Cara Folklore Menyelamatkan Peradaban Manusia dalam Anime Dr. Stone

Sumber: Komik “Dr. Stone” Chapter 45

Anime “Dr. Stone” (2019) yang ditulis oleh Riichiro Inagaki dan diilustrasikan oleh Boichi bukan hanya sebuah kisah fiksi ilmiah yang dipenuhi oleh inovasi dan eksperimen. Di balik upayanya untuk menghidupkan kembali peradaban melalui ilmu pengetahuan, ada satu elemen menarik kerap tidak disadari oleh orang awam, yaitu folklore. Kehadiran cerita rakyat atau mitologi dalam anime tersebut memainkan peran penting dalam membangun ikatan antar generasi. Folklore berhasil menghubungkan masa lalu yang hampir terlupakan dengan masa depan yang penuh harapan.

Kisah anime “Dr. Stone” bermula saat umat manusia terjebak dalam kegelapan setelah sinar berwarna hijau membuat seluruh populasi dunia menjadi batu. Ribuan tahun kemudian, seorang anak remaja bernama Senku berhasil membebaskan diri dari batu di badannya dan berusaha menghidupkan kembali teknologi modern dengan kekuatan sains. Namun, di tengah perjuangan tersebut, terselip sebuah kisah penting tentang folklore yang diciptakan oleh penduduk asli desa Ishigami.

Baca Juga: Berkenalan dengan Burung Merak yang Berkicau untuk Keadilan, W.S. Rendra 

Merawat Ingatan dengan Folklore
Sumber: Komik “Dr. Stone” Chapter 45

Folklore dijadikan sebagai jembatan antara zaman purba dan masa kini untuk menjaga ingatan umat manusia. Dalam anime ini, folklore berfungsi sebagai medium untuk menyimpan dan meneruskan pengetahuan penting dari generasi ke generasi, terutama ketika seluruh teknologi modern telah lenyap.

Kisah legenda Byakuya Ishigami, seorang pendiri desa Ishigami dan ayah angkat Senku adalah salah satu contoh penting. Ia menjadi salah satu manusia yang selamat dari bencana sinar hijau tersebut. Byakuya sadar bahwa peradaban sedang mengalami keruntuhan. Pada komik “Dr. Stone” Chapter 45, ia dan kelompok kecilnya —yang merupakan teman astronotnya— mulai menciptakan mitologi dan cerita untuk menyampaikan pesan-pesan penting. Topik yang dijadikan mitologi berkaitan dengan cara hidup manusia modern, seperti informasi bebatuan, hewan liar, pangan, dan cara menghindari bahaya.

Dalam hal ini, folklore bukan hanya cerita nostalgia, melainkan juga alat survival—cara agar manusia tidak melupakan akar peradaban mereka dan tetap bisa berkembang meski dalam kondisi yang sangat primitif. Folklore menjadi kunci bagi para penghuni desa Ishigami untuk mengenali dan membantu Senku ketika ia datang ke desa dengan pengetahuan ilmiahnya.

Saling Melengkapi, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan
Sumber: Komik “Dr. Stone” Chapter 45

Uniknya, anime tersebut menghadirkan perpaduan yang harmonis antara sains dan folklore. Biasanya bagi sebagian orang,  mereka cenderung memandang ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang objektif dan rasional, sementara folklore sering kali dihubungkan dengan kepercayaan kuno atau mitos yang tidak memiliki dasar ilmiah. Namun, Dr. Stone ini mampu menunjukkan bahwa kedua hal tersebut dapat saling melengkapi.

Baca Juga: Puisi “Manusia Berjenggot”

Dalam cerita, penduduk desa Ishigami yang mewarisi kisah-kisah dari generasi sebelumnya menggunakan folklore sebagai dasar untuk menerima ilmu pengetahuan baru. Mereka mungkin tidak memahami mekanisme ilmiah di balik teknologi modern, tetapi kisah-kisah yang diwariskan kepada mereka menciptakan keingintahuan dan kepercayaan terhadap ilmu pengetahuan yang dibawa oleh Senku.

Bagi penduduk desa Ishigami, folklore bukan hanya alat pengajaran, tetapi juga sumber harapan. Di tengah kebingungan dan ketidakpastian dunia pasca-apokaliptik, kisah-kisah yang diturunkan memberi mereka keyakinan bahwa suatu hari, sains akan mengembalikan dunia ke keadaan semula. Dengan cara ini, folklore berfungsi sebagai mercusuar harapan yang menjaga semangat manusia tetap hidup, bahkan ketika segala sesuatu di sekitar mereka tampak hancur.

Hal seperti itu merupakan representasi bagaimana budaya dan ilmu pengetahuan dapat saling melengkapi. Sains mungkin membangun teknologi, tetapi kebudayaan melalui folklore dapat menjaga agar manusia tidak melupakan nilai-nilai dasar kemanusiaan, termasuk pentingnya kerja sama, harapan, dan keberlanjutan.

Penulis: Labibah
Editor: Diana

Baca Juga: Kode Etik sebagai Penjamin Mutu Jurnalisme