Zine Lawan dan Diskusi Publik: Mengulas Kegagalan Reformasi Hari Ini

Sabtu, 19 April 2025, bertempat di Halaman Akuarium Unisba, Suara Mahasiswa Universitas Islam Bandung (Unisba) secara resmi meluncurkan Zine Lawan. Acara ini diselenggarakan secara terbuka dan menarik banyak antusiasme dari kalangan mahasiswa serta pegiat sosial. Peluncuran Zine Lawan juga dirangkaikan dengan diskusi publik bertemakan “Mengejar Ketertinggalan Jalan Reformasi” yang membahas perjalanan reformasi dan kondisi demokrasi hari ini. Tiga narasumber dari latar belakang berbeda diundang untuk menyampaikan pandangan mereka, yaitu Daniel Himantara dari Neo Historia, Heri Pramono dari LBH Bandung, dan Herry Sutresna alias Kang Ucok dari Grimloc Records.

Baca juga: Ojol Korban Brutalisme Aparat: Hukum Melindungi Siapa?

Apa itu Zine Lawan?

Zine Lawan merupakan publikasi alternatif yang digagas oleh Pers Mahasiswa Suara Mahasiswa Unisba. Zine Lawan lahir dari kebutuhan untuk menyuarakan keresahan-keresahan yang selama ini kerap dibungkam. Pimpinan Redaksi Suara Mahasiswa, Syifa Khoirunnisa, menjelaskan bahwa topik yang diambil untuk zine kali ini berangkat dari diskusi-diskusi kecil yang dimulai sejak Januari lalu. Diharapkan, Zine Lawan dapat menjadi wadah untuk menuangkan kegelisahan terhadap kondisi sosial dan politik di negeri ini. Selain itu, Zine Lawan juga ingin menjadi teman bagi orang-orang yang sadar akan kondisi negara ini, namun masih ragu untuk menyuarakan.

Pimpinan Redaksi Suara Mahasiswa, Syifa Khoirunnisa, meresmikan peluncuran Zine Lawan pada Sabtu,19/04/2025. (Sumber: Literat/Nabil Atiqi)
Pimpinan Redaksi Suara Mahasiswa, Syifa Khoirunnisa, meresmikan peluncuran Zine Lawan pada Sabtu, 19/04/2025. (Sumber: Literat/Nabil Atiqi)

Proses penyusunannya berlangsung dari bulan Januari dan rampung di bulan Maret, dengan para mahasiswa magang Suara Mahasiswa sebagai penulis utama. Syifa menyampaikan bahwa kendala utama selama proses penyusunan adalah kesulitan dalam mencari narasumber yang sesuai dengan topik dan sudut pandang yang diangkat. Meskipun demikian, kerja keras tersebut akhirnya membuahkan hasil. Tiga hari sebelum peluncuran resmi, Zine Lawan telah terbit secara digital melalui situs web Suara Mahasiswa. Akhirnya, kini Zine Lawan tersedia dalam dua versi: digital dan fisik.

Baca juga: Bincang Zine dengan ASAS dan ELF sebagai Media Bersastra

Diskusi Publik: Mengulik Makna Reformasi yang Sebenarnya
Diskusi publik mengenai reformasi bersama ketiga narasumber, yaitu Daniel Himantara, Heri Pramono, dan Herry Sutresna alias Kang Ucok pada Sabtu, 19/04/2025. (Sumber: Literat/Nabil Atiqi)
Diskusi publik mengenai reformasi bersama ketiga narasumber, yaitu Daniel Himantara, Heri Pramono, dan Herry Sutresna alias Kang Ucok pada Sabtu, 19/04/2025. (Sumber: Literat/Nabil Atiqi)

Setelah peluncuran Zine Lawan, acara dilanjutkan dengan diskusi publik yang diawali dengan pertanyaan, “Apa itu reformasi?” Dalam hal ini, Daniel Himantara dari Neo Historia menyampaikan bahwa reformasi tidak pernah benar-benar lahir, yang terjadi hanyalah pergantian kekuasaan. Menurutnya, hadirnya Zine Lawan dapat menjadi kekuatan kita untuk berusaha bertahan di tengah kondisi negara yang “sakit” ini.

“Dengan hadirnya majalah ini artinya kita tenggelam tapi tetap berusaha untuk melihat cahaya di atas sana.” Ucap Daniel.

Selaras dengan pendapat tersebut, Heri Pramono dari LBH Bandung menyoroti bahwa reformasi hanya kesemuan belaka. Ia mengingat bahwa pelanggaran HAM masih saja terjadi pada era reformasi ini. Bahkan, terkadang negara sendiri yang membiarkan pelanggaran itu berlalu tanpa keadilan.

“Sebagaimana yang kita lihat aktor-aktor pelanggaran HAM pada masa Orde Baru tetap hidup dengan tenang tanpa dihantui rasa takut.” Ungkap Heri. 

Herry Sutresna alias Kang Ucok dari Grimloc Records pun menganggap bahwa reformasi adalah sebuah kegagalan

“Soeharto memang turun, tapi prinsip-prinsip Orde Baru itu masih tetap ada, contohnya saja Dwifungsi ABRI yang belum sepenuhnya terhapuskan.” Ujar Kang Ucok.

Zine Lawan sebagai Sikap dan Harapan

Berdasarkan hal tersebut, kita tahu bahwa peluncuran Zine Lawan bukan sekadar sebuah acara, melainkan juga sebuah sikap. Respon positif terhadap acara ini juga datang dari Cut Kumala, mahasiswi dari FISIP Unjani, “Acara ini menarik karena memang hal ini adalah sesuatu yang harus diperjuangkan, jadi dengan hadir di sini merupakan bentuk apresiasi dari kami karena Suara Mahasiswa sudah berani untuk membuat karya itu.”

Dengan diresmikannya peluncuran Zine Lawan, Syifa sebagai Pimpinan Redaksi berharap ini bisa menjadi secercah harapan untuk kita. Sekaligus, menyadarkan kita bahwa tidak ada yang berjuang sendiri dalam menghadapi “Orde Paling Baru” ini.

Penulis: Alya Khairina Hartono & Azila Fitria Ramadhani
Editor: Muhammad Hilmy Harizaputra

Baca juga: Vandalisme Tidak Lahir dari Ruang Hampa, Tembok Menjadi Saksi Kecacatan Demokrasi