Bincang Santai Musikalisasi Puisi dengan Fajar M. Fitrah

Kamis, 21 Oktober lalu Subbidang Kesenian Hima Satrasia menggelar acara bertajuk Workshop Musikalisasi Puisi. Dalam workshop tersebut, Hima Satrasia mengundang Fajar M. Fitrah sebagai pemateri. Workshop tersebut diisi dengan acara pematerian, sesi diskusi, dan juga penampilan.

Penyair sekaligus vokalis dari Bob Anwar tersebut memaparkan bahwa dalam membuat musikalisasi puisi kita tidak boleh gegabah. Karena memang membutuhkan waktu dan pemikiran yang lama. Bahkan sebaiknya pembuatan musikalisasi puisi tersebut melalui diskusi, tidak hanya melalui satu pemikiran dan musikalisasi tersebut, tidak boleh membunuh jiwa dalam puisinya.

Dalam pemaparannya, pemateri menyinggung beberapa hal. Musikalisasi puisi itu punya beberapa elemen penting yang harus diperhatikan, yaitu: harmonisasi dan interpretasi. Karena musikalisasi puisi itu bukan lagu-lagu yang berlirik puitis. Namun, musikalisasi puisi itu memang harus datang dari dua disiplin ilmu berbeda: puisi dan musik. Lebih sederhananya lagi adalah puisi yang digubah menjadi nyanyian. Jika puisinya menghentak, maka musiknya pun harus ikut. Namun, semua itu kembali lagi kepada pekarya musikalisasi. Itu masalah interpretasi.

Pada sesi diskusi, Fajar menjelaskan bahwa dalam pembuatan musikalisasi puisi, faktor kecerdasan dan ketertarikan pada sastra sangat berpengaruh, sehingga diskusi merupakan poin penting agar terciptanya ide-ide kreatif dalam pembuatan musikalisasi puisi. Terlepas baik atau buruknya hasil, cobalah terlebih dulu.

Diskusi lainnya juga tak kalah menarik, Fajar menanggapi pertanyaan di mana, “Mengapa paradigma masyarakat pada musikalisasi puisi adalah musik folk?” Pada kesempatan tersebut Fajar memberi contoh lagu “Cinta Melulu” milik grup band Efek Rumah Kaca. Di mana kita sudah kecanduan terhadap musik-musik lembut, oleh karena itu kita membuat musikalisasi terhadap genre tersebut.

Setelah sesi tanya jawab, Fajar sempat menantang beberapa penonton untuk tampil membawakan musikalisasi puisi di panggung, Fajar juga sempat menantang moderatornya untuk bermain musikalisasi puisi di atas panggung.

penyair sekaligus vokalis dari Bob Anwar tersebut memaparkan bahwa dalam membuat musikalisasi puisi kita tidak boleh gegabah. karena memang membutuhkan waktu dan pemikiran yang lama. Bahkan sebaiknya pembuatan musikalisasi puisi tersebut melalui diskusi, tidak hanya melalui satu pemikiran dan musikalisasi tersebut tidak boleh membunuh jiwa dalam puisinya.

Dalam pemaparannya, pemateri menyinggung beberapa hal; Musikalisasi puisi itu punya beberapa elemen penting yang harus diperhatikan, yaitu: harmonisasi dan interpretasi. Sebab musikalisasi puisi itu bukan lagu-lagu yang berlirik puitis. Tapi musikalisasi puisi itu memang harus datang dari dua disiplin ilmu berbeda; puisi dan musik. Atau lebih sederhananya lagi adalah puisi yang digubah menjadi nyanyian. Jika puisinya menghentak, maka musiknya pun harus ikut. Tetapi semua itu kembali lagi kepada pekarya musikalisasi. Itu masalah interpretasi.

Pada sesi diskusi, Fajar menjelaskan bahwa dalam pembuatan musikalisasi puisi, faktor kecerdasan dan ketertarikan pada sastra sangat berpengaruh, Sehingga diskusi merupakan poin penting agar terciptanya ide-ide kreatif dalam pembuatan musikalisasi puisi. Terlepas baik atau buruknya hasil, cobalah terlebih dulu.

Diskusi lainnya juga tak kalah menarik, Fajar menanggapi pertanyaan di mana mengapa paradigma masyarakat pada musikalisasi puisi adalah musik folk? pada kesempatan tersebut Fajar memberi contoh lagu Cinta melulu milik group band Efek Rumah Kaca. Di mana kita sudah kecanduan terhadap musik-musik lembut oleh karena itu kita membuat musikalisasi terhadap genre tersebut.

Kamis, 21 Oktober lalu Subbidang Kesenian Hima Satrasia menggelar acara bertajuk Workshop Musikalisasi Puisi. Dalam workshop tersebut, Hima Satrasia mengundang Fajar M. Fitrah sebagai pemateri. Workshop tersebut diisi dengan acara pematerian, sesi diskusi, dan juga penampilan.

Penyair sekaligus vokalis dari Bob Anwar tersebut memaparkan bahwa dalam membuat musikalisasi puisi kita tidak boleh gegabah. Karena memang membutuhkan waktu dan pemikiran yang lama. Bahkan sebaiknya pembuatan musikalisasi puisi tersebut melalui diskusi, tidak hanya melalui satu pemikiran dan musikalisasi tersebut, tidak boleh membunuh jiwa dalam puisinya.

Dalam pemaparannya, pemateri menyinggung beberapa hal. Musikalisasi puisi itu punya beberapa elemen penting yang harus diperhatikan, yaitu: harmonisasi dan interpretasi. Karena musikalisasi puisi itu bukan lagu-lagu yang berlirik puitis. Namun, musikalisasi puisi itu memang harus datang dari dua disiplin ilmu berbeda: puisi dan musik. Lebih sederhananya lagi adalah puisi yang digubah menjadi nyanyian. Jika puisinya menghentak, maka musiknya pun harus ikut. Namun, semua itu kembali lagi kepada pekarya musikalisasi. Itu masalah interpretasi.

Pada sesi diskusi, Fajar menjelaskan bahwa dalam pembuatan musikalisasi puisi, faktor kecerdasan dan ketertarikan pada sastra sangat berpengaruh, sehingga diskusi merupakan poin penting agar terciptanya ide-ide kreatif dalam pembuatan musikalisasi puisi. Terlepas baik atau buruknya hasil, cobalah terlebih dulu.

Diskusi lainnya juga tak kalah menarik, Fajar menanggapi pertanyaan di mana, “Mengapa paradigma masyarakat pada musikalisasi puisi adalah musik folk?” Pada kesempatan tersebut Fajar memberi contoh lagu “Cinta Melulu” milik grup band Efek Rumah Kaca. Di mana kita sudah kecanduan terhadap musik-musik lembut, oleh karena itu kita membuat musikalisasi terhadap genre tersebut.

Setelah sesi tanya jawab, Fajar sempat menantang beberapa penonton untuk tampil membawakan musikalisasi puisi di panggung, Fajar juga sempat menantang moderatornya untuk bermain musikalisasi puisi di atas panggung.

Baca juga: Mengupas Puisi “Karangan Bunga” Taufik Ismail