puting beliung abadi di luar
matahari sudah lama terbenam
di langit gerhana panjang
matahari dan bulan
bunga kehilangan air
batangnya menunduk kering
lebah dan burung pergi, mencari
peruntungan ke tempat lain
kelompok besar manusia
berjalan melingkar
seperti kaki seribu, sibuk
mencari buntutnya sendiri
sekelompok lainnya meringkuk
sekelompok lagi mengapung di udara
air mata ngalir deras dari mata mereka
tetapi hitam gelam, tanpa pantulan cahaya
sebab hidup adalah hari ini
esok lusa maha entah
gerhana masih panjang
bayangan rumah semakin samar
malam panjang sepertiga
mereka yang di darat
berjalan ke pipir telaga
berlutut mengitarinya
lalu merunduk
memandangi wajah sendiri
sementara yang di udara
makin dimakan angin
yang membabi buta
gerhana menutup jalan cahaya
mereka, sudah lama sekali
tidak pulang ke rumah
Cuma telah lama kita tak paham
Ke mana sebenarnya kita sedang berjalan
Februari 2022
Baca Juga : Menyoal Pentingnya Pelestarian Bahasa Ibu sebagai Pembentuk Nilai Kebaikan
Puisi ini adalah pembuka dari seri interupsi Hima Satrasia yang akan terbit setiap hari sabtu/minggu. Seri ini akan membicarakan berbagai wacana yang bisa menjadi moda transformasi bagi keadaan Hima Satrasia dewasa ini. Siapapun itu, markiman. Mari kita mainkan.
Penulis : Rafqi Sadikin