Angan Mahasiswa Baru Terhalang Keadaan

Jalan-jalan ke Soreang
Pulangnya membeli yupi
Alhamdulillah saya merasa senang
Bisa menjadi mahasiswa baru di UPI

Salam hangat akang, teteh, kawan-kawan semua. Alhamdulillah, rasanya sangat senang sekali bisa menjadi bagian dari UPI. Setelah melewati hari-hari yang menegangkan, menunggu pengumuman, dan malam yang selalu ramai oleh doa-doa yang dipanjatkan. Takdir memilih kami untuk bisa mendapatkan peluang dan kesempatan memperoleh ilmu serta pengalaman di kampus tercinta ini. Tapi, semua serba online, tidak ada pendaftaran ulang langsung ke kampus sambil sesekali berjalan-jalan melihat-lihat tempat yang nantinya akan dijadikan rumah kedua, atau sekadar menikmati angin, terduduk di kursi Taman Partere.

Rasa-rasanya ini sangat memilukan, tapi mau bagaimana lagi? si covid ini masih belum pulang kampung. Bahkan masa orientasi kampus dan kuliah umum dilaksanakan dengan menggunakan aplikasi  zoom. Padahal, seharusnya, mahasiswa saling berdiri di bawah sinar matahari, berlari-lari agar tidak terlambat dan pastinya menggunakan jaster bersama-sama di Gymnasium sambil menahan haru. Mungkin kawan-kawan ada yang sedikit menghela nafas pasrah karena tidak bisa pkdt-in doi atau sekadar lirik-lirik kating. Tapi tenang saja, kan bisa pdkt melalui media sosial, dengan modus bertanya-tanya soal perkuliahan yang akhirnya meminta untuk menyimpan nomor WhatsApp.

Setelah mengikuti masa orientasi kampus dan kuliah umum, mahasiswa baru UPI memulai perkuliahan. Rasanya tidak pernah terbayangkan perkuliahan pertama ini berlangsung daring. Seharusnya, di perkuliahan pertama ini kami saling berjabat tangan sambil menyebutkan nama masing-masing, tidak lupa senyuman hangat terukir di wajah menyambut kawan baru, duduk di kursi mahasiswa dengan mata mempehatikan dosen di depan kelas. Kenyataannya harus duduk di kursi masing-masing dengan perangkat di pangkuan.

Pertemuan pertama ini diisi dengan orientasi bersama dosen mata kuliah masing-masing.  Rasanya campur aduk. Rasa senang melihat kawan baru dan dosen pengampu juga rasa sedih karena keadaan belum mengizinkan kita untuk bisa bertemu.

Memulai perkuliahan dengan online itu agak sedikit kaget. Karena terbiasa menggulung diri di dalam selimut, tiba-tiba harus mempersiapkan diri untuk siap belajar secara online.  Kaum rebahan harus bangun pagi dan mempersiapkan hal-hal yang akan digunakan untuk kuliah online, seperti perangkat yang akan digunakan, baterai perangkat dan kuota yang sangat menguras isi dompet. Belum lagi permasalahan jaringan yang tekadang tidak stabil. Sampai-sampai ada kawan saya yang harus pergi ke desa sebelah untuk bisa mengikuti perkuliahan. Tak hanya itu, terkadang ada kendala saat berganti kelas, mungkin karena sangat banyak sekali partisipan tetapi fasilitas belum memadai. Hal itu membuat saya seringkali merasa ketakutan salah memasuki ruang zoom karena terburu-buru. Maklum, saya baru pertama kali berkuliah daring seperti ini. Jadi, banyak paniknya. Tapi saya yakin, pihak kampus sedang menyiapkan fasilitas terbaiknya, karena saya tahu beliau-beliau adalah orang-orang hebat.

Memang menjadi mahasiswa baru itu perlu adaptasi, banyak kagetnya. Apalagi semuanya serba online seperti sekarang. Kagetnya jadi dua kali lipat.

Semoga saja semesta cepat merestui kita untuk bertemu, ya.

Baca juga: KULON RASA TEMAN

Penulis: Nenden Nur Intan