Pada Senin (28/02/22), Sambadda Hima Pensatrada menayangkan secara perdana pementasan Mandala Geni “Seuneu Bandung” di kanal YouTube Hima Pensatrada. Sebelum ditayangkan secara digital, pementasan ini telah ditampilkan secara luring di gedung PKM pada 25 Februari lalu, untuk proses tapping.
Pementasan yang disutradarai oleh Irma Kumala Hamidah mengambil latar Bandung tahun 1946. Lebih tepatnya, drama ini mengangkat cerita mengenai perjuangan rakyat Bandung dalam mempertahankan wilayahnya dari sekutu.
Pementasan drama “Seuneu Bandung” merupakan transformasi dari sebuah sajak berjudul sama karya Karna Yudibrata. Pemilihan puisi tersebut sebagai dasar dari cerita dalam drama, tentu bukan tanpa alasan. Menurut Henda selaku pimpinan produksi, puisi ini dipilih selain karena sesuai dengan tema yang akan diangkat dalam pementasan, juga untuk melestarikan kembali sejarah peristiwa Bandung Lautan Api.
Meskipun sempat mengalami kendala hingga pemunduran jadwal tampil, pementasan drama berlangsung dengan lancar. Terlihat dari respons para penonton yang menyaksikan pementasan tersebut secara langsung. Menurut mereka, cerita yang diangkat dalam pementasan ini sangat menarik karena mengangkat soal sejarah masyarakat Bandung. Ditambah dengan permainan aktornya yang apik, tata cahaya, dan musik yang baik, sehingga membuat pementasan drama ini semakin berkesan.
“Dengan proses 3 bulan, sudah cukup memenuhi standar pentas. Ditambah musik dan tata cahaya yang sangat keren, cukup memukau. Untuk aktor-aktornya juga cukup menarik dan ada kebaruan dalam pengemasannya,” tutur seorang penonton yang diwawancarai Jumat kemarin.
Selalu ada ruang untuk perkembangan dan perbaikan. Begitu pula dalam pementasan ini, jika bisa dieksekusi lebih baik tentu akan meninggalkan kesan yang lebih juga bagi penonton. Sekiranya itu yang disampaikan para apresiator setelah menyaksikan pementasan tersebut.
Baca Juga : Panggung Setara: Dukungan Penghapusan Kekerasan Seksual terhadap Perempuan
Penulis : Salsabila Izzati Alia
Editor : Fazya Anindha Srizaky
Fotografer : Abdul Azis Zulfikar Karim