Rabu, 21 Agustus 2024 ramai akan postingan peringatan darurat dengan berlogo garuda background biru mulai tersebar secara masif . Postingan tersebut menunjukkan indonesia sedang tidak baik-baik saja dikarenakan DPR mulai terang-terangan untuk mengacak-acak konstitusi yang telah ditetapkan. Peringatan darurat ini menjadi satu-satunya momentum yang membuat masyarakat tergerak turun langsung ke jalan untuk demonstrasi.
Pada Kamis, 22 Agustus 2024 di Bandung, ratusan mahasiswa dan berbagai elemen masyarakat berkumpul di Gedung DPRD Jawa Barat. Mereka ingin menyuarakan haknya sebagai warga negara. Masyarakat menilai bahwa DPR telah sewenang-wenang ingin merevisi UU Pilkada 2024. Sehingga menyebabkan kemurkaan besar atas tindakan pemerintah yang dengan gamblangnya mengotak-atik ketetapan MK.
Baca juga: RUU Penyiaran: Merdeka untuk Siapa?
ALIANSI MAHASISWA DALAM DEMONTRASI
Di sisi lain, Aliansi Mahasiswa UPI ikut serta dalam aksi di gedung DPRD Jawa Barat. Ikut menyuarakan aksi dalam peringatan darurat yang terjadi saat ini. Mereka tiba pada pukul 12.06 WIB dengan membawa banner bertuliskan “Wujudkan Pendidikan yang Ilmiah, Demokratis & Mengabdi Pada Rakyat”. Hal tersebut merupakan keresahan yang dialami mahasiswa UPI atas kewenangan yang terus mencekik kaum pelajar. Selain itu alasan mereka turun juga dikarenakan muak akan ketetapan MK yang terus didesak DPR mengenai pasal 7 ayat 2 UU Pilkada yang mengatur usia minimal calon kepala daerah yaitu 30 tahun untuk calon gubernur dan calon wakil gubernur. Ini menjadikan momentum mahasiswa untuk bersuara akan ketindasan yang dialaminya selama pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Aksi demonstrasi mahasiswa UPI pada Kamis (22/08/2024). (Foto: Literat/Saddam Nurhatami Umardi Putra)
Lalu tidak lama setelah itu, Aliansi Mahasiswa ITB hadir pada pukul 13.27 membawa banner bertuliskan “#Kawal Putusan MK” sembari berteriak “Revolusi” yang dalam KBBI artinya perubahan ketatanegaraan. Mahasiswa menyadari keadaan darurat indonesia yang konstitusinya sedang dipermainkan oleh DPR. Meloloskan segala cara untuk memajukan Kaesang sebagai Wakil Gubernur dengan mendesak MK untuk membahas RUU Pilkada hanya dalam satu malam.
Mahasiswa tidak sembarang turun ke jalan. Mereka mempunyai motif yang sama dalam memperbaiki sistem indonesia yang telah diatur seenaknya oleh pemerintah. “Benteng terakhir kita itu konstitusi. Kita semua turun aksi karena sudah muak dengan pemerintahan saat ini yang tidak berpihak pada rakyat dan selalu mendobrak konstitusi” ujar Bara selaku mahasiswa yang ikut serta dalam demonstrasi.
Baca juga: Sastra Cyber : Antara Peluang dan Ancaman
Hadirnya mahasiswa dan elemen masyarakat juga bukan hanya menyuarakan tentang RUU Pilkada, juga mengenai isu dago elos yang bertahun-tahun, isu uang kuliah pendidikan yang tinggi, kapitalisme yang merembet dan merugikan rakyat. Pemerintah seperti tutup mata akan aksi yang dilakukan oleh ratusan mahasiswa di Bandung. Bahkan, mereka tetap menunggu respon dari dalam gedung DPRD sambil melakukan orasi dengan membakar ban. “Kita di sini untuk membela kebenaran, bukan kejahatan. Kejahatan akan menang ketika yang benar tidak melakukan apa-apa”. ujar mahasiswa yang sedang orasi.
PERINGATAN DARURAT AKSI MASYARAKAT
Pukul 15.04 aksi mulai memanas, sejumlah massa mulai memotong kawat gerbang DPRD dan melemparkan berbagai sampah ke dalamnya. Keadaan mulai chaos ketika massa melemparkan petasan ke arah gedung. Diduga para polisi mulai keluar dan berpencar ke berbagai titik jalan.
Aksi demonstrasi massa didepan gedung DPRD pada kamis (22/08/2024). (Foto: Literat/Saddam Nurhatami Umardi Putra)
Pukul 15.32 sebagian massa sudah mulai meninggalkan gedung DPRD dikarenakan ada dugaan tembakan peringatan. Hal tersebut membuat beberapa mahasiswa memilih untuk mundur sebelum keadaan benar-benar semakin parah. Sebagian dari mereka ada yang mengungsi ke tempat yang aman. Namun, masih ada sebagian massa yang tetap berada di gedung DPRD hingga sore usai.
Situasi sudah semakin parah. Pukul 18.08 WIB di gedung dprd jabar, pagar berhasil dijebol massa. Mulai ada beberapa perlawanan dengan polisi. Polisi mengeluarkan gas air mata untuk mencoba menghentikan massa, sampai terjadi kejar-kejaran hingga merembet pada kekerasan fisik. Ratusan korban mengalami luka. Beberapa sempat dilarikan ke Rumah sakit Hasan sadikin. Bahkan, beberapa massa sudah ada yang ditangkap dan diamankan oleh pihak polisi.
Kemudian pada pukul 20.38 WIB kondisi sudah mulai mereda. Dipastikan kegaduhan antara massa dengan polisi sudah tidak ada. Namun, tetap saja korban yang berjatuhan sangat banyak.
Melihat massa yang membludak, tentunya aksi ini akan terus berlanjut pada hari berikutnya. Ajakan seruan dari BEM SI Jabar mengajak mahasiswa pada tanggal 23 Agustus 2024 pukul 13.00 untuk turun bersama dengan memakai almamater masing-masing universitas. Hal tersebut merupakan aksi unjuk rasa terhadap peringatan darurat.
Penulis: Saddam Nurhatami Umardi Putra
Editor: Diana
Baca juga: Kala Senja Menyelimuti Senayan