Kenal Dekat Lewat Debat Menuju Muma 2019

Setelah sukses mengadakan Kampanye Kelas dan Kampanye Akbar dalam rangka Musyawarah Mahasiswa 2019, Hima Satrasia FPBS UPI (5/12) menggelarkan acara selanjutnya, yaitu Debat Ajuan Bakal Calon Ketua Umum Hima Satrasia periode 2020 untuk mengetahui siapa yang pantas untuk menjadi ketua umum selanjutnya.

Acara ini dimulai pada pukul 13.00. Ketiga bakal calon sudah hadir di depan, yaitu Fadlan, Mahardika, dan Reza. Para delegasi dan peninjau berbondong-bondong untuk menghadiri acara yang tidak bisa dilewatkan ini. Mereka lengkap memakai jas almamater UPI sebagai bentuk formal dan antusiasme mereka terhadap acara kemarin.

Selain itu, terdapat lima panelis yang membawa mosi berbeda untuk ketiga bakal calon. Tofan membawa mosi tentang Kepemimpinan, Jundun tentang Ke-Himasatrasia-an, Zagitha tentang Sosial Politik, Triyadi tentang Kebahasaan, dan Fajar tentang Kesastraan.

Sistem debat kali ini dibagi menjadi lima sesi (1 sesi pertama dilakukan melalui lima mosi dari panelis, 4 sesi terakhir digunakan untuk setiap satu pertanyaan dari penonton).

Sesi satu mengangkat lima mosi dengan panelis yang berbeda-beda. Tiga mosi pertama diberikan kepada ketiga bakal calon secara bergantian, masing-masing mendapatkan satu mosi dan berdebat (saling menguatkan argumen masing-masing) soal mosi tersebut. Menyoal siapa yang akan mendapatkan mosi pertama, caranya menggunakan sistem undian (diambil oleh moderator) pada kertas kecil yang berisikan nama dari ketiga calon tersebut. Selanjutnya yang sudah terpilih akan memilih mosi dengan cara yang sama (undian). Setelah mosi tersebut selesai (dengan closing statement dari panelis bersangkutan), nama yang tadi terpilih akan mengambil kertas kecil yang berisikan nama dari kedua calon yang belum mendapatkan mosi dan nama yang terpilih akan memilih mosi dengan cara yang sama, begitu seterusnya hingga mosi ketiga. Dan, dua mosi terakhir dilakukan dengan cara berebut.

Mosi Pertama

Nama yang pertama muncul adalah Mahardika dengan mengambil mosi tentang kepemimpinan yang akan dibawa oleh Panelis Tofan.

“Di dalam kepengurusan organisasi Hima Satrasia kali ini setidaknya terdapat dua jenis kepemimpinan, yang pertama adalah struktural dan kedua adalah fungsional. Menurut kamu, manakah yang akan kamu pilih sebagai ketua umum untuk Hima Satrasia nanti?” tanya Tofan kepada Mahardika dan kedua bakal calon lainnya.

Mahardika, mengambil keputusan. Dengan memilih kepemimpinan organisasi secara fungsional. Menurutnya, semua dan setiap anggota harus memahami (atau paham) terhadap esensi/fungsi dari setiap kegiatan yang akan atau sudah dilaksanakan oleh organisasi.

Argumen kedua, dikeluarkan oleh Fadlan. Dia mengatakan bahwa setiap organisasi yang terstruktur sudah memberikan porsi setiap anggotanya masing-masing dan mengambil jalan sama yang diambil oleh Mahardika, yaitu fungsional.

Berbeda dengan argumen yang dikeluarkan oleh Reza. Dia mengantarkan argumennya dengan sebuah pertanyaan. Apakah kedua jenis tersebut mengharuskan untuk memilih salah satu? Ataukah bisa menggunakan keduanya dengan cara menggabungkannya? Dan, berakhir pada kesimpulan untuk memilih struktural dan mengambil sedikitnya dari fungsional.

Di pertengahan debat mosi pertama, Panelis Tofan meluruskan argumen ketiga bakal calon.

“Maksud saya, struktural itu harus bertahap dari nol sampai seterusnya sedangkan fungsional itu hanya berfokus pada hasil.”

Setelah mendengar hal tersebut, Fadlan dengan gerak cepat menambahkan argumennya. Dia mengatakan bahwa tidak perlu struktural sepenuhnya, ada yang bisa diambil dari fungsional.

Namun, Mahardika dengan keteguhan pendiriannya, dia hanya memilih satu saja, yaitu fungsional. Karena dengan begitu, setiap anggota akan bergerak secara maksimal dan mencapai tujuan yang akan dituju.

Mosi pertama ditutup dengan closing statement oleh Panelis Tofan. Dia mengatakan bahwa sangat disayangkan, mereka (ketiga bakal calon) tidak menyangkut pautkan (pilihan mereka) dengan kondisi Hima Satrasia saat ini.

Baca juga: Sudah Kenalkah Kalian Siapa Calon Ketua Umum Selanjutnya?

Mosi Kedua

Mosi kedua didapatkan oleh Fadlan dengan mengangkat tentang Kesastraan yang dibawa oleh Panelis Fajar.

Panelis Fajar memfokuskan mosi ini kepada Ekosistem Kesastraan. Dia mengatakan bahwa Ekosistem Kesastraan sekarang itu tidak sentral (artinya tidak berpusat), dampaknya tidak ada gesekan antarkomunitas sastra. Dalam kasus tersebut, Panelis Fajar memberikan dua pilihan terhadap ketiga bakal calon. Apakah akan mengembangkan Ekosistem Kesastraan secara lokalitas ataukah melewati publik?

Fadlan dengan argumennya mengatakan bahwa kasus tersebut disebabkan karena tidak meratanya (lokalitas) kesastraan, sehingga butuh adanya gesekan di kota. Memulai dari Hima Satrasia terlebih dahulu, adanya program kerja yang menunjang dari segi susastra. Dia menginginkan program kerja tersebut ditambahi bumbu-bumbu lokalitas (khususnya Jawa barat) untuk dipersembahkan kepada publik.

Argumen kedua dikeluarkan oleh Reza. Dia berpendapat bahwa sastra saat ini di masyarakat masih bersifat ekslusif. Oleh karena itu, dia ingin sastra ini disetarakan atau dikebumikan.

Sedangkan Mahardika mengatakan bahwa kasus ini diharuskan bertahap dengan memfokuskan pada gesekan lokalitas agar (sastra) bisa lebih menonjol.

Mosi kedua diakhiri dengan closing statement dari Panelis Fajar. Dia mengakhiri mosi dengan pernyataan bahwa dia belum menemukan jawaban dari ketiga bakal calon tersebut. Maksud dia pada mosi kali ini ialah sikap dan ide awal sebagai ketua umum Hima Satrasia perihal sastra dengan melihat kondisi sastra saat ini untuk memberikan pengaruh lokalitas ataupun publik.

Mosi Ketiga

Reza mendapat giliran terakhir di mosi ketiga dengan mengambil mosi tentang Kebahasaan yang dibawakan oleh Panelis Triyadi. Mosi kali ini berfokus pada Politik Bahasa.

Panelis Triyadi membawakan kasus Internasionalisasi Bahasa Indonesia dan Konferensi Bahasa Melayu yang dilakukan oleh Kemendikbud. Yang mengakibatkan dampak ketidaksesuaian aturan bahasa dan terkikisnya bahasa Indonesia. Panelis Triyadi meminta pembenaran akan hal tersebut, apakah benar? Ataukah sebaliknya? Dan, solusi seperti apa yang ingin ditawarkan oleh ketiga bakal calon.

Menurut Reza, dengan tegas mengatakan bahwa hal itu tidak benar. Karena Bahasa Indonesia tidak dalam kondisi terancam dengan mengeluarkan bukti bahwa banyaknya mahasiswa-mahasiswa dari Madepdiksatrasia melanglang buana ke negara lain dan adanya peningkatan eksistensi akan hal tersebut.

Berbeda dengan Reza, Fadlan melihat terlebih dahulu Konferensi Bahasa yang dilakukan. Apakah sudah benar ataukah memang terkikis? Fadlan berpendapat bahwa hanya segelintir orang yang tidak paham bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dia juga memberikan solusinya. Dia ingin memulai dari organisasinya terlebih dahulu untuk meninggikan norma-norma kebahasaan. Bahasa Indonesia sejarahnya adalah bahasa Melayu, lanjutnya. Melalui sistematika bahasa sebagai cara pengenalan untuk diajukan dari segi universitasnya. Bahasa Indonesia bisa dikenal melalui karya sastra yang diterjemahkan ke bahasa lain.

Mahardika sama halnya dengan Reza, dia dengan tegas langsung membenarkan hal tersebut, tetapi dengan perspektif yang berbeda dari Fadlan. Dia melihatnya melalui Bangsa Indonesia yang mulai kalah dalam penggunaan bahasa. Dia mengatakan bahwa Bangsa Indonesia tidak sadar dalam menggunakan bahasa yang baik dan benar. Dia juga ingin mendekatkan bahasa ke masyarakat agar lebih sadar untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Adanya nilai-nilai tertentu dalam memahami bahasa, terutama bahasa Indonesia.

Mosi ketiga ditutup dengan closing statement oleh Panelis Triyadi. Dia mengatakan bahwa kasus tersebut bisa dijadikan Proker Insidental bagi Hima Satrasia nanti.

Mosi Keempat

Setelah ketiga bakal calon mendapatkan mosinya masing-masing. Kedua mosi terakhir akan dipilih oleh moderator dan akan dilanjutkan oleh panelis yang bersangkutan. Selanjutnya akan diberikan kasus atau pertanyaan untuk ketiga bakal calon dan akan berebut siapa yang akan mengeluarkan argumennya terlebih dahulu.

Mosi keempat tentang Kehimasatrasiaan yang dibawakan oleh Panelis Jundun. Dia membawakan Anggaran Rumah Tangga Hima Satrasia yang berisi tentang kewajiban setiap anggota. Panelis Jundun ingin ketiga bakal calon untuk memberikan tanggapan adanya garis kuning dari pejabat kampus yang mempersulit birokrasi untuk mengeluarkan aspirasi (atau kewajiban) yang berakibat adanya keraguan dari Madepdik baru akan Hima sebagai wadah organisasi.

Yang pertama mengeluarkan argumennya adalah Fadlan. Menurutnya semua orang harus mempunyai sikap yang ideal. Maksudnya adalah adanya perhitungan akan konskuensinya nanti. Organisasi bisa merangkul masalah dan melihat apakah bisa diselesaikan atau tidak. Dia juga melanjutkan bahwa semuanya harus sesuai porsi dan ada sikap yang tegas.

Seakan tidak mau kalah, Reza langsung mengeluarkan argumennya. Hima artinya mewadahi setiap anggotanya, katanya. Dia ingin melihat dahulu masalahnya sulit atau tidak dan menurutnya itu hal biasa yang dihadapi oleh Hima. Terakhir, Reza malah mengamini rekan oposisinya Fadlan yang sedikit menyinggung tentang Parsospolmawa, dia mengatakan bahwa Parsospolmawa akan merespons hal tersebut.

Baca juga: Melawan Hoaks di Bincang Santai Akademik

Mahardika tidak setuju dengan Reza yang menganggap masalah ini adalah hal biasa. Menurutnya kasus tersebut adalah hal yang serius, karena bisa menghambat proses kegiatan yang akan dijalankan. Namun, Mahardika tidak pesimis, dia mengatakan masalah tersebut bisa dituntaskan dengan bekal-bekal yang sudah dibekali untuk Madepdik baru. Dia juga mengatakan bahwa diharuskan adanya sanksi atau penghargaan akan hal tersebut, harus tegas dan jelas.

Seperti biasanya, mosi ditutup dengan closing statement oleh Panelis Jundun. Dia mengatakan bahwa sangat disayangkan, kedua bakal calon tidak menyangkut-pautkan dengan sanksi dan penghargaan, selain Mahardika yang tadi juga hanya mengulas (tidak memberikan sanksi dan penghargaan secara spesifik). Bukan masalah sudut pandang, lanjutnya. Memang kewajiban dan hak-hak tersebut harus diperjuangkan menyoal Hima dibentuk untuk siapa, yaitu Madepdiksatrasia.

Mosi Kelima

Mosi terakhir yang dibahas adalah tentang Sosial Politik yang dibawakan oleh Panelis Zagitha. Dari salah satu peraturan rektor, menurutnya Hima Satrasia saat ini tidak dalam kondisi baik-baik saja. Panelis Zagitha menginginkan langkah Hima dan bentuk Hima saat ini seperti apa.

Reza mengeluarkan argumennya terlebih dahulu. Menurutnya di dalam Hima fungsi tersebut sudah ada, tetapi dilesapkan. Bila tidak ada, ketiga bentuk (MPM/DPM/Hima) tersebut merupakan ancaman yang bisa-bisa tidak diakui sebagai organisasi di dalam UPI. Apakah harus dipertahankan atau diubah? Menurutnya diharuskan menyesuaikan menurut peraturan tersebut.

Namun, menurut Fadlan, Hima saat ini tidak dalam kondisi tidak baik-baik saja. Ketiga bentuk tersebut sudah dibentuk sebagai ikatan, maka dari itu tidak semestinya kita pertimbangkan apakah harus disesuaikan atau tidak.

Menurut Mahardika, keberadaan Hima harus tetap diperjuangkan. Karena adanya fungsi ketiga bentuk tersebut. Dia juga tidak sepakat dengan Reza bahwa Hima harus disesuaikan.

Mosi kelima ditutup dengan closing statement oleh Panelis Zagitha. Dia mengatakan bahwa tidak perlu reaksioner terhadap hal tersebut, yang perlu ditekankan adalah langkah apa yang selanjutnya dilakukan kepengurusan ke depannya.

Sesi Kedua

Sesi kedua dan seterusnya dibuka sesi tanya jawab dari para audiens, masing-masing sesi satu pertanyaan.

Pertanyaan pertama oleh audiens bernama Rafqi.

“Dari semua mosi yang sudah dibawakan oleh setiap panelis. Apakah kalian mengerti setiap mosi tersebut atau tidak? Jika bisa kasih rate 1—10 sejauh mana kalian mengerti. Dan apakah dalam jawaban kalian itu adanya landasan atau hanya sekadar improvisasi?” katanya.

Reza yang menjawab terlebih dahulu. Dia mengatakan bahwa hanya ada satu mosi yang tidak dimengertinya, yaitu Mosi Kesastraan. Sisanya dia mengerti semua, Kehimasatrasiaan (10), Kepemimpinan (9), Sosial Politik (10), Kebahasaan karena adanya ketidakjelasan (5), dan Kesastraan (4).

Kedua, Fadlan. Dia mengatakan bahwa daya tangkap atau responsif seseorang itu berbeda-beda. Di sini kita perlu menggali objek agar mengerti suatu gagasan yang diberikan. Dari kelima mosi tersebut, hanya ada satu ketidakjelasan. Semua (10) dan hanya Kebahasaan (9).

Terakhir, Mahardika. Menurutnya di debat kali ini membutuhkan pemahaman untuk berpikir cepat. Dari kelima mosi tersebut, hanya bahasa dan sastra yang kurang dimengerti. Bahasa (7), Sastra (7), dan lainnya (9).

Pertanyaan kedua dibawakan oleh audiens bernama Agung.

“Bagaimana sikap 1 periode (sikap politik) kalian yang akan dilakukan? Dan apa yang menjadikan fokus dari kelima mosi tersebut?” tanyanya.

Fadlan, pertama menjawab. Hima Satrasia merupakan organisasi yang berfokus di Bahasa dan Sastra, tetapi tidak menjadikan kedua hal tersebut sebagai penghalang untuk bergerak lebih jauh. Karena untuk mencapai capaian yang setara dan disesuaikan dengan kondisional saat ini.

Selanjutnya, Mahardika. Menurutnya, kelima mosi tersebut merupakan media bagaimana kita bisa memahami untuk menyelesaikan hal tersebut. Untuk memahami langkah-langkah selanjutnya dan memahami esensi organisasi.

Di pertengahan sesi ini, Panelis Triyadi memberikan komentarnya terlebih dahulu.

“Dari ketiga bakal calon tidak ada argumennya. Dilihat dari pertanyaan audiens pertama yang menanyakan adanya landasan atau tidaknya dalam menjawab kelima mosi tadi, dan dari pertanyaan audiens tadi seharusnya Ketum mempunyai argumen untuk melaksanakan visi misi ke depannya,” katanya.

Setelah itu, Reza menjawab pertanyaan kedua tadi. Dia menginginkan ranah internalnya terlebih dahulu dengan melihat kondisi sekarang untuk mempermudah dan mewadahi Madepdik. Setelahnya, dia ingin melanjutkan cita-cita dari Ketum terdahulu.

Pertanyaan ketiga dibawakan oleh audiens bernama Daffa.

“Bagaimana kalian menanggapi isu Sosial Politik yang tadi disampaikan oleh Teh Zagitha. Apakah kita akan menghadirkan DPM di Muma nanti? Bagaimana kalian menanggapi ketika adanya kecelakaan pesawat yang mengakibatkan Hima dibubarkan secara paksa?” tanyanya.

Mahardika mengeluarkan jawabannya terlebih dahulu. Menurutnya kasus tersebut harus ditanggapi dengan serius. Kita harus mempertahankan Hima Satrasia, lanjutnya. Selain itu, MPM dan DPM sudah terserap di dalam organisasi. Dia juga mengatakan, kita harus saling memahami dengan membuat suatu forum dan yang bisa mengambil keputusan seperti itu adalah anggota demisioner.

Reza segera mengeluarkan jawaban yang sudah dipikirkan sejak tadi. Dia mengatakan bahwa pembatasan hak untuk demokrasi perlu ditinjau kembali apa urgensi dari tiga bentuk tersebut. Dia ingin membuat forum untuk mencari jawaban apakah hal tersebut krisis atau tidak. Untuk menjawab soal kecelakaan pesawat, Reza menjawab dengan jawaban yang sungguh tidak terduga. Dia mengatakan bahwa hal tersebut adalah Rahasia Tuhan (Allahuwalam) dan dengan percayanya bahwa kejadian tersebut tidak akan terjadi. Jika hal tersebut terjadi, dia melihat apakah ada yang selamat atau tidak, dan dia yakin bahwa yang selamat adalah anggota demisionernya.

Fadlan mengatakan bahwa seorang Ketum harus mempunyai sikap problem solving dan visioner. Menurutnya, ketika sudah tau cara untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi, selanjutnya apa cara yang kita hadapi dan mengkaji isu apa yang hadir hari ini. Tidak perlu reaksioner karena sudah adanya kebijakan tersendiri.

Pertanyaan terakhir dibawakan oleh audiens bernama Retno.

“Bagaimana pendapat kalian mengenai organisasi struktural dengan Departemen menjadi pilihan yang mengakibatkan dualisme di antara yang Hima dan bukan Hima? Apa siasat kuantitas kaderisasi yang berikutnya? Dan apa tawaran organisasi kalian yang perlu diketahui oleh Madepdiksatrasia?” tanyanya.

Menurut Fadlan, struktural dengan Departemen seperti yang sudah disinggung di mosi pertama tentang Kepemimpinan (struktural/fungional), bisa saja dilaksanakan sesuai dengan keinginan Madepdik. Karena Hima merupakan kebutuhan Madepdik, jika tidak diikuti akan menjadi kerugian.

Namun, menurut Mahardika, hal tersebut masih bisa dibuat dan dibentuk dengan strategi. Hima Satrasia mempunyai citranya sendiri dalam membentuk suatu program. Dia ingin memahami citra tersebut dan bisa berproses bersama-sama.

Menurut Reza, hal tersebut malah akan mengancam keindependenan organisasi sendiri dan itu tidak baik. Hima Satrasia mempunyai idealis tersendiri. Menyoal yang menjadi kuantitas berkurang, berdasarkan pengalamannya itu diakibatkan karena komunikasi yang tidak terjaga. Dia mengatakan bahwa terdapat keuntungan yang tidak bisa didapatkan oleh Madepdik Non-Hima, (1) satu langkah lebih maju dalam berorganisasi, (2) pemikiran yang lebih terlatih dan terkonsep. Karena adanya keuntungan tersebut, setiap Madepdik yang tidak bisa mengikuti Hima akan merasakan kerugian.

Setelah kedua sesi tersebut, acara diakhiri dengan pemberian sertifikat dan para bakal calon bersalam-salaman sebagai bentuk sportivitas mereka.

Baca juga: Bahasa dan Sastra Indonesia A 2017: Kunjungan ke Kasepuhan Cipta Mulya