Pada (05/11), Gebyar Bahasa dan Sastra Indonesia (GBSI) Hima Satrasia resmi dilaksanakan. Kirab Kebudayaan menjadi penanda seremonial acara tersebut. Panitia GBSI bersama ASAS UPI melakukan pawai di dalam lingkungan UPI. Rute dimulai dari dari Gedung Amphiteater, melewati Jalan Sadarjoen Siswomartojo dan Jalan Roeslan Abdoel Ghani, hingga berakhir di Taman Partere.
Kirab Kebudayaan dipilih karena sejalan dengan tema yang diusung tahun ini, yaitu Sastra dalam Pendidikan dan Kebudayaan. Koordinator acara, Maisie Juanita R., mengungkapkan tujuan acara ini, “Kirab Kebudayaan GBSI ditujukan untuk menegaskan kembali eksistensi kami, bahwa kegiatan ini masih ada di Hima Satrasia dan masih merupakan milik Hima Satrasia. Setelah sebelumnya sempat tertidur untuk waktu yang lama.”
Baca Juga: Lima Rekomendasi Puisi-Puisi Fenomenal W.S. Rendra yang Patut Dibaca – Literat
Kirab dimulai pada setengah sebelas pagi dengan ASAS UPI pemimpinnya, sementara panitia GBSI sekaligus anggota Hima Satrasia mengikuti dari belakang. Beberapa orang membawa bendera, perangkat suara, dan perlengkapan lainnya.
ASAS UPI pada Kirab Kebudayaan ini membawakan sastra lisan berupa mantra, Jangjawokan Asihan Nyi Raja Mantri yang dimodifikasi sedikit dengan menambahkan puja-puji kepada Tuhan dan doa kelancaran seluruh kegiatan GBSI.
Menurut Wildan Nurul Sani, ketua umum ASAS UPI sekaligus salah satu pengonsep penampilan, puisi lisan ini dipilih karena kesesuaian dengan tema yang diusung oleh panitia sekaligus kapasitas ASAS UPI. Meskipun sebenarnya makna dari mantra yang dibacakan itu agak melenceng dari tema GBSI.
Acara ini ditutup dengan pembacaan puisi W.S. Rendra oleh sekretaris pelaksana Gebyar Bahasa dan Sastra Indonesia, Nayla Yuliandri, di Taman Partere.
Baca Juga: Berkenalan dengan Burung Merak yang Berkicau untuk Keadilan, W.S. Rendra – Literat
Penulis: Rihan Athsari
Editor: Mahmudah Salma Nur Iftikhar