Bandung Jadi Kota Penutup Generasi Campus Roadshow 2025: Unpacked the Sparks di Sabuga

Bandung — Generasi Campus Roadshow kembali digelar tahun ini sebagai rangkaian acara inspiratif bagi mahasiswa di berbagai kota di Indonesia. Setelah menyambangi Surabaya, Surakarta, Bogor, Makassar, dan Medan, perjalanan Generasi Campus Roadshow akhirnya berlabuh di kota penutup, yaitu Bandung. Bertempat di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) ITB, Selasa (9/12/2025), acara yang diinisiasi Grab dan Narasi ini menghadirkan berbagai kegiatan menarik. Beberapa kegiatannya, yaitu bazar kuliner dengan berbagai macam makanan, intimate workshop “Un-Class Session” untuk belajar jurnalistik bersama Najwa Shihab; creative thinking bersama Nicholas Saputra; dan Storytelling bersama Raditya Dika, sesi spesial Creativity on Stage bersama Fathia Izzati, dan tentunya menu utama kegiatan ini adalah talkshow “Passion in Action: Unpacked the Sparks” bersama Najwa Shihab, Nicholas Saputra, dan Raditya Dika. 

Generasi Campus Roadshow Bandung mengusung tema Passion in Action: Unpacked the Sparks di Sabuga ITB pada Selasa, 9 Desember 2025 (Foto: Literat: Azila Fitria Ramadhani)
Kapan Spark Itu Datang?

Ketiga narasumber berbagi tentang momen ketika “percikan pertama” itu muncul pada diri mereka masing-masing. Momen yang mendorong mereka menekuni bidang yang kini membentuk perjalanan karier mereka. Jawaban mereka beragam, tetapi semuanya berangkat dari pengalaman personal yang kemudian berkembang menjadi komitmen jangka panjang.

Bagi Raditya Dika, spark itu datang dari sebuah pengalaman sederhana, tetapi begitu membekas. Ia bercerita bahwa pada saat SMA gurunya menawarkan kesempatan kepada dua siswa untuk mewakili sekolah untuk menghadiri sebuah acara di Taman Ismail Marzuki (TIM). Ia menjadi salah satu siswa yang ikut dari dua siswa tersebut. Di sanalah untuk pertama kalinya ia melihat langsung penampilan Putu Wijaya, sastrawan besar Indonesia. Pada saat itu, Radit terkagum saat Putu Wijaya membaca puisi dengan kekuatan yang mampu mengalihkan perhatian seluruh pasang mata.

“Saya mikir, kok bisa ada orang yang berdiri di panggung dan membuat semua orang fokus hanya padanya,” ujarnya. Pengalaman itu, membuat Radit menanamkan sebuah tekad sederhana, “Suatu hari saya ingin berada di posisi yang sama, yaitu berdiri di atas panggung dan semua orang mendengarkan,” lanjutnya.

Sementara itu, Nicholas Saputra menemukan spark-nya saat ia sudah mulai bekerja di bangku SMA, bermain film. Dari pengalaman itulah kekagumannya pada dunia visual tumbuh. “Kok bisa ya orang berpikir sesuatu yang nggak ada jadi ada? Dari ide bisa membuat gambar yang bergerak dan bahkan mungkin ditonton sampai lima puluh tahun kemudian,” katanya. 

Baginya, proses berpikir kreatif bukan sekadar soal imajinasi, tetapi juga soal tanggung jawab, yaitu tanggung jawab kepada cerita, kepada penonton, dan kepada dampak jangka panjang dari karya yang ia hasilkan. Ia menegaskan bahwa rasa kagum terhadap proses berpikir itu sendiri yang menumbuhkan spark dalam dirinya.

Berbeda dengan Raditya Dika dan Nicholas, spark Najwa Shihab muncul dari kombinasi rasa penasaran dan ketidakrelaan. Dua hal tersebutlah yang menjadi awal mula spark Najwa terhadap dunia jurnalistik muncul. Najwa juga menegaskan bahwa passion bukanlah suatu kebetulan melainkan sesuatu yang harus diusahakan.

“Ketika sparks-nya hidup dan nyala. Itu didorong oleh dua hal kalau di diri saya sendiri, yaitu rasa penasaran dan rasa enggak rela,” ujar Najwa. Rasa penasaran membuatnya ingin mencoba banyak hal, sementara rasa tidak rela hadir ketika ada peristiwa penting, tetapi tidak diliput, tidak ditayangkan, atau tidak diberitakan.

Quotes Inspirasi dari Raditya Dika, Najwa Shihab, dan Nicholas Saputra (Foto: Literat/Azila Fitria Ramadhani)
Persimpangan Passion

Kegelisahan umum mahasiswa kerap berada pada persimpangan pilihan hidup, seperti mencari pekerjaan yang sesuai dengan passion yang dimiliki atau menjalani pekerjaan yang tidak sepenuhnya sesuai dengan passion. Najwa Shihab menilai bahwa kondisi itu wajar dan hampir pasti dialami setiap orang. Menurutnya, ketika seseorang dihadapkan pada dua pilihan, pasti memiliki kecenderungan yang lebih kuat (tidak fifty-fifty). 

Passion itu bisa tumbuh dan ditumbuhkan. Kalau kamu mencintai sesuatu, kamu akan mengusahakannya,” ujar Najwa. Ia menambahkan bahwa bekerja di luar passion bukan berarti sebuah kesalahan, sebab proses yang dijalani justru bisa memberi kontribusi penting dan berguna ketika seseorang kembali ke bidang yang benar-benar ia minati.

Fathia Izzati atau Cia, lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang kini dikenal sebagai musisi dan content creator mengakui bahwa dirinya juga pernah berada dalam dilema yang sama. Pada akhirnya, ia memilih mengikuti momentum yang telah lama ia nantikan, yakni musik. Keberanian dalam mengambil keputusan itu menjadi titik awal yang membawanya pada jalan karier yang sesuai dengan passion-nya.

Bagaimana Jika Spark Itu Redup?

Kehilangan semangat adalah hal yang wajar, tetapi bukan alasan untuk berhenti. Radit menekankan bahwa proses berkarya tidak selalu berjalan mulus. Ia menyebut prinsip yang selalu ia pegang, “Selesai lebih baik daripada sempurna.” 

Menurutnya, tugas setiap orang adalah terus mencari percikan itu setiap hari, karena begitu api kecil itu menyala, kita tidak akan mampu mengabaikannya. Radit juga menegaskan bahwa passion tidak ada artinya tanpa tindakan. Banyak orang yang ingin mencoba, tetapi takut memulai. “Setelah hari ini, janji sama diri lo sendiri, apa yang mau lo lakukan setelah keluar dari gedung ini? Action, guys!” ujarnya yang disambut riuh peserta.

Nicholas memberikan sudut pandang yang lebih tenang. Baginya, menjaga spark bukan soal kecepatan, melainkan konsistensi. Ia menekankan pentingnya menyelesaikan apapun yang telah dimulai karena maknanya sering kali baru terlihat setelah proses itu selesai. Nicholas juga mengingatkan bahwa belajar adalah perjalanan seumur hidup. Rasa bosan, jenuh, atau ingin rehat adalah bagian dari proses, tetapi spark hanya akan tetap hidup jika terus dirawat dan dipelihara dengan rasa ingin tahu.

Sementara itu, Najwa mengingatkan bahwa redupnya spark sering dipicu oleh kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain. “Jangan bandingkan behind the scene kamu dengan highlight Instagram orang lain,” ujarnya. 

Menurut Najwa, apa yang terlihat dari luar sering kali hanya potongan terbaik dari hidup seseorang, sedangkan kita melihat diri sendiri lengkap dengan jatuh dan capeknya. Ia menambahkan bahwa apa pun yang dianggap penting pasti harus diusahakan. Jika masa depan dan kebanggaan keluarga dianggap bernilai, maka energi, waktu, dan usaha pun akan diarahkan ke sana. “Jadi, temukan dulu apa yang penting buat kamu,” tutupnya.

Passion in Action!
Generasi Campus Roadshow 2025 resmi ditutup (Foto: Literat/Azila Fitria Ramadhani)

Generasi Campus Roadshow Bandung menutup rangkaian perjalanan panjang dengan pesan yang sama kuatnya di setiap kota bahwa setiap perjalanan besar selalu dimulai dari satu percikan kecil. Oleh karena itu, beranilah memulai suatu hal. Layaknya jodoh yang harus dicari, passion juga harus diusahakan. Kemudian, do an action! Karena passion tanpa action hanya akan berakhir sia-sia. 

Penulis: Azila Fitria Ramadhani

Editor: Nabilla Putri Nurafifah

Baca juga: PAB Proker atau Alam: Mana yang Lebih Relevan dengan Mahasiswa Satrasia?