Kita tidak bisa menulis lagi, tentang penghapus

di senin yang sial, dan siang yang terjal
di depan toko maneken, asap hitam keluar tebal dari knalpot motor racing
kita membuka sebuah buku catatan
menatap halaman paling belakang yang kosong
dan seseorang dengan kaki pincang
berjalan membawa tas dagangan berisi sapu tangan

gerimis datang dengan tipis
setelah kemarin di kasur kita bertengkar, lagu mana yang paling pantas didengarkan ketika hujan
pelipis mata kita membengkak lara
saling tarung bercerita tentang ‘dampak dari lagu tersebut’ atau ‘apa yang melatarbelakanginya’

kita mengeluarkan kacamata hitam di saku jaket bagian dalam
memakainya dan melihat pantai dalam kepala kita
siang yang terjal
dan saat itu di pantai kita mengatakan ‘sialan’ setelah liburan tidak menghibur
karena hujan di tengah siang, debur ombak menghantam kapal kertas yang kita layarkan
berisikan catatan umpatan mengenai para penyair produktif

sekali lagi,
kita di depan toko maneken, melihat kegelapan dari kacamata
mata kaca dari hati membaca retak langit
putih awan dan kesialan lebih
hari senin
suatu siang yang gerimis
kita lebih terusik daripada mendapatkan panas terik di atas kepala kita

kembali lagi,
kita menatap halaman paling belakang yang kosong
kita masih menulis dengan pensil
siapapun dari kita mengeluarkan penghapus dari saku celana secara kebetulan
dengan kebetulan lagi penghapus itu jatuh ke sebuah genangan yang berlubang

kita saling menunduk
melihat noda tinta dari baju kita
seseorang dengan kaki pincang menawarkan sapu tangan
dan kita melupakan penghapus yang jatuh
gerimis berubah jatuh di mata kita

seseorang dengan kaki pincang
menjadi satu-satunya orang yang meneteskan air mata sebelum kita bercerita

Baca Juga: Inaugurasinema 2022: Kelahiran Karya Perdana Sineas Muda UKM Film Satu Layar

Penulis: Kelompok Introvert (Admin Ayam Nyesnyes)