SHOWCASE “MEMORANDUM”: KASUAT-SUAT

Berbicara tentang Perunggu, band satu ini merupakan band asal Jakarta yang beranggotakan Maul Ibrahim mengisi gitar dan vokal utama, Ildo Hasman di drum, Adam Adenan Bass. Trio band rock pulang kantor baru saja menyelesaikan album penuhnya di tahun 2022 ini yang berisikan 11 lagu. Sebelum merilis album penuh, terdapat dua single yang menjembatani mereka pada album “Memorandum”, yaitu single “Bianglara” dan “Tarung Bebas” yang rilis tahun 2021 dan tepat pada tanggal 2 Juli 2022, Maternal Disaster menggelar showcase album memorandum—album perdana perunggu untuk digelar tepatnya di Institut Francais Indonesia (IFI) Bandung.

Acara yang didukung oleh Disaster Record dan Consumed Media ini menghisap para penggemar dan orang-orang yang penasaran tentang band indie rock satu ini yang sedang hangat diperbincangkan untuk datang melihat showcase tersebut. Hal tersebut dibuktikan dengan tiket yang disediakan, baik secara daring maupun luring terjual habis tanpa sisa, alias ludes, Mang.

Jimmy—salah satu penonton—yang hadir saat diwawancarai tentang showcase ini berujar, “Pokonya i love Karina Sokowati (Bananach), i love Leipzig, ilove Flukeminimix, dan i love Perunggu sa-kasuat-suat-na.”

Oh iya, sedikit informasi, kasuat-suat dalam bahasa Sunda memiliki arti merasa sedih atau sakit karena teringat lagi pada kesedihan atau kesusahan yang telah lalu.

Nah, seperti apa yang telah disampaikan Jimmy—salah satu penonton, showcase “memorandum” menghadirkan line up band lainnya. Gelombang suara showcase kali ini dibuka oleh oleh band post-punk bananach yang membawa gelora buat generasinya yang “nggak perlu membuktikan apa-apa kepada siapa pun” dan tak luput Karina selaku vokalis membawa crowd untuk moshing kecil haha di penghujung lagu yang dibawakan. Jelas hal itu membawa geruh semangat. Lalu, semerbak wangi dupa menghantam penonton sebagai pembukaan khas Leipzig yang menghadirkan magis pokona mah ngabeledag we sampai break acara.

Selepas break acara, Flukeminimix—band eksperimental dari kota Bandung—mengobrak-abrik, bermain-main dengan kebisingan, mencoba dan mencampuradukan unsur musik yang jadinya entah harus disebut sebagai apa seakan Flukeminimix mencoba menghacurkan stage dengan penampilan mereka yang waas. Decky sebagai salah satu orang yang menonton acara tersebut datang dengan antusisme yang tinggi dan berujar, “Seperti halnya dengan para line up yang sedang api-apinya, Bananach baru tur ke Jerman, kesempatan buat nonton juga kan. Leipzig ama Flukeminimix juga kan baru meletus albumnya, jadi saya penasaran juga buat nonton langsung.”

Akhirnya yang ditunggu-tunggu oleh semua, Perunggu hadir menyapa penonton dengan “Tarung Bebas” di awal penampilan mereka. Di beberapa lagu, Perunggu membawa Bilal indrajaya, Alyuadi Gebryansyah (Heals), dan Andika Surya untuk ikut bernyanyi. Pada 14 lagu yang dibawakan oleh Perunggu, tiada henti penonton terus ikut sing a long, apalagi pada lagu terakhir yang dibawakan “Biang Lara” penonton terus menyanyikannya meskipun lagu telah usai. Keringat dan sesak terbayar oleh penampilan mereka yang menampar hati melalui curahan “Pulang Kantornya”.

Memorandum jelas seperti arti dari nama tersebut ‘catatan’ pun menjadi catatan yang hadir dalam showcase tersebut, seperti Decky yang bercerita tentang salah satu lagu yang membuat dia kasuat-suat adalah lagu “prematur”, bunyinya ‘semua keputusan/keputusasaan/kalkulasikan lagi dan lagi dan lagi’ itu, sih, yang bagi Decky punya refleksi keras buat ‘beranikan kaki, melawan hati’.

Untuk Perunggu, seperti apa yang diucapkan di lagunya “33x” terus berenang, teruslah mendaki.

HATUR NUHUN ABI CEURIK.

Baca juga: Fete de la Musique: Perayaan Musik Tahunan sebagai Bentuk Dukungan Praktik Musik