Berdekatan dengan International Womens Day (IWD), Metalurgi Creative menggelar pementasan monolog bertajuk Rupa Perempuan dalam Wajah Kolase Dunia Maya. Pementasan berlangsung pada Kamis, (09/03/2023) di Gedung Geugeut Winda (PKM) Lantai 2 Universitas Pendidikan Indonesia.
Naskah yang ditulis oleh Hayya, Irma Maulani, dan Canda Syakila ini mengusung mengenai isu keperempuan. Isu ini diangkat dari kehidupan sehari-hari di era sosial media yang semakin gencar.
Menurut penulis naskah, naskah monolog ini mengkritik menyoal kapitalisme yang tidak kita sadari membuka ruang yang lebar bagi perempuan untuk mudah mendapatkan uang dengan ‘menjual diri’. Hal tersebut menjadi gambaran bahwa objektifikasi perempuan bahkan sangat dekat dengan kita dan menjadi media bagi kapitalis.
Dalam pentas itu, tokoh Maya yang diperankan Canda Syakila, memperagakan saat perempuan memiliki kepribadian yang berbeda di setiap media sosial. Ketika di Instagram ia membentuk citra yang baik, di TikTok ia menjual baju-baju, dan di Bigo ia menjual diri.
Pada akhirnya, tokoh Maya merasa bahwa dunianya kosong dan tidak berarti apa-apa. Ia seakan diperalat oleh media digital dan kapitalisme. Namun, ia sendiri membutuhkan hal tersebut. Meskipun terpaksa, ia harus tetap melakukannya.
Pementasan yang diselenggarakan sebanyak tiga sesi ini mendapat respon baik dari penonton. Meskipun persiapan yang dilakukan cukup sebentar, terhitung sebulan sebelum pementasan dimulai, tetapi berhasil menggaet lebih dari 200 penonton.
“Visualnya bagus, aktornya keren, tapi kurang lama sih. Perumpamaannya bagus, tapi terlalu sederhana. Selebihnya keren, apalagi visual sama aktornya edun,” ungkap salah satu penonton.
Pementasan ini juga dimaksudkan sebagai salah satu pertunjukan yang dipersembahkan kepada penonton sebelum Metalurgi Creative mengikuti lomba di Solo, 13 Maret 2023 mendatang.
Bagi penulis, pementasan ini sangat layak diapresiasi. Kritik sosial yang dikemas dalam karya seni akan lebih mudah diserap oleh penonton untuk kesadaran isu sosial, khususnya isu keperempuanan. Dalam praktiknya pun perempuan digambarkan memiliki kebebasan untuk berekspresi.(*)
Penulis: Yasmin Afra Shafa S
Editor: Ezita Verananda