“Bersiap dengan segala perubahan dan mengikuti perkembangan dengan revitalisasi akademik mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang bukan hanya akan berfokus pada bidang akademik namun juga kemahasiswaan yang siap bersaing menghadapi industri 5.0.”
Pelantikan Ketua dan Sekretaris Prodi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) memberi makna tersendiri di setiap program studi. Diangkatnya Dr. Tedi Permadi, S.S., M.Hum., pada tanggal selasa, 25 Juli 2023, yang bertempat di Fakultas Pendidikan Ekonomi Bisnis, sebagai Kaprodi Bahasa dan Sastra Indonesia tentunya memberikan wajah baru bagi prodi tersebut. Keidentikan beliau sangat melekat terhadap bidang Filologi, dimana bidang keilmuan tersebut masih jarang dikenal oleh kebanyakan orang. Kepakaran beliau terhadap bidang Filologi sudah dikenal sampai ke mancanegara karena berbagai penelitian dan jurnal yang dipublikasikan melalui Google Scholar, SINTA, BRIN, dan lainnya. Selain beliau menjadi Kaprodi dan peneliti, beliau juga memprioritaskan profesinya sebagai dosen. Hal tersebut sesuai dengan tridharma yang mencakup tiga unsur, antara lain; pengajaran, pengabdian, dan penelitian. Kelak tridharma yang dimaksudkan oleh Dr. Tedi ini dapat mengakar di seluruh civitas akademik yang terdiri dari pendidik, tenaga kependidikan, dan mahasiswa. Beliau mengakui bahwa jika ingin melakukan perubahan dalam jangka waktu yang singkat perlu adanya kerjasama antara seluruh civitas akademik. Selain itu, beliau juga berkeinginan untuk meningkatkan SDM yang bukan hanya terfokus pada kemampuan mahasiswa saja, melainkan dengan diimbangi dengan kemampuan dosen yang harus terus meningkat. Oleh karena itu, Dr. Tedi terus menganjurkan kepada para dosen lainnya supaya menyorong integritas dan kemampuan dalam bidang yang ditekuni.
Serupa dengan para dosen, mahasiswa yang tertarik di bidang Sastra, Linguistik, maupun Filologi dapat melakukan penelitian, riset, atau pun proyek pada bidang yang diminati. Bahkan terdapat beberapa mahasiswa yang tertarik pada bidang Filologi menulis skripsi dengan topik kajian naskah kuno.
“Sementara karena UPI ada di Jawa Barat temuan asalnya berbahasa Sunda dan campuran Jawa, karena bahasa lampau memiliki campuran bahasa terlebih di wilayah perbatasan seperti Cirebon atau Indramayu. Contoh kemarin yang sidang skripsi mengenai Sawer Panganten”, ujar Dr. Tedi Permadi.
Selain itu, Dr. Tedi juga memberikan rekomendasi untuk mengikuti program penelitian di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Dilansir dari BRIN.co.id. pusat riset BRIN terletak di beberapa wilayah yang berpusat di Jakarta. Di bidang Bahasa dan Sastra, BRIN mengelompokkan jenisnya ke dalam lima kelompok, seperti; Kelompok Riset Toponomi, Riset Bahasa yang Terancam Punah dan Revitalisasinya, Riset Sejarah Dokumentasi Bahasa, Riset Sejarah Sastra, dan Riset Bahasa dan Kebudayaan Austronesia & Non-Austronesia. Bukan hanya BRIN, namun masih banyak lagi program lain yang tersedia di UPI. Bahkan berdasarkan pengakuan dari Dr. Mahmud Fasya, S.Pd., M.A., Kemendikbud kini telah menawarkan sembilan program Kampus Merdeka, antara lain; Kampus Mengajar, Magang, Studi Independen, Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM), Indonesian Internasional Student Mobility Award (IISMA), Wirausaha Merdeka, Praktisi Mengajar, Bangkit, dan Gerilya (ESDM) dengan bertujuan agar para mahasiswa mendapat pengalaman bekerja dan mampu menjelajahi pengalaman baru sebelum terjun ke dunia industri maupun perusahaan.
“UPI sudah mengeluarkan ketentuan bahwa mahasiswa wajib mengikuti program MBKM,” ujar Dr. Mahmud Fasya. Selain program MBKM yang sediakan oleh Kemendikbud, universitas pun menawarkan program MBKM lainnya seperti UPI International Student Mobility (UPIISM), yang bekerja sama dengan Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) yang baru saja diadakan pada tahun lalu dengan mengirimkan sepuluh delegasi terpilih.
Dr. Tedi Permadi, M.Hum., menyatakan bahwa program-program tersebut, bahkan termasuk mata kuliah yang diberikan di setiap semester merupakan fasilitas yang diberikan pendidik kepada mahasiswa hingga setiap individu yang belajar menemukan bidang keilmuan yang ia minati hingga akhirnya menjadi seorang pakar di bidang tersebut. Pengoptimalan dalam proses belajar mengajar tidak hanya bisa didapatkan melalui proses belajar di kelas semata, melainkan setelah keluar kelas semestinya mahasiswa dapat mencari kegiatan lain yang mengasah kemampuannya. Menghadapi industri 5.0 sumber daya manusia yang tercipta harus mampu mengikuti setiap perubahan agar mampu bersaing dengan kemajuan teknologi. Sebab, setiap hari kita terus-menerus mengalami perubahan maka kita harus siap dengan perubahan tersebut.
Selain mengikuti program MBKM para mahasiswa yang masih berada di semester satu sampai lima dapat mengikuti berbagai macam perlombaan tingkat nasional maupun internasional. Menurut Dr. Halimah, M.Pd., banyak sekali perlombaan tingkat internasional seperti lomba pantun yang diadakan di Brunei pada tahun lalu, bahkan pemenang kedua pada kompetisi tersebut berasal dari prodi Bahasa dan Sastra Indonesia.
Baca juga : Seminar ABR (Art-Based Research): Membangun Semesta Fiksi Dari Riset Akademik
Namun, dibalik kesuksesan akademik seseorang ia juga harus mampu menguasai kemampuan adversity quotient (AQ) yang merupakan kecerdasan dalam menghadapi setiap kesulitan. Mudahnya, di dalam dunia kerja masyarakat mengenal istilah hard skill dan soft skill. Hard skill merupakan kemampuan yang dapat diasah melalui pendidikan, sedangkan soft skill merupakan kemampuan yang sifatnya abstrak dan lebih banyak mencerminkan emosi, perilaku, sosialisasi individu. Kedua komponen tersebut bisa didapatkan bukan hanya melalui pembelajaran di kelas, tapi juga dalam kegiatan berorganisasi. Namun bagaimana jika kegiatan organisasi justru mendistraksi kemampuan akademik?
Munculnya distraksi akibat tugas tambahan lain yang diberikan merupakan ciri-ciri bahwa kita tidak mampu mengatur prioritas dengan baik. Perlunya memberi skala prioritas dapat memudahkan kita untuk mengelola waktu sebaik mungkin. Organisasi seharusnya tidak dapat mendistraksi perihal akademik karena dengan berorganisasi seharusnya kemampuan soft skill seperti mengatur, mengelola, mempertimbangkan sesuatu, bertindak, dan berpikir kritis dapat terlatih dengan baik.
Sadar atau tidak, dunia perkuliahan hanyalah miniatur tempat dimana kita belajar merancang masa depan, membentuk pola pikir, dan ikhlas menjalani kehidupan. Realitanya kehidupan nyata yang jauh lebih kompleks ialah waktu dimana ketika seorang mahasiswa baru saja lulus dari perkuliahan. Namun kenyatannya, saat ini banyak mahasiswa yang mengeluh perihal tugas dan berbagai macam masalah lainnya.
“Seorang pelajar, seorang mahasiswa yang mampu memahami makna dari perkuliahan maka ia akan bisa menjalani hidup dengan cara yang relatif lebih mudah”, ujar Pak Tedi.
Banyak pula mahasiswa yang mundur dari studinya karena merasa tidak mampu untuk melanjutkan, padahal niat awal yang diputuskan merupakan pilihan yang harus ia tuntaskan. Seharusnya, hal-hal sulit yang terjadi di dalam dunia perkuliahan menjadi tantangan yang harus diambil dengan konsekuensi dan risiko yang telah dipertimbangkan sebelumnya.
Oleh karena itu, adanya revitalisasi akademik mahasiswa merupakan tanggung jawab dan kerjasama para pelaku pendidikan. Selama masa studi sudah seharusnya seorang mahasiswa melakukan kewajibannya dengan berusaha sebaik mungkin untuk menghadapi era industri 5.0 yang membutuhkan SDM inovatif, kreatif, dan solutif. Oleh karena itu, mulai sekarang anggaplah dunia perkuliahan sebagai simulasi sebelum memasuki dunia pekerjaan dengan segala realita dan konsekuensi yang harus dihadapi. Sebab seperti yang dikatakan Dr. Tedi Permadi, S.S., M.Hum., bahwa, “Kuliah itu bukan hanya sebatas masuk kelas, keluar kelas. Begitu juga dengan diberi tugas, menyelesaikan tugas, atau ikut ujian, keluar nilai ujian, dan selesai. Namun, akumulasi dari itu semua yang merupakan pengalaman berharga”.
Penulis: Icha Nur Octavianissa
Editor: Meidita Sari
Baca juga : Seminar ABR (Art-Based Research): Membangun Semesta Fiksi Dari Riset Akademik