Setelah hampir beberapa tahun menggunakan gaya yang berbeda, Hima Sastrasia kembali menghidupkan tradisi lama dengan menyelenggarakan Pengukuhan Anggota Baru (PAB) di alam terbuka pada 7-8 Desember 2024. Bertempat di Legok Haji Burangrang, acara ini diikuti oleh mahasiswa baru angkatan 2024 dengan tujuan membangun kolektivitas melalui kebersamaan dalam bungkus selimut alam yang hijau. Mengusung tema “Memupuk Rasa Kolektif dan Militan Demi Mewujudkan Organisasi yang Berkarakter Kritis dan Inovatif”, PAB kali ini diikuti banyak peserta dengan antusiasme semangat yang tinggi, sekaligus nostalgia bagi para anggota himpunan.
Di bawah payung alam, pepohonan rimbun dengan udara pegunungan yang segar, peserta PAB tahun ini dihadapkan pada tantangan yang menguji kemandirian sekaligus memperkuat ikatan antar anggota angkatan. Ketua Pelaksana PAB, Fariel, menjelaskan bahwa konsep PAB tahun ini merupakan upaya mengembalikan gaya lama Hima Satrasia yang secara historis selalu mengadakan kegiatan di alam.
“Kalau tahun lalu, angkatan 2023 lebih diarahkan untuk memahami manajemen program kerja, seperti membentuk tim dan menjalankan sebuah project bersama-sama menggunakan sistem Hima Satrasia, tahun ini, kami ingin menghidupkan tradisi lama Hima Satrasia yang selalu mengadakan PAB di alam,” ujarnya.
Baca juga: Menengok Uniknya PAB Gaya Baru
Menurutnya, perbedaan utama dari kedua konsep ini adalah fokus pembentukan kolektivitas. “Kami ingin membentuk kekolektivitasan mereka, karena ketika di alam, mereka hanya memiliki satu sama lain, mau tidak mau akan survive dengan saling mengandalkan angkatannya sendiri,” tambah Fariel.
Pemilihan Lingkungan Alam sebagai Lokasi PAB 2024
Fariel juga menambahkan bahwa lokasi alam dipilih tidak hanya untuk menghadirkan suasana nostalgia, tetapi juga dirancang untuk melatih kemandirian, kreativitas, dan rasa kolektivitas mahasiswa baru. Hal ini sejalan dengan visi misi dari Ketua Umum Hima Satrasia, yaitu meningkatkan kolektivitas. Ketika dibandingkan mana fokus yang lebih bisa untuk mencapai taraf kolektivitas, kegiatan ini lebih condong untuk dilaksanakan di alam.
Melihat sejarah Hima Satrasia melalui mata Desi fitriani, Ketua Umum Hima Satrasia saat ini, dia mengungkapkan bahwa sudah dari dulu gaya PAB memang berada di alam. Hal ini didasari oleh larangan mahasiswa bergiat di kampus saat era reformasi, ketika itu para mahasiswa tidak diperbolehkan melakukan kegiatan apapun, termasuk berkumpul dan berdiskusi, sehingga alam menjadi pilihan agar mahasiswa tetap bisa berekspresi lebih bebas.
“Itu sejarah awal kenapa PAB ke hutan, yang aku tahu di Hima Satrasia kayak gitu karena untuk nyiapin temen-temen berekspresi lebih bebas karena saat itu yang seperti ini dilarang,” jelasnya.
Baca juga: Metode Meningkatkan Minat Literasi: Pesta Buku Isola GBSI × Baca Bareng UPI
Desi Fitriani juga menyoroti perbedaan antara PAB angkatan 2023 dan 2024. Menurutnya, kegiatan di kampus tahun lalu berhasil membangun kolektivitas, tetapi sifatnya lebih terfokus pada output program kerja dan bukan kekeluargaan yang saling menjaga dan mendukung, sehingga keputusan untuk kembali ke alam didorong oleh tujuan tersebut.
Kegiatan-Kegiatan PAB 2024 dan Kesan Mahasiswa Baru 2024
Selama dua hari, peserta mengikuti rangkaian kegiatan yang dirancang memang untuk mengasah kemampuan berpikir kritis, kreativitas, inovatif, dan militansi mereka. Kegiatan pembuatan yel-yel, permainan kelompok, dan pos-pos pembelajaran, yang mana angkatan 2024 akan mempraktikkan materi yang telah dipelajarinya di LDKM (Latihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa).
Bagi mahasiswa baru angkatan 2024, PAB ini menjadi momen yang baik untuk mulai menerapkan semangat kolektivitas mereka. Salah satu wujud kebersamaan mereka terletak pada jargon, “Hidupkan Kebebasan,” yang lahir dari apa yang telah dirasakan oleh Nabil, Ketua Angkatan 2024, setelah pekan kedua LDKM. Jargon tersebut dianggap relevan dengan kondisi angkatan 2024 yang masih cenderung pasif dan ragu untuk mengekspresikan diri.
“Saya juga, kan, ngeliat kondisi anak 24 yang suka masih diem-diem, termasuk saya juga, Teh, masih takut bersuara karena saya mikirnya kalau ngomong harus selalu yang bagus banget gitu, Teh. Makanya jargonnya itu, ya, biar keinget aja, teh, anak 24 lebih bebas bersuara, bahkan berkarya,” ujarnya.
Baca juga: Senja Anugrah: Penutupan Gebyar Bahasa dan Sastra Indonesia
Kehadiran jargon ini menjadi pemantik bagi mahasiswa baru untuk saling mendukung. Dalam suasana alam yang jauh dari hiruk-pikuk kampus, mereka memiliki kesempatan untuk mewujudkan semangat kebebasan itu dalam kebersamaan yang lebih nyata.
Harapan Setelah Berakhirnya PAB 2024
Acara PAB diakhiri dengan prosesi pelantikan dan penyematan pin anggota baru 2024. Dengan wajah penuh haru, pecah tangis bahagia mereka sambil memberi dukungan satu sama lain, menandai awal perjalanan mereka sebagai bagian dari Hima Satrasia.
Dengan berakhirnya kegiatan ini, Hima Satrasia berharap mahasiswa baru angkatan 2024 mampu membawa semangat kolektivitas ke dalam organisasi. “Aku berharap setelah ini mereka bisa mengenal Hima Satrasia dengan baik dan ingin terus belajar karena Hima Satrasia dapat menjadi ruang yang baik ketika dimanfaatkan oleh orang-orangnya dan aku percaya bahwa kolektivitas yang dibangun di PAB ini akan menjadi tonggak penting untuk masa depan Hima Satrasia,” tutup Desi.
Penulis: Mimah Nur Baiti
Editor: Nabilla Putri Nurafifah