Identitas Buku
Judul : Orang Tak Dikenal
Penulis : Nazar Shah Alam
Editor : Fuad Jauharudin dan Ilham Miftahuddin
Penerbit : Pastel Books
“Orang tak dikenal” adalah identitas yang diberikan oleh media bagi pembunuh agar tidak menyinggung kedua belah pihak yang sedang berseteru. Julukan yang cukup memberikan ruang bagi siapa saja untuk saling menikam.
17 tahun lalu, genapnya pada 26 Desember 2004, bencana tsunami merundung Aceh. Aceh dirundung malang untuk kesekian kali. Sebelum itu, konflik antara negara dengan kelompok separatis bersenjata, GAM, atau lebih lengkapnya Gerakan Aceh Merdeka, telah merundung Aceh. Pada 4 Desember 1976 GAM mendeklarasikan Aceh untuk lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. GAM menilai kebijakan negara tidak memperhatikan kondisi Aceh saat itu, sehingga mereka merasa kecewa. Negara pun mengambil langkah operasi militer di tanah Aceh untuk menumpas GAM.
Aceh menjadi tanah untuk peperangan. Pada tahun 2000-an, negara melakukan operasi militer besar-besaran di tanah Aceh dan puluhan ribu tentara dikirim. Tahun 2003, negara menetapkan Aceh dalam masa darurat militer dan menyatakan ingin menghancurkan GAM sekali dan untuk selamanya.
Di tengah-tengah konflik itu, lahir perundung lain untuk Aceh. Sindikat perdagangan yang memanfaatkan situasi perang. Sindikat itu meliputi jual beli senjata, narkoba, bahkan jasa pembunuh bayaran. Rakyat tak jarang menjadi korban karena terseret urusan mereka. Dalam situasi tersebut, rakyat adalah pihak yang paling dirugikan.
Lewat tokohnya yang bernama Basti, novel Orang Tak Dikenal menyajikan cerita yang diramu berdasarkan fakta sejarah. Di tengah-tengah perang, di antara pengkhianat, di dalam pusara sindikat bisnis gelap, bahkan hingga cinta yang membuat dilema, Basti tetap menjadi seorang patriot untuk Aceh.
Basti yang bernama asli Bakhtiar adalah tokoh utama dalam novel Orang Tak Dikenal. Ketika usia Basti masih belasan, pada masa darurat militer di Aceh, Tentara Negara membunuh ayah Basti dalam sebuah penyergapan. Peristiwa itu melahirkan dendam dalam dada Basti. Ia terdorong untuk bergabung dengan GAM hingga harus terjeblos ke dalam kelompok mafia. Ia menjadi seorang pembunuh bayaran yang disebut sebagai orang tak dikenal.
Orang Tak Dikenal adalah kisah yang ditulis oleh penulis asal Aceh, Nazar Shah Alam. Novel ini diterbitkan oleh Pastel Books pada tahun 2021 dan merupakan novel pertama Nazar.
Novel ini terdiri dari 204 halaman dan terbagi dalam 27 bab cerita. Nazar, dalam pengantarnya menyebutkan novel ini merupakan cerpen-cerpen yang pernah terbit di berbagai media online dan cetak, baik lokal maupun nasional. Cerpen-cerpen tersebut diolah kembali melalui proses sunting, seperti “memotong, mengubah, menyambung, merusak, membangun, memetakan, memberi tanda,” hingga jadilah novel Orang Tak Dikenal.
Baca juga : ITISAL KOPI SARING
Dalam membaca novel ini, tidak heran jika kita serasa membaca sebuah kumpulan cerpen, tetapi dengan cerita yang bersambung. Hanya diperlukan waktu kurang lebih 15 menit untuk menghabiskan satu bagian cerita. Jadi tidak perlu meluangkan waktu khusus untuk membaca novel ini, cukup ketika kita sedang merasa gabut, novel ini bisa jadi teman yang penuh pengertian.
Selain itu, novel ini menyuguhkan semacam komedi satir yang bisa membuat pembacanya nyengar-nyengir sendiri ketika membaca kisah di dalamnya. Seperti saat kematian ayah Basti yang disergap ketika pulang ke rumah. Menurut Basti, hal itu semestinya tidak terjadi. Ayah Basti mati saat ia harus bergerilya melawan negara, hanya demi melunas rindu kepada sang istri.
“Sebagai seorang gerilyawan yang dicari-cari dan di dinding depan rumahnya sudah dibubuhi dua huruf kunci “T.O” (Target Operasi) mestinya ayahku harus lebih berhati-hati memilih waktu pulang atau pergi. Tapi ya, memang barangkali sudah malang, pula rindu yang di hati ayahku kadung menjulang. Dia pulang, sekali lagi kukatakan: hanya demi bisa berjumpa ibu, demi melunas rindu. Sungguh panggilan maut yang nakal dan mendayu-dayu.”
Selain komedi satir yang dihadirkan, saya mendapati ungkapan bahasa yang menarik, berupa rima atau pengulangan bunyi tanpa menghilangkan makna, malah menambah kesan dalam pembacaan. Seperti dalam kutipan di atas terdapat bunyi “ng” yang diulang pada kata pulang, malang, kadung menjulang dan bunyi “u” pada kata ibu, rindu, dan mendayu-dayu.
Penggunaan bahasa pada novel ini boleh dikatakan menarik, seperti yang disampaikan Pidi Baiq dalam endorsement bahwa bahasa yang digunakan Nazar amat khas. Selain komedi satir dan pengulangan bunyi, pada narasi cerita terdapat juga semacam aforisme atau quotes. Misalnya, percakapan Basti dengan salah satu tokoh pimpinan mafia, yaitu Ampon Mustafa.
“Buku lebih berharga dari permata, Basti. Bahkan untuk menjadi penjahat pun kau harus punya ilmu. Jika tidak, kau akan cepat bertemu kemalangan bahkan kematian.”
Tokoh Basti dalam novel Orang Tak Dikenal bagai dua belah mata pedang. Satu sisi, Basti adalah alat mengeruk keuntungan dari keahliannya mengokang senjata. Di lain sisi, Basti mewujud ancaman yang harus disingkirkan oleh kelompok mafia karena jiwa korsanya terhadap tanah air, Aceh. Belum lagi, dendam kepada Tentara dan Negara yang telah merenggut nyawa ayahnya. Beberapa percobaan pembunuhan dan penyiksaan tak dilewatkan oleh Basti. Bagi para sekelompok mafia atau para pebisnis gelap, perang adalah lahan untuk menghasilkan keuntungan. Mereka tidak memedulikan pihak mana yang akan menang. Bahkan, bisa jadi mereka berharap agar perang tidak akan pernah usai. Seandainya kemerdekaan bangsa ditawarkan, mereka akan menolak apabila tidak ada keuntungan di dalamnya. Seperti perkataan Ampon Mustafa bahwa “Perang adalah bagian dari siklus dagang, Basti. Berpandai-pandailah mengeruk keuntungan. Bermain dengan licik, berbagi laba dengan pemilik lahan.” Sikap yang mencermikan pengkhianatan pada tanah air mereka sendiri, Aceh.
Baca juga : Potret Mahasiswa UPI di Akhir Pembayaran UKT
Penulis : Toni Tazkia Perdana
Editor: Fazya Anindha Srizaky