Langgam: Sebuah Paradigma Sosial, merupakan pementasan teater yang diadakan oleh UKM Lakon. Kali ini mereka mementaskan tiga judul teater: “Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi”, “Nyonya-Nyonya” dan “Seksa”. Pementasan tersebut dilakukan pada tanggal 17, 18 dan 19 Desember 2019 dengan dua sesi (15.30 dan 19.30) bertempat di Auditorium Gd. Geugeut Winda Lantai 2. Para aktornya dari Mahasiswa Baru, Angkatan 2019.
Pementasan teater kedua Lakon diadakan pada hari Rabu (18/12), mereka mengambil judul “Nyonya-Nyonya” karya Wisran Hadi dan disutradarai oleh Nizar Junar. Terdapat enam tokoh di dalam cerita tersebut, Fatimah (Putri Cantika), Tuan (Hafiz), Rodiah (Rara Shinta Dewi), Karimah (Nia Ramadhani), Zaenab (Tiara Razak) dan Istri Tuan (Latifah Cahya Dewi).
Cerita bermula saat Tuan, seorang Melayu, mencoba meneduh di beranda Fatimah. Ia basah kuyup dikarenakan hujan. Fatimah, sang istri muda tuan rumah tersebut, merasa risih dengan kehadiran Tuan yang tanpa izin tersebut. Terdapat perdebatan di antara keduanya. Hingga akhirnya Tuan mencoba membeli dan menawar sebagian beranda tersebut untuknya. Dengan sangat terpaksa yang dibuat-buat Fatimah, akhirnya ia rela menjual sebagian beranda tersebut kepada Tuan, dan Tuan pun pergi. Setelah kepergian Tuan, Fatimah harus berhadapan dengan keponakan suaminya, Rodiah. Dia datang ke rumahnya untuk meminta bagian dari warisan encang-nya yang sekarang sedang dirawat karena menderita penyakit kanker lidah. Fatimah tidak tahu apa-apa soal warisan yang disimpan suaminya. Fatimah sempat diancam oleh Rodiah dengan sebilah pisau kecil, tetapi akhirnya Fatimah memberikan seluruh uangnya kepada Rodiah, yang tadi didapatkan dari hasil menjual sebagian berandanya kepada Tuan.
Baca juga: Pergelaran Cicing Cẻngcẻlak Abur Amarwatusata
Singkat cerita di tengah-tengah cerita, muncul tiga tokoh baru: Istri Tuan, Karimah dan Zaenab. Istri Tuan mendatangi rumah Fatimah dengan penuh amarah, karena Suaminya, si Tuan, diduga ada di rumah Fatimah dan selalu telat pulang. Ia mendapati suaminya sedang duduk di sofa yang sudah dibeli dan ditawarnya, dari harga 500 ke kesepakatan 700 ribu, dari Fatimah. Istri Tuan heran mengapa suaminya mau-maunya terus menerus membeli barang di rumah tersebut, bahkan ia mau membeli sofa yang harganya lebih mahal dari harga bekas.
Suaminya beralibi bahwa sofa tersebut diperuntukan untuk langganannya. Istrinya tak percaya dan membawa sofa tersebut ke rumahnya menggunakan becak, Tuan mengikuti istrinya. Setelah kepergian mereka berdua, muncul Karimah dan Zaenab si keponakan encang. Mereka memasuki rumah tanpa sepengetahuan dan kehadiran Fatimah, karena Fatimah sedang berada di atas. Mereka duduk di kursi depan meja makan. Motif mereka terlihat saat mereka mencoba mengancam suami Fatimah ke pengadilan dengan barang bukti berada di tangannya. Ia ingin mengambil bagian dari warisan tersebut. Fatimah yang sangat mencintai suaminya tak tega bila ia yang sedang sakit harus diadukan ke pengadilan. Akhirnya Fatimah memeberikan uangnya hasil menjual sofa tadi. Sebelum mereka berdua pergi, ada pembagian hasil oleh Karimah yang tidak merata dan Zaenab merasa tersinggung dengan hal itu. Setelah itu mereka pergi meninggalkan Fatimah.
Di akhir cerita, encang diceritakan meninggal dengan tangisan ketiga keponakannya di depan rumah Fatimah. Awalnya Fatimah sedang tidak ada di rumah dan mereka pergi. Tapi kedatangan mereka bertiga yang kedua kalinya membuat Fatimah, yang sedang berada di kamarnya bersama Tuan, kaget. Keponakan-keponakan mereka tetap menangis di depan pintu rumah Fatimah. Namun Fatimah tetap bergeming di kamarnya bersembunyi bersama Tuan. Tangisan mereka semakin menjadi-jadi sampai terdapat tangisan seseorang selain dari mereka bertiga. Rodiah merasa penasaran dengan tangisan tersebut dan berusaha untuk memberhentikan tangisan kedua saudarinya. Tangisan tersebut berasal dari Istri Tuan. Ia menangis karena menduga lagi suaminya pergi ke rumah Fatimah. Tangisan tersebut berhenti setelah sadar dan melihat bahwa di depannya terdapat tiga orang berbaju hitam, yaitu Rodiah, Karimah dan Zaenab.
Mereka berkata bahwa tak mungkin suaminya ada di rumah Fatimah dan akhirnya sang Istri Tuan pergi meninggalkan mereka dan melanjutkan tangisannya. Mereka bertiga lalu menangis lagi di depan pintu Fatimah. Fatimah yang merasa risih mendengar hal tersebut berusaha untuk turun dan menghampiri ketiga keponakan encang. Tetapi si Tuan yang tak sadar dan tak sabar menggoda Fatimah dan membujuknya agar berada di atas kasur. Mereka berdua sempat berdebat soal harga lagi, kali ini si Tuan ingin membeli kedua pasang kakinya. Ketiga keponakan encang yang mendengar hal tersebut tak tahu apa yang sedang terjadi dengan Fatimah, mereka berusaha mencuri dengar lewat celah pintu depan rumah. Sampai akhirnya terdengar teriakan Fatimah disebabkan oleh Tuan yang ingin berusaha bercinta dengan Fatimah. Mereka langsung menerobos masuk dan mengeluarkan senjata-senjata mereka yang berada di dalam tas dan menodong ke arah keduanya. Istri Tuan pun ikut lari ke dalam kamar Fatimah. Cerita berakhir dengan Istri Tuan yang pingsan melihat suaminya selingkuh dengan Fatimah.
Dalam cerita tersebut terdapat kritik-kritik yang bisa dipetik oleh penonton. Pertama, dari perebutan harta warisan dengan melakukan segala cara, termasuk penipuan. Ini dilihat dari sikap ketiga keponakan tersebut menipu dan mengancam Fatimah dengan pisau. Kedua, dari sikap Fatimah yang mata duitan dan mau menjual apa saja demi uang. Ketiga, sikap Tuan yang berusaha mendekati Fatimah dengan membeli barang-barangnya dan berselingkuh dari Istrinya.
Selain dari kritik sosial yang bisa diambil. Pementasan tersebut sangat menarik sampai penonton beberapa kali tertawa saat melihatnya. Komedi yang masih bisa dirasakan, walaupun latar waktu dalam cerita bukan tahun ini—terlihat pada kostum yang mereka kenakan modelnya terlihat lawas. Pencahayaan dan penataan musik yang pas membuat penonton merasa tertarik ke dalam suasana cerita. Dan yang paling terpenting, para aktor yang bisa memerankan perannya dengan sangat baik membuat pementasa teater tersebut patut diapresiasikan.
Di akhir pertunjukan, terdapat giveaway yang bisa didapatkan penonton dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dikeluarkan oleh MC. Hadiahnya merupakan tiket gratis Langgam untuk hari ketiga. Penonton diperkenalkan dan diperkenankan berfoto bersama para aktor setelah sesi giveaway selesai.
Baca juga: Pergelaran Sanggar Sastra 2019: Memanusiakan Hewan dan Menghewankan Manusia