Drama adalah sebuah karya sastra atau sebuah komposisi yang menggambarkan kehidupan dan aktivitas manusia dengan segala penampilan, berbagai tindakan, dan dialog antara sekelompok tokoh di dalamnya (Reaske, 1966). Pernyataan tersebut sesuai dengan naskah drama ‘Awal dan Mira’ karya Utuy Tatang Sontani yang menggambarkan liku-liku kehidupan pada tahun 1950-an. Di mana saat itu terjadi banyak polemik yang menyebabkan kerusuhan dan kerisauan di masyarakat. Dalam drama ini, penulis menyajikan serangkaian peristiwa rumit yang dibumbui dengan romansa percintaan antara Awal dan Mira.
Jika dilihat dari isinya, drama ini memiliki cerita yang penuh dengan kejujuran akan kerasnya hidup, serta memperlihatkan suatu usaha untuk menghilangkan stratifikasi sosial dengan menyatukan kaum bangsawan dengan rakyat biasa. Hal tersebut membuat pembaca merasa penasaran, sehingga menimbulkan ketertarikan untuk menikmatinya sampai akhir.
Kisah ini dimulai dengan hadirnya tokoh Mira. Ia merupakan seorang gadis penjaga kedai kopi yang cantik dan disenangi oleh banyak pengunjung, terutama laki-laki. Namun, Mira adalah perempuan yang memiliki prinsip kuat dalam menghadapi laki-laki, termasuk dalam menghadapi Awal —seorang pemuda bangsawan yang sangat mencintai Mira. Segala upaya telah dilakukan Awal untuk menarik perhatian Mira, tetapi Mira tetap tidak menghiraukannya. Awal merasa kecewa terhadap sikap Mira yang acuh tak acuh.
Hingga pada akhir cerita, diketahui bahwa Mira adalah gadis cantik yang memiliki kaki buntung akibat kekejaman perang. Barulah Awal menyadari mengapa Mira selalu menolak diajak berjalan-jalan atau berbincang-bincang di luar kedai. Mira senantiasa bepergian dengan bertongkat kayu. Hal itu membuyarkan harapan dan impian Awal akan kesempurnaan Mira.
Hal menarik lainnya adalah penulis menyampaikan beberapa pesan melalui karakteristik tokoh yang ada. Misalnya, pada tokoh Awal, penulis menyisipkan pesan bahwa ketika menginginkan sesuatu, kita harus memiliki semangat yang tinggi serta pantang menyerah. Sementara pada tokoh Mira, penulis menyisipkan pesan untuk para wanita agar bisa selektif dan cerdas dalam memilih pasangan. Di samping itu, drama ini juga memunculkan kritik sosial agar tidak ada lagi sekat yang disebabkan oleh perbedaan fisik ataupun status sosial.
Baca juga: SURGA PEMBANGKANG
Penulis: Anisa, Lia, Nurul, Najla