Hari Sarjana Nasional: Ketika Pendidikan Tinggi Menemui Tantangan Pasar Kerja

Peringatan Hari Sarjana Nasional pertama kali digaungkan pada 29 September 2014 melalui cuitan “Selamat Hari Sarjana Nasional” pada akun Twitter (saat ini bernama X) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kemudian tagar #HariSarjanaNasional menjadi gerakan tahunan sejak itu. Sejumlah universitas dan komunitas akademik di Indonesia merayakannya sebagai simbol apresiasi para lulusan perguruan tinggi dan peran mereka dalam pembangunan bangsa.

Selain itu, peringatan ini juga bertepatan dengan kelahiran Raden Mas Panji Sosrokartono, orang yang menjadi sarjana pertama di Indonesia. Sosok yang merupakan kakak kandung Pahlawan Nasional Raden Ajeng Kartini ini menyelesaikan studinya dalam waktu dua tahun di Polytechnische School Belanda, jurusan Teknik Sipil tahun 1899. Beliau diakui sebagai salah satu intelektual paling cemerlang pada masanya sehingga mendapat julukan “Pangeran Jenius dari Timur”. 

Baca Juga: Teater “Lawan Catur”, English Literature Forum: Manipulasi Penguasa dan Bahasa sebagai Alatnya

Apakah Tantangan Dunia Kerja Seimbang dengan Jumlah Sarjana yang Dihasilkan?

Walaupun Hari Sarjana Nasional belum memiliki pengakuan resmi dan keberadaannya semu di masyarakat, peringatan ini seharusnya menjadi pengingat akan pentingnya peran pendidikan tinggi dalam perkembangan bangsa. Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah lulusan perguruan tinggi di Indonesia terus meningkat, sementara tantangan dunia kerja semakin kompleks. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2024, pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 7.194.862 di antaranya 871.860 jiwa berasal dari lulusan perguruan tinggi.

Dalam fenomena ini menunjukkan ketidakseimbangan antara jumlah lulusan sarjana dengan kesempatan kerja yang tersedia, serta tantangan era digital yang menuntut keahlian baru. Selain itu, pandemi COVID-19 2020-2022 memperparah situasi ini, banyak perusahaan yang memberlakukan freeze hiring (pembekuan rekrutmen) sehingga menurunkan kesempatan bagi para lulusan baru.

Data BPS menunjukkan bahwa sekitar 33% sarjana lulusan tahun 2021 belum mendapatkan pekerjaan di tahun pertama setelah lulus. Sementara dunia pendidikan terus mencetak ribuan lulusan setiap tahunnya, lapangan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi para sarjana justru semakin terbatas.

Apakah Hari Sarjana Nasional Penting?

Hari Sarjana Nasional seharusnya menjadi pengingat penting bagi para lulusan perguruan tinggi bahwa perjalanan tidak berakhir hanya ketika menerima ijazah. Pendidikan tinggi seharusnya tidak hanya bertujuan untuk membentuk individu yang kompeten secara akademik, tetapi juga dapat mengasah individu dalam beradaptasi dengan dunia kerja.

Melalui peringatan ini, diharapkan peran sarjana semakin diakui dengan para lulusan yang diharapkan mampu berkontribusi dalam pembangunan dan menyelesaikan persoalan di berbagai bidang. Pemerintah juga perlu memberikan perhatian lebih pada perbaikan sistem pendidikan dan masalah pengangguran di kalangan sarjana dengan menyesuaikan kurikulum terhadap kebutuhan industri dan meningkatkan program pelatihan yang relevan dengan dunia kerja.

Dengan demikian, Hari Sarjana Nasional tak sekadar simbolis, tetapi benar-benar menjadi momentum akan pentingnya pendidikan tinggi dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas, produktif, dan mampu bersaing di tingkat global.

Penulis: Mimah Nur Baiti
Editor: Diana

Baca Juga: Ambisi UPI, Fakultas Kedokteran dan Program Studi Ilmu Hukum