Menyoal Pentingnya Pelestarian Bahasa Ibu sebagai Pembentuk Nilai Kebaikan

Bahasa ibu merupakan bahasa pertama yang didapatkan oleh seseorang dari interaksi langsung dengan ibunya. Bahasa ibu menjadi salah satu bahasa yang perlu diketahui dan dikuasai, sebab dalam kegiatan sehari-hari seseorang cenderung menggunakan bahasa ibu untuk bergaul di lingkungannya. Dengan begitu, bahasa ibu berkaitan erat dengan pembentukan identitas seseorang, salah satu contohnya adalah mengetahui dari mana orang itu berasal.

Saat ini tak sedikit orang-orang yang kurang menguasai bahkan tidak bisa sama sekali menggunakan bahasa ibu. Di tengah merebaknya bahasa gaul dan bahasa asing, bahasa ibu tetap perlu dilestarikan dan digunakan agar tidak punah begitu saja. Mengapa demikian? Sebab, jika bahasa ibu dilupakan begitu saja, dikhawatirkan terjadinya krisis bahasa daerah di berbagai wilayah Indonesia. Padahal, bahasa daerah merupakan salah satu kekayaan bangsa Indonesia yang perlu dijaga dan dikembangkan. Dilansir dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Sub Peta Bahasa tahun 2018, ada 655 bahasa daerah yang tersebar dari Provinsi Nangroe Aceh Darussalam hingga Provinsi Papua.

Bahasa ibu yang diwariskan oleh nenek moyang kita tentunya dilestarikan dengan berbagai alasan. Salah satu alasannya yaitu bahasa ibu memiliki kelebihan dalam aspek tingkatan bahasa. Bahasa ibu yang ada di Indonesia seringkali dipadankan dengan bahasa daerah. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa setiap bahasa daerah memiliki tingkatan bahasa dalam penggunaannya. Tingkatan bahasa tersebut mencerminkan etika seseorang dalam berperilaku, atau singkatnya bahasa daerah dapat mencerminkan kesopansantunan seseorang. Bagaimana tidak, tingkatan bahasa daerah digunakan sebagai sarana untuk mengatur seseorang dalam berbicara, apakah itu sedang berbicara dengan teman sebaya, atau orang yang lebih tua. Penggunaan bahasa yang disesuaikan dengan tingkatannya itu membuat seseorang belajar sopan santun dengan siapa mereka berinteraksi.

Sebab bahasa ibu dianggap penting, maka Hari Bahasa Ibu Internasional (International Mother Language Day) diperingati setiap tanggal 21 Februari. Di balik pentingnya Hari Bahasa Ibu, ternyata terdapat sejarah yang cukup kelam. Hari Bahasa Ibu Internasional ini diawali oleh  pengakuan internasional terhadap Hari Pergerakan Bahasa yang dirayakan di Bangladesh. Singkatnya, pada 21 Februari 1952 sempat terjadi gerakan demonstrasi mahasiswa yang menentang keputusan penghapusanbahasa Bangla dari warga Pakistan Timur, dan menjadikan bahasa Urdu sebagai bahasa nasional Pakistan. Aksi tersebut berhasil menelan banyak korban. Karena aksi ini terus berlanjut dan semakin menelan banyak korban, maka salah seorang kerabat korban, sebagai penggagas dia mengusulkan diadakannya Hari Bahasa Ibu Internasional pada 9 Januari 1998. Ia meminta agar PBB mengambil langkah untuk melestarikan semua bahasa di dunia agar tidak punah. Lalu, usulannya itu dideklarasikan pada 21 Februari mengacu pada peristiwa 21 Februari yang sempat menelan banyak korban. Akhirnya, pada 17 November 1998, usulan tersebut disetujui oleh 188 negara, termasuk Pakistan.

Bahasa daerah yang cukup banyak itu tentunya perlu diwariskan pada generasi selanjutnya agar bahasa ibu ini tetap ada. Adapun cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengajarkan bahasa daerah oleh orang dewasa pada anak-anak. Selain itu, cara yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan atau mempraktikkan bahasa ibu di kehidupan sehari-hari, tentunya di lingkungan yang tepat.

Baca Juga: Doa tuk Pengembara

Penulis: Riska Mutiara Dewi
Editor: Algina Shofiyatul Husna