Keberpihakan Brand Kosmetik Lokal terhadap Serangan Israel kepada Palestina: Kajian Semiotika Roland Barthes

Pada 7 Oktober 2023, kelompok militan dari Palestina, Hamas telah melancarkan serangannya sebagai bentuk perlawanan kepada Israel. Israel yang dipersenjatai lengkap karena didukung oleh negara adikuasa menjadi negara yang lebih kuat dibanding Palestina. Sejak saat itu serangan antar serangan terjadi di dua negara tersebut dan telah menimbulkan banyak korban, termasuk dari masyarakat sipil.

Terdapat setidaknya 2.641 wanita dan 4.506 anak-anak dari pihak Palestina meninggal karena kejadian tersebut. Selain itu, israel juga mengebom rumah sakit dan tempat ibadah di Gaza. Ini bukan lagi tentang perang, melainkan genosida! Beragam respons mulai dari masyarakat biasa hingga tokoh terkenal muncul dari seluruh penjuru dunia.

Di Indonesia sendiri, mayoritas penduduknya kontra terhadap Israel dan berbondong-bondong membantu Palestina dengan beragam cara, seperti demo, donasi, dan boikot produk pro Israel. Layaknya dua sisi koin, pasti ada baik dan ada buruk. Tentu, aksi seperti ini juga ada yang pro dan kontra. Tidak hanya masyarakat biasa, figur publik seperti artis, influencer, dan lainnya juga turut memberikan respons. Salah satunya, tokoh yang pro Israel, yaitu Gal Gadot.

Gal Gadot merupakan aktris dari negara Israel yang cukup terkenal di seluruh dunia. Sebagai publik figur, ia adalah tokoh yang punya kekuatan lebih untuk menggiring opini dibanding anggota masyarakat lain. Dengan kesadaran dan rasa bangganya terhadap tanah air sendiri, dia secara terang-terangan mendukung negaranya dengan dalih membalas perbuatan Hamas. Padahal, kalau dilihat kenyataannya, tindakan Israel sangat berlebihan dibanding tindakan Hamas yang (sebenarnya) memperjuangkan wilayah asli milik mereka!

Gal Gadot mengunggah foto bendera Israel di akun Instagramnya pada tanggal 8 Oktober 2023.

Secara denotatif, postingan tersebut memperlihatkan gambar bendera berwarna putih biru. Namun, jika ditelusuri lebih dalam maksud Gal Gadot memposting bendera miliknya adalah bahwa ia memang secara sadar dan sengaja mengunggahnya untuk mendapatkan simpati dan dukungan dari masyarakat dunia terhadap Israel. Postingan tersebut merupakan tanda yang menghasilkan tanda karena terjadi proses semiosis.

Tanda lain yang dimaksud adalah ‘suka’ dari orang-orang yang terlihat di postingan tersebut. Tanda suka mungkin terlihat biasa saja kalau hanya dilihat secara denotatif, tetapi jika dicari makna konotatifnya akan menghasilkan maksud bahwa orang tersebut ‘suka’ karena mendukung apa yang dilakukan Gal Gadot. Hal tersebut diketahui karena postingan tersebut hanya berupa bendera Israel yang ditampilkan sangat besar, sehingga apa lagi yang bisa disukai ketika tidak ada lagi elemen tambahan dalam fotonya. Jika orang tidak sengaja menyukai, masih ada kemungkinan orang tersebut langsung membatalkan sukanya sebelum notifikasi tersebut diketahui orang lain. 

Hal ini terjadi pada salah satunya pemilik brand kosmetik lokal yang cukup terkenal.

Pemilik brand tersebut menjadi viral di media sosial Twitter setelah ketahuan menyukai postingan Gal Gadot. Mayoritas masyarakat Indonesia kecewa dan berencana untuk memboikot produknya. Tentunya ini bukan hal baik bagi usaha dagang atau produk brandnya. Oleh karena itu, tanpa menunggu waktu lama, pemilik brand tersebut membatalkan sukanya dan klarifikasi terkait berita yang menimpa dirinya di Instagram.

Hi teman2, dari tadi saya mendapat banyak sekali notifikasi di social media.. Saya mohon maaf sebesar2nya kalau sdh menimbulkan kesalah pahaman. My stance is clear and strong: I WILL NEVER SUPPORT GENOCIDE! Saya tdk akan pernah dukung peperangan! I condemn the attacks on innocent civilians in Gaza dan saya harapkan situasi ini bisa segera berakhir, ceasefire now! Too many innocent lives have been lost and it has to end. My thoughts and prayers are with the families mourning their loss. I hope this can clarify the misunderstanding. (@angelina*****)

Klarifikasi yang dilakukan akun @angelina***** diunggah melalui postingan Instagram. Dia menyanggah bahwa menyukai postingan Gal Gadot merupakan kesalahpahaman. Dia menentang keras genosida dan peperangan karena alasan keselamatan warga sipil. Sayangnya, dengan dia mengatakan bahwa ia mendapat banyak sekali notifikasi-lah yang menjadi alasan dia klarifikasi. Kalau tidak ramai mungkin ia tidak muncul ke publik seperti ini.

Dia juga tidak membuat alasan mengapa dia bisa sampai menyukai postingan Gal Gadot. Setelah kasus ini viral di media sosial, brand tersebut membuat pernyataan dan bukti telah berdonasi kepada Palestina sebesar 600 juta rupiah. Namun, ada yang aneh di sini. Nominal yang ditulis pada bukti donasi tertera 500 juta, sedangkan apa yang ia tulis sebanyak dua kali dalam keterangan pamflet ialah 600 juta.

Baca Juga: Strategi Menjadikan Buah Semangka Sebagai Simbol Dukungan Pada Palestina di Media Sosial

Hal ini membuat ambiguitas keberpihakan mereka terhadap tujuan donasi yang sebenarnya ingin dicapai. Bisa karena tulus tanpa kepentingan ataupun memuat kepentingan untuk membersihkan nama baiknya. Selanjutnya, selang beberapa jam, pemilik brand satunya lagi yang ternyata masih sepupuan dengan dia pun ikut mengklarifikasi berita yang menggaet brandnya sendiri.

Pertama-tama, izinkan saya untuk meminta maaf kepada pihak-pihak yang merasa kecewa dan marah atas sikap saya menge-like postingan @GalGadot tentang dukungan terhadap Israel. Di saat saya melakukan itu, saya belum cukup mencari tahu informasi mengenai kejadian ini. Saya hanya melihat berbagai postingan di media sosial menunjukan bahwa banyaknya warga sipil yang menjadi korban pada tanggal 7 Oktober 2023. Saya sadar bahwa tindakan saya tersebut bisa menyebabkan kesalahpahaman bahwa saya pro Psrael dan tidak bersimpati dengan warga Palestina. Di tanggal 10 october, saya upload di ig story saya mendoakan semua warga sipil di Palestina dan Israel. Tap to the next story to see my post at the time. (@tiffy**)

Klarifikasi yang dilakukan akun @tiffy** diunggah melalui snapgram Instagram. Dia juga menyanggah bahwa ia pro Israel dan tindakan menyukai postingan Gal Gadot merupakan keteledoran dirinya karena tidak mencari tahu berita Israel-Palestina lebih lanjut. Dia bilang bahwa sebelum berita viral ini, dia sempat mendoakan keselamatan warga sipil Israel maupun Palestina. Berbeda dengan pemilik brand sebelumnya, orang ini memberikan alasan kenapa bisa menyukai postingan Gal Gadot.

Hal yang sama dengan brand sebelah bahwa dia juga ikut berdonasi sebesar 500 juta rupiah ke Palestina. Namun, tetap yang saya pikirkan ialah algoritma Instagram dia yang lebih banyak menampilkan korban warga sipil israel dibanding palestina, padahal kenyatannya terbalik! Entah ini merupakan permainan Instagram sebagai media propaganda dari amerika atau memang orang ini hanya berdalih saja. 

Bagi saya, kedua klarifikasi yang disampaikan masih bersifat ambiguitas dan terjadi keblunderan posisi dukungan pemilik brand kosmetik lokal tersebut terhadap kejadian Israel-Palestina.

Kutipan pertama menggambarkan orang yang bersikap seolah hanya ingin buru-buru klarifikasi. Dia mengatakan pro Palestina dan anti genosida. Kutipan kedua bersikap seolah-olah ia berada di posisi netral dengan mengatakan ia sebelumnya tidak cari tahu lebih dulu dan sekarang berdoa untuk warga sipil Israel dan Palestina.

Menurut saya, tidak ada sikap netral untuk tindakan genosida.

Orang-orang harus mengambil sikap mau menempati posisi mana, pro atau kontra. Saya sudah berpikir ini tidak adil bagi warga Palestina sejak terusir dari wilayahnya sendiri dan luasnya makin menyempit dari tahun ke tahun, Bagaimanapun, penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. Hal yang perlu digarisbawahi, peristiwa seperti ini bukan tentang agama saja, melainkan tentang kemanusiaan.

Peristiwa yang terjadi kepada pemilik brand kosmetik lokal merupakan sebuah pelajaran untuk lebih berhati-hati dalam bertindak di media sosial, terutama untuk para figur publik yang memiliki pengaruh lebih besar dibanding orang biasa. Suara seorang figur publik dapat menggiring opini publik dan akan berdampak pada masyarakat maupun diri sendiri. Dalam konteks para influencer pemilik usaha dagang brand kosmetik, tentunya akan berdampak pada penjualan usahanya.

Pada masyarakat Indonesia yang mayoritas pro Palestina, tentunya seorang owner usaha dagang yang pro Israel kemungkinan akan mendapat reaksi negatif dari masyarakat dan menimbulkan pemerosotan angka penjualan pada usaha dagangnya. Oleh karena itu, berhati-hatilah dalam tindakan yang tercipta berupa tanda verbal maupun visual. Setiap tanda visual dan tanda verbal yang dilakukan di media sosial dapat diinterpretasikan menjadi berbagai makna oleh pengguna lain.

Baca Juga: Ketika Kata “Israhell” Menjadi Simbol Kecaman Bagi Zionis Israel

Penulis: Mahmudah Salma Nur Iftikhar

Editor: Alma