengan apik.
Berkat ketenaran penerbitan buku pertamanya, Lupus kemudian diangkat jadi film layar lebar tahun 1987. Diperankan oleh Ryan Hidayat, Lupus menjadi ikon terpopuler saat itu. Selayaknya karakter Dilan yang merekat pada sosok Iqbaal, Lupus seperti sudah menjadi nama lain untuk Ryan Hidayat.
Lupus dan Dilan, sebenarnya punya beberapa kesamaan. Termasuk dalam urusan mendapatkan hati perempuan. Cara mereka menggombal bisa dibilang jahil-jahil manis. Kekhasan itulah yang juga menjadi salah satu alasan kenapa Lupus menjadi ikon generasi 90-an.
Mungkin, itu saja perkenalan singkat soal Lupus. Banyak soal dirinya yang tidak akan bisa kawan-kawan dapat hanya dari tulisan ini. Jika mau kenal lebih dalam sama Lupus dan pola pikirnya kawan-kawan harus baca sendiri bukunya. Seru banget, dijamin nyesel! Nyesel kalau tidak dibaca maksudnya. Terima kasih!
Baca Juga : TIGA REKOMENDASI FILM YANG AKAN MEMBAWAMU BERNOSTALGIA DENGAN SAHABAT!
Penulis : Salsabila Izzati Alia
Editor : Wulan Sari