Ikut Bergulat dalam Arena Semantik

Manusia diberkahi organ tubuh yang dapat berinteraksi sesama manusia lainnya. Interaksi tersebut kemudian diwujudkan oleh adanya bahasa. Baik bahasa yang manusia ujarkan, maupun bahasa yang manusia tuliskan merupakan sarana penting untuk kehidupan sosial.

Terkadang, kita menemui kesulitan untuk memaknai suatu pembicaraan dalam interaksi sosial. Ini karena kita tidak menyerap informasi dengan baik. Padahal, informasi yang harusnya masuk ke dalam otak kita merupakan informasi yang penting, yang kita cari.

Semantik sebagai struktur bahasa yang berhubungan dengan makna dapat membantu kita mengetahui penyebab dan menyelesaikan permasalahan di atas.

Kehidupan manusia pastilah selalu bergulat dengan makna. Sedangkan, semantik sebagai ilmu tentang makna kata yang begitu luas, banyak, dan mengalami dinamika yang pesat, perlu dikemas secara sederhana untuk mudah dipahami sebagai solusi atas fenomena-fenomena bahasa yang berkaitan.

Buku Semantik dan Dinamika Pergulatan Makna merupakan representasi dari jawaban kendala tersebut. Bapak Aceng Ruhendi Saifullah mengemas semantik sedemikian rupa menjadi bacaan yang ringan.

Pergulatan makna yang terjadi diambil dari fenomena bahasa yang sangat dekat dengan kehidupan, mengajak pembacanya mencermati permasalahan tersebut. Terlebih dengan menghadirkan contoh berbahasa Inggris, Indonesia, Sunda, bahkan bahasa lainnya, cukup menambah wawasan pembacanya.

Baca juga: GILIRAN KAMI SAYA YANG BERBICARA

Buku berisi 220 halaman ini menjelaskan bagaimana semantik sebagai kajian tentang makna. Makna yang terdapat dalam bahasa manusia, makna linguistik secara kognitif dan fungsional.

Secara kognitif, seperti bagaimana manusia merespons sinyal-sinyal bahasa. Secara fungsional, bagaimana menggunakan dan/atau menghasilkan bahasa untuk diimplikasikan dalam kehidupan.

Sebagai contoh, medan makna (semantic field) diberikan penjelasannya. Setiap listem merupakan bagian dari area konseptual. Ada differential value yang mengidentifikasi makna tertentu. Ini menentukan bagaimana kita memaknai suatu kata atau merespons sinyal bahasa tertentu berdasarkan kapasitas konseptual yang dimiliki, bisa jadi memiliki keterkaitan atau bersinggungan. Maka, makna yang saling berhubungan tersebut teridentifikasi dan terbagi menjadi hiponimi (relasi), antonimi (perbandingan), dan meronimi (satu makna yang mewakili bagian-bagiannya).

Buku ini tidak hanya mendeskripsikan teori yang diusung penulis. Teori Saussure, pendapat Allan, dan lainnya disampaikan. Ada juga perihal analisis dalam bidang semantik beserta contohnya, ini menarik bagi pembaca.

Contohnya, melakukan analisis biner pada kutipan berita. Tidak hanya tabel analisisnya yang memberikan keterangan bagaimana komponen kata yang terkandung, minus atau positif, tetapi juga memberikan narasi deskripsi hingga sampai pada kesimpulan metafora. Bahkan membuka wawasan pembaca bahwa analisis komponensial semantik dapat mengungkap suatu keberpihakan tertentu.

Selanjutnya, banyak pembahasan yang mengingatkan pembaca untuk tidak lupa terhadap suatu teori atau landasan yang dapat diaplikasikan. Sebagai contoh, kita mesti mengingat kembali perihal stereotipe dan prototipe. ‘Kuda hitam’ misalnya, sama posisinya seperti ‘meja hijau’, keduanya memiliki konotasi dan denotasi.

Tentu saja keduanya merupakan stereotipe karena berupa konotasi. Namun, wawasan saya sebagai pembaca bertambah karena mengetahui pendapat Coleman dan Kay dikritik oleh Keith Allan. Sehingga, penentuan stereotipe dan prototipe tidak hanya berdasarkan klasifikasi konotasi atau denotasi saja, tetapi juga kategori lain yang dilingkupi oleh objek itu sendiri.

Selain hal di atas, penyampaian bagaimana cara untuk mengidentifikasi referen sangatlah singkat. Berpedoman pada pengertian referen dalam buku ini, referen disimbolkan pada bentuk-bentuk tertentu untuk memudahkan pengodean bahasa dalam bentuk digital.

Jika yang dicontohkan, identifikasi referen mendeskripsikan burung sebagai benda yang dirujuk hanya berlaku bila sesuatu memiliki karakter hewan dan bergerak. Konteksnya, jika dikaitkan pada hewan yang sedang diam, padahal bisa bergerak seperti kucing, sapi, dan lainnya.

Saya kira penjelasan singkat seperti ini belum cukup tanpa keterangan dari setiap simbol yang dideskripsikan dalam mengidentifikasi referen. Selebihnya, buku ini memberikan sub-sub penjelasan semantik yang luas dan menyeluruh.

Identitas Buku

Judul               : Semantik dan Dinamika Pergulatan Makna
Penulis             : Aceng Ruhendi Saifullah
Editor              : Sri Budi Hastuti
Penerbit           : PT Bumi Aksara
Cetakan pertama, Desember 2018

Baca juga: Pergelaran Itu Cuma 4 SKS

Penulis: Aceng Ruhendi Saifullah