Gaya Bahasa Dapat Mencerminkan Kepribadian?
Pernah enggak, sih, kamu ketemu sama orang yang kalau ngobrol tuh rame banget, ekspresif, dan bisa buat suasana langsung hidup? Di sisi lain, ada juga orang yang lebih tenang, bicara seperlunya, dan lebih suka mendengarkan daripada jadi pusat perhatian. Nah, dua gaya komunikasi ini sering kali berkaitan erat dengan tipe kepribadian, yaitu ekstrovert dan introvert.
Dalam kehidupan sehari-hari, gaya bahasa menjadi salah satu cerminan kepribadian seseorang. Cara seseorang menyampaikan pendapat, merespons situasi, atau sekadar berbincang santai sering kali dipengaruhi oleh karakter dasar, termasuk kecenderungan ekstrovert atau introvert. Ekstrovert dikenal sebagai pribadi yang terbuka dan ekspresif, sementara introvert lebih reflektif dan cenderung memilih kata-kata dengan hati-hati. Perbedaan ini tidak hanya terlihat dalam interaksi sosial, tetapi juga tecermin dalam pilihan kata, intonasi, dan cara menyusun kalimat.
Suryabrata mengatakan bahwa tipe kepribadian berperan dalam membentuk pola reaksi individu terhadap lingkungan sosialnya (Komang & Yohanes, dalam Subtinanda & Yuliana, 2023, jurnal berjudul “Kepribadian Ekstrovert dan Introvert dalam Konteks Komunikasi Antarpribadi Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNTIRTA”). Hal ini menjelaskan mengapa gaya bahasa yang digunakan oleh ekstrovert dan introvert bisa sangat berbeda karena masing-masing kepribadian memiliki cara khas dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan.
Ekstrovert dengan Gaya Komunikasi Ekspresif
Individu dengan kepribadian ekstrovert cenderung menunjukkan sikap yang ramah, ceria, dan penuh semangat saat berkomunikasi. Mereka fasih berbicara, optimis, dan aktif dalam menjalin hubungan sosial. Gaya bahasa mereka biasanya spontan, ekspresif, dan penuh warna, serta cenderung menggunakan kata-kata energik dan intonasi dinamis. Menurut Subtinanda & Yuliana (2023, jurnal berjudul “Kepribadian Ekstrovert dan Introvert dalam Konteks Komunikasi Antarpribadi Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNTIRTA”), ekstrovert memiliki kecenderungan untuk bersikap impulsif hingga terbuka terhadap interaksi sosial.
Selain itu, ekstrovert juga menunjukkan keberanian dalam melanggar norma, memiliki toleransi yang tinggi terhadap tekanan, dan mudah terlibat dalam hubungan interpersonal. Burger (dalam Subtinanda & Yuliana, 2023, jurnal berjudul “Kepribadian Ekstrovert dan Introvert dalam Konteks Komunikasi Antarpribadi Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNTIRTA”) menambahkan bahwa ekstrovert merasa nyaman dalam situasi sosial yang ramai dan aktif sehingga gaya bahasa mereka mencerminkan dorongan kuat untuk berinteraksi dan mengekspresikan diri.
Hal ini tecermin dari pengalaman Jovita, seorang mahasiswi Bahasa dan Sastra Indonesia UPI yang memiliki kepribadian ekstrovert dengan tipe MBTI ENTJ,
“Aku tuh ekstrovert, tapi tetap tergantung situasi. Kalau ketemu orang baru yang skalanya lebih ‘rame’ dari aku, kadang aku jadi lebih banyak dengerin dulu. Tapi, aku enggak bisa jadi listener terus, apalagi kalau lawan bicaranya pendiam, aku pasti mulai duluan biar obrolan jalan. Kalau di tempat ramai, aku ngerasa hidup banget. Ketemu temen, keluar dari kosan, itu bikin aku semangat. Gaya bahasa aku juga beda tergantung siapa lawan bicaranya. Sama orang baru, aku jaga banget diksi dan image. Tapi, kalau udah kenal, aku bisa ceplas-ceplos, enggak mikirin kata-kata. Aku lebih suka ngobrol sambil tatap mata karena emosinya lebih dapat. Kadang, aku juga suka oversharing, terutama kalau lawan bicaranya pasif. Tapi, aku tetap sadar, kok, mana yang layak dibagi dan mana yang enggak,” jelasnya.
Pernyataan Jovita memperkuat karakteristik ekstrovert yang telah dijelaskan Feist & Feist dan Burger, yaitu gaya komunikasinya yang spontan, ekspresif, dan penuh energi mencerminkan dorongan kuat untuk berinteraksi dan membangun koneksi. Ia menunjukkan fleksibilitas dalam berkomunikasi serta mampu menyesuaikan gaya bahasa tergantung pada lawan bicara dan situasi.
Kecenderungannya terhadap komunikasi langsung, terutama dengan kontak mata, menegaskan bahwa aspek emosional dan dinamika sosial sangat penting bagi individu ekstrovert. Ia bahkan melakukan oversharing secara sadar demi menjaga kelancaran percakapan.
Introvert dengan Gaya Bahasa Tersusun
Sebaliknya, individu introvert lebih fokus pada stimulus internal seperti pikiran, suasana hati, dan reaksi pribadi. Mereka memiliki kesadaran yang tinggi terhadap pengalaman batin dan cenderung bersikap tenang, tertutup, serta berhati-hati dalam mengekspresikan diri. Gaya bahasa introvert biasanya lebih terstruktur, reflektif, dan minim ekspresi emosional yang berlebihan.
Feist & Feist (dalam Subtinanda & Yuliana, 2023, jurnal berjudul “Kepribadian Ekstrovert dan Introvert dalam Konteks Komunikasi Antarpribadi Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNTIRTA”) menyebutkan bahwa introvert cenderung pasif, teliti, terkontrol, dan kurang mudah bergaul dibanding ekstrovert. Mereka tampak pendiam, lebih suka menyendiri, dan menunjukkan hambatan dalam mengekspresikan perilaku secara eksternal. Dalam komunikasi, introvert lebih nyaman dengan interaksi yang terbatas dan mendapatkan energi dari waktu sendiri atau percakapan yang mendalam.
Hal ini tecermin dari pengalaman Helma, seorang mahasiswi Bahasa dan Sastra Indonesia UPI dengan kepribadian introvert bertipe MBTI INTP.
“Aku lebih suka mulai ngobrol dengan mendengarkan dulu, baru pelan-pelan masukin pertanyaan atau cerita pribadi biar obrolan tetap jalan. Di tempat ramai, aku bisa semangat kalau suasananya cocok, tapi tetap ada batas energi. Gaya bahasa aku juga beda kalau ke orang baru, jadinya lebih formal. Kalau ke orang yang udah kenal, bakal lebih santai. Aku juga lebih nyaman nulis daripada ngomong langsung. Lewat tulisan, aku bisa susun ide lebih runtut, lebih terfilter, dan enggak keburu terbawa emosi. Kalau soal oversharing, aku cenderung nahan diri karena mikirin kenyamanan orang lain,” jelasnya.
Pernyataan Helma memperjelas bagaimana karakteristik introvert tecermin dalam gaya komunikasi sehari-hari. Ia cenderung memulai percakapan dengan mendengarkan, lalu merespons secara perlahan dan terstruktur. Gaya bahasanya cenderung formal dan terkontrol saat berinteraksi dengan orang baru, tetapi menjadi lebih santai dan ekspresif dengan orang yang sudah dikenal.
Kecondongannya terhadap komunikasi tertulis menunjukkan kebutuhan untuk menyusun pikiran runtut dan menghindari gangguan emosi yang bisa muncul dalam percakapan langsung. Sikapnya yang cenderung menahan diri dari oversharing juga mencerminkan kesadaran tinggi terhadap kenyamanan lawan bicara dan kontrol diri yang kuat, yakni dua ciri khas introvert seperti yang dijelaskan Feist & Feist (dalam Subtinanda & Yuliana, 2023, jurnal berjudul “Kepribadian Ekstrovert dan Introvert dalam Konteks Komunikasi Antarpribadi Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNTIRTA”) bahwa introvert bersifat lebih tertutup dan terkontrol.
Pada akhirnya, baik ekstrovert yang spontan dan ekspresif maupun introvert yang reflektif dan terstruktur, masing-masing memiliki cara unik dalam menyampaikan pikiran dan membangun koneksi. Jadi, kamu termasuk tim yang suka ngobrol rame-rame atau tim yang lebih suka ngobrol di chat biar lebih terstruktur?
Baca Juga: Mengapa Kita Lebih Sering Curhat Menggunakan Bahasa Inggris?
Penulis: Fatiyyah Azzahrah
Editor: Laksita Gati Widadi