Kelengkapan Bahan Pokok
Dalam dunia sastra, kita mengenal suatu apresiasi dari sebuah karya sastra yang dipadukan oleh beberapa kesenian menjadi hal yang estetik. Seperti meracik masakan, kita harus pintar-pintar saat mengolah bumbu atau bahan masakan yang tersedia agar menghasilkan cita rasa istimewa. Saya ambil contoh dari perkedel. Perkedel merupakan hasil dari perpaduan antara kentang dan telur. Nah, dalam alih wahana karya sastra, kita mengenal bentuk apresiasi yang memadukan antara musik dan puisi sebagai musikalisasi puisi.
Saya mengenal apresiasi musikalisasi puisi sudah cukup lama dan memang saya bergiat di ranah alih wahana tersebut dengan mengikuti beberapa lomba. Hal yang saya simak ketika mengikuti lomba adalah mengenai adanya beberapa peraturan berbeda di masing-masing perlombaan, meskipun perbedaannya tidak terlalu mencolok. Di antaranya, perbedaan pada peraturan di mana beberapa larik harus dibacakan tanpa dinyanyikan. Dalam beberapa perlombaan lain, peraturannya adalah isi dari keseluruhan puisi harus dinyanyikan tanpa harus dibaca beberapa lariknya. Namun, dari perbedaan tersebut ada hal yang dipertahankan, yaitu menjaga keseimbangan antara musik dan puisi tanpa menghilangkan salah satu unsurnya.
Mengolah Musikalisasi Puisi Melalui Resep Saya
Saya memiliki beberapa resep jitu untuk mengolah musikalisasi puisi. Langkah pertama adalah menentukan karya puisi dan menafsirkan maksud dari isi puisi tersebut. Hal ini dapat mengembangkan suasana isi puisi melalui instrumen, seperti ketika puisi itu bermakna kematian atau berbau mencekam, kita bisa menggunakan nada-nada minor ataupun sebaliknya. Lalu, langkah kedua adalah memenggal isi puisi dengan tepat dan tanpa pengulangan salah satu diksi atau larik dari isi puisi tersebut. Sebab, pemenggalan yang salah bisa menyebabkan pelencengan makna dari puisinya. Saya ambil contoh satu larik dari puisi M. R. Dajoh berjudul Tanah Jawi
dimakan akal busuk saudagar
…
(memiliki kesimpulan saudagar yang memiliki sifat licik)
Larik di atas adalah larik yang tidak bisa dipisah dalam pemenggalan karena berbentuk satu-kesatuan aforisma atau kesimpulan. Kesalahan makna akan terjadi apabila kita memenggal lariknya, misalnya, dimakan akal, busuk saudagar. Lalu, ada penyakit pengulangan bait atau larik tanpa seutuhnya seperti musikalisasi puisi karya Subagio Sastrowardoyo Rindu yang dibawakan oleh Banda Neira. Dalam musikalisasi puisi tersebut, terdapat pengulangan bait di bagian reff. Perilaku ini merupakan dosa besar bagi pegiat musikalisasi puisi karena telah merombak isi dari puisinya. Bagaimana perasaan Subagio ketika mengetahui puisinya dirombak oleh band beraliran senja-senja ini? Sangat menyebalkan.
Baca juga : K.K.K (Kakak-Kakak Konservatif)
Langkah ketiga adalah membangun suasana puisi melalui eksperimen dari bunyi benda sekitar. Ketika masih bergiat mengikuti lomba musikalisasi puisi, eksperimen saya dan kawan-kawan untuk membangun suasana puisi sangat beragam. Ambil contoh ketika sedang membawakan salah satu puisi Ahmadun Yosi Herfanda yang berlatar lautan, saya mencoba membangun latar tempat tersebut menggunakan nampan rotan dan kacang hijau untuk menciptakan gemuruh ombak. Contoh lainnya ketika ingin membangun suasana hujan dengan menggunakan kantong plastik kresek yang diremas-remas sehingga menghasilkan suara hujan. Hal ini bertujuan untuk melakukan upaya membangun keunikan dan pastinya mendalami suasana di dalam puisi. Masalah keunikan, pasti kalian sering mendengar bahwa sedikit lebih beda atau unik lebih baik daripada sedikit lebih baik. Hal tersebut sangat berguna untuk meraih atensi dan penilaian bagi pemerhatinya.
Langkah terakhir adalah skill atau hal yang berada di luar puisi tersebut, seperti bernyanyi, membuat instrumen, dan sebagainya. Pengisi bagian di tiap apresiasi musikalisasi puisi juga harus mendalami dengan mimik wajah sampai gestur di atas panggung. Jadi, tidak ada namanya pemain musik atau lainnya yang planga-plongo ketika sedang tampil. Semuanya harus khidmat meresapi setiap bait, setiap larik, dan setiap diksi yang ada di puisinya.
Kesimpulan
Mengapresiasi puisi melalui musikalisasi puisi sama seperti bagaimana kita membuat perkedel dengan melibatkan semua unsur. Terkait musikalisasi puisi sendiri, hingga kini masih terjadi perdebatan mengenai teknis yang baik dan benar. Entah itu dinyanyikan secara keseluruhan atau beberapa larik harus dibacakan. Namun, menurut saya kita bisa menggunakan kedua teknis tersebut, yang terpenting adalah tidak menghilangkan salah satu unsurnya.
Terkait pegiat beberapa band yang memusikalisasikan puisi dari penyair-penyair ternama, saya berpendapat bahwa apa yang dilakukan Banda Neira merupakan contoh dari kegagalan apresiasi puisi. Sekadar referensi, kawan-kawan bisa mendengarkan musikalisasi puisi dari Ari Reda. Pada intinya, musikalisasi puisi merupakan kegiatan apresiasi yang melibatkan keselarasan perasaan antara puisi dan musik sehingga menghasilkan keestetikan dan rasa dari isi puisi yang bisa dinikmati. Sekian.
Penulis: Muhammad Rifan Prianto
Editor: Aulia Aziz Salsabila
Baca juga : K.K.K (Kakak-Kakak Konservatif)