Kita semua tahu, bahwa setiap bulan oktober, Indonesia tengah memperingati hari-hari penting, contohnya ialah Hari Kesaktian Pancasila serta Hari Batik Nasional. Selain itu, hari bersejarah lainnya juga kita peringati pada bulan ini, yaitu Hari Sumpah Pemuda, yang mana hari istimewa tersebut menjadi tonggak sejarah lahirnya perayaan yang berkaitan dengan bahasa dan sastra, atau lebih akrab kita dengar sebagai Bulan Bahasa dan Sastra.
Namun, memang pada faktanya, sebagian besar masyarakat belum banyak mengetahui perihal peringatan Bulan Bahasa dan Sastra di Indonesia. Selain dari orang-orang yang berkecimpung di dunia akademisi serta pengamat kebahasaan, masyarakat awam masih banyak yang tidak tahu, bahkan tidak tertarik dengan perayaan bulan bahasa. Lantas, seperti apa, sih, sejarah awal dari bulan bahasa itu sendiri?
Awal mula Bulan Bahasa dan Sastra lahir tidak lain ialah dengan adanya peristiwa Sumpah Pemuda yang terjadi pada 28 Oktober tahun 1928.
Permasalahan pun muncul seiring adanya perbedaan bahasa dari setiap daerah di Indonesia, yang mana ini semua terjadi saat para pemuda mengalami kesulitan untuk berkomunikasi satu sama lain.
Lalu, diselenggarakanlah Kongres Pemuda II. Para pemuda yang hadir dari berbagai daerah pun sepakat merumuskan sebuah kesepakatan bersama yang dikenal dengan nama Sumpah Pemuda.
Bulan Bahasa dan Sastra ini diadakan secara rutin mulai dari tahun 1980 hingga sekarang. Tujuan dari diperingatinya kegiatan Bulan Bahasa dan Sastra ini tidak lain untuk mempertahankan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bagi nusantara. Berbagai kegiatan seringkali dilakukan oleh instansi, mulai dari menyelenggarakan lomba yang berkutat dengan bahasa dan sastra, pameran seni rupa, hingga peningkatan kualitas bahasa Indonesia pada khususnya.
Di lingkungan kampus UPI sendiri, Himpunan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia (Hima Satrasia), Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (FPBS) kerap kali menggelar sebuah acara tiap tahunnya bertajuk “Gebyar Bahasa dan Sastra Indonesia (GBSI)” yang melibatkan pelajar, mahasiswa, serta umum sebagai peserta. Di dalam gelaran tahunan tersebut, berbagai macam bentuk kegiatan dihadirkan oleh Hima Satrasia sebagai wadah untuk para peserta dalam menyalurkan bakat dan kreativitas mereka. Contoh dari bentuk kegiatan yang pernah dihadirkan tiap tahunnya antara lain Kirab Bulan Bahasa yang bertujuan untuk merefleksikan kembali Sumpah Pemuda 1928 dalam bentuk kirab (parade), Lomba Tulis Cerpen, Lomba Baca Puisi, Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI), serta menghadirkan pula Bazar yang menjadi media promosi dan publikasi produk, baik bagi pengusaha, mahasiswa maupun umum. Harapan ke depannya semoga setelah berakhirnya pandemi kita bisa kembali melihat kegiatan penuh kreativitas ini dan seluruh masyarakat bisa menyalurkan kembali rasa cinta mereka terhadap bahasa dan sastra.
Pada akhirnya, kita sebagai masyarakat intelektual yang sadar betul akan pentingnya bahasa Indonesia tidak boleh lupa untuk terus memaknai Bulan Bahasa tiap tahunnya, ini adalah saat yang tepat untuk kita lebih peduli dan lebih merespons terhadap permasalahan bahasa dan sastra Indonesia saat ini.
Maka dari itu, mari kita rayakan bulan bahasa dan sastra Indonesia ini sebagai bentuk kepedulian kita terhadap bahasa dan sastra Indonesia!
Baca juga : Konversi Kampus Mengajar: Ada yang Iri Tapi Tak Dengki
Penulis: Fryan Septiansyah
Editor : Nenden Nur Intan