Cuplikan tiga film pendek berjudul “Tertutup Rapat”, “Aksara dan Rasa”, dan “Mr Darmo The Eccentric” yang ditayangkan dalam agenda puncak kaderisasi UKMF Satu Layar, berjudul “Liminalis”.

“Liminalis”: Langkah Pertama Sineas Muda UKMF Satu Layar

Sebuah langkah baru selalu tidak mudah. Seringkali diikuti ketakutan, meski di dalamnya terdapat harap dan cinta. Pada Minggu, 06 Juli 2025, UKMF Satu Layar mengadakan penayangan film pendek karya para sineas muda yang baru bergabung, dengan judul “Liminalis”. Liminal merujuk pada sebuah fase transisi dalam kehidupan, yakni saat seseorang sedang menuju sebuah fase baru dalam kehidupan. Najlaa, Ketua Umum UKMF Satu Layar, mengungkapkan bahwa judul tersebut diambil untuk melambangkan fase yang sedang dilewati para sineas baru UKMF Satu Layar. 

“Liminalis” merupakan bagian puncak dari kaderisasi UKMF Satu Layar. Sebelumnya, para sineas baru dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk membuat sebuah film pendek yang akhirnya ditayangkan pada kegiatan puncak tersebut. Terdapat tiga film yang ditayangkan: “Tertutup Rapat”, “Aksara dan Rasa”, dan “Mr Darmo The Eccentric”.

Trauma dalam “Tertutup Rapat”

“Tertutup Rapat” berkisah tentang seorang perempuan bernama Uma yang berusaha menghadapi trauma masa kecilnya dengan mengunjungi rumah lamanya. Saat berkunjung ke rumah lamanya, Uma kembali mengingat masa kecilnya. Saat itu, Ayah mengajari Uma melukis. Mulanya, Uma melukis dengan menggunakan tangan, lalu mulai diajari Ayah untuk melukis dengan kuas. Uma pun tumbuh dengan minat terhadap dunia seni lukis. Namun, Ayah malah menentangnya. 

Ayah menganggap bahwa melukis hanya membuang-buang waktu saja, sama sekali tidak berguna. Ia marah ketika Ibu membelikan Uma sekotak krayon. Ia pun marah ketika Uma tidak menjawab saat dipanggil untuk makan karena Uma terlalu fokus menggambar. Sebagai ekspresi atas kemarahannya, Ayah sampai merobek lukisan Uma dan memukul pintu hingga meninggalkan bekas pukulan. 

Ayah sebenarnya merupakan seorang pelukis. Namun, kemarahannya terhadap Uma berakar dari kesulitan yang ia alami. Ayah menghadapi kesulitan ekonomi karena hanya bisa menjual lukisan. Ia tidak ingin anaknya mengalami nasib yang serupa. Akan tetapi, meski Ayah sempat diyakinkan oleh Ibu untuk tetap berjuang bersama, Ayah malah memiliki pandangan pesimistis yang akhirnya mengantarkan mereka pada perpisahan. 

Sampai mereka berpisah, masih terdapat satu misteri yang belum terungkap di rumah lamanya, yakni terdapat satu ruangan yang tertutup rapat yang tidak boleh dimasuki Uma. Uma yang sudah dewasa memasuki ruangan itu dengan kunci yang tersimpan di lemari Ayah. Uma dewasa mendapati fakta bahwa Ayahnya ternyata seorang pelukis di ruangan gelap yang bermandikan sinar berwarna merah seperti ruangan untuk mencuci foto. 

Selain itu, ia menemukan lukisan lamanya yang pernah disobek oleh Ayah, tetapi disatukan kembali oleh Ibu, lukisan yang menggambarkan Ayah sedang melakukan kekerasan terhadap Uma, dan surat yang ditulis Ibu. Setelah Uma membaca surat yang ditinggalkan Ibu, ia mengambil lukisan dari kamar tersebut dan membakarnya bersama dengan lukisan lamanya sebagai simbol bahwa Uma sudah selesai dengan kenangan buruknya. Kenangan buruk itu sudah termakan api, menjadi abu.

Cinta dalam “Aksara dan Rasa”

“Aksara dan Rasa” menceritakan seorang penulis muda bernama Dikta yang memiliki kebiasaan mencari inspirasi untuk tulisannya dengan pergi ke taman. Pada suatu hari, Dikta yang sedang mencari inspirasi di taman bertemu dengan seorang perempuan bernama Kaluna. Selain itu, Dikta menulis macam-macam pemandangan yang ditemuinya selama mencari inspirasi di taman, mulai dari pasangan yang menghabiskan waktu di pinggir kolam sampai pedagang yang menjual minuman. 

Dikta kembali bertemu dengan Kaluna di lain kesempatan saat Kaluna sedang membeli barang di tempat langganannya, tetapi Kaluna tidak membawa uang tunai. Dikta pun mengambil kesempatan tersebut untuk mentraktir Kaluna. Setelah itu, Dikta dan Kaluna kembali bertemu di taman dan mereka menceritakan diri masing-masing. Setelahnya mereka menjadi semakin dekat, Dikta mendekati Kaluna dengan sangat mulus, membuat hati Kaluna berbunga-bunga.

Akan tetapi, ketika Kaluna sudah sangat mencintai Dikta, Dikta justru meninggalkan sebuah surat yang menyatakan bahwa selama ini ia mendekati Kaluna karena membutuhkan inspirasi untuk bukunya. Bagian terakhir menampilkan Dikta yang sedang menandatangani buku-bukunya. Di sana, Kaluna hadir, tetapi mereka seperti tidak saling mengenal. Rupa-rupanya, semua hanya bayangan yang muncul di kepala Dikta.

Ketakutan dalam “Mr Darmo The Eccentric”

“Mr Darmo The Eccentric” menceritakan tentang seorang mahasiswi bernama Malika yang mengalami kecemasan karena seorang dosennya. Darmo digambarkan sebagai seorang dosen yang sangat eksentrik. Ia seringkali mengadakan kelas di luar ruangan. Sikap Darmo terhadap mahasiswa-mahasiswanya juga sangat beragam.

Darmo bisa bersikap sangat baik terhadap beberapa mahasiswa, misalnya saat mahasiswanya meminta konsultasi terkait tugas dengannya. Ia bisa memberikan mahasiswa tersebut makanan atau mengajaknya bermain Playstation. Namun, terhadap mahasiswa yang lain, ia bisa sebaliknya. Ia bisa menghilang di waktu yang sudah ditentukan bersama atau menyetel klip Lionel Messi keras-keras saat mahasiswanya sedang presentasi.

Malika menghabiskan banyak waktu bahkan sampai begadang untuk belajar materi perkuliahan Darmo. Ia tidak ingin menghadapi sikap Darmo yang digambarkan sangat buruk oleh beberapa orang. Ketika akhirnya perkuliahan Darmo tiba, beberapa orang sempat mengira perkuliahan Darmo akan dibatalkan karena ia tidak kunjung datang ke kelas. Namun, akhirnya Darmo datang dengan sangat eksentrik. Darmo memiliki kumis tipis yang selalu ia mainkan serta pembawaan yang selengean.

Seorang mahasiswa yang sedang presentasi kala itu kesulitan fokus karena Darmo malah melihat ponsel. Darmo pun menegur mahasiswa tersebut karena presentasinya yang semakin tidak karuan. Setelah itu, Darmo memanggil mahasiswa lain di belakang yang tampaknya selalu gugup. Ia menyeret pemukul baseball miliknya dan memukulkannya. 

Malika pun terbangun karena Darmo memanggilnya dan mengabari bahwa kelas telah berakhir. Ternyata, semua kejadian itu hanyalah mimpi. Rupanya, ia tertidur karena kelelahan belajar.

Akhir Kata

“Tertutup Rapat” menghadirkan nuansa melankolis yang penuh kesedihan dengan dominasi pewarnaan layar biru, “Aksara dan Rasa” membawa nuansa penuh keceriaan dengan pewarnaan yang lebih cerah, dan “Mr Darmo The Eccentric” membawa kesan absurd yang sedikit mencekam dengan kemunculan beberapa teks warna merah gelap serta pewarnaannya yang terkesan sedikit dreamy.

Meski semua sineas yang menghasilkan ketiga karya tersebut belum memiliki pengalaman yang mumpuni, mereka sudah bisa menghasilkan karya yang sangat baik. Mungkin masih banyak yang bisa diperbaiki dari segi penulisan dan lain sebagainya. Namun, semua karya tersebut sudah memiliki orisinalitas dan menampilkan keindahan dalam media audiovisual.

“Sangat bangga. Tidak bisa berkata-kata. Soalnya [proses] mereka ini sangat lama [mereka] sudah disusun dari sebelum 2025, mulai dari mentoring sampai sekarang, dan banyak lika-liku yang dihadapi sampai bisa terlaksana seperti sekarang,” ungkap Najlaa terkait dengan rasa bangganya terhadap para sineas baru Satu Layar pada wawancara setelah kegiatan berlangsung.

Baca Juga: Cantik Itu Luka: Masihkah ‘Si Cantik’ Menjadi Impian?

Penulis: Rihan Athsari
Editor: Laksita Gati Widadi