SURGA PEMBANGKANG

Sastra dalam garis besar berarti bahasa yang indah, gaya penyajian nya menarik, sehingga berkesan di hati pembacanya. Banyak contohnya dalam sastra Indonesia. Diantaranya adalah puisi, syair, pantun, cerpen, novel, dan sebagainya.

Sastra di Indonesia juga tentu memiliki fungsinya masing-masing dalam kehidupan. Sehingga, karya sastra yang dibuat oleh sastrawan pasti mengandung makna tersendiri. Salah satu hal yang terkandung dalam karya sastra, contohnya cerpen yang berjudul “Surga Pembangkang” karya Ken Hanggara yang dipublikasikan di laman daring milik Kompas.

Sebelum mengetahui makna yang terkandung dalam cerpen ini, diharuskan untuk melakukan penelitian terlebih dahulu. Tahap yang harus dilakukan adalah menentukan tempat dan waktu penelitian, jenis penelitian yang akan digunakan, dan teknik menganalisis data yang dilakukan secara mendalam.

1. Analisis Tokoh dan Penokohan

Tokoh yang ada dalam cerpen ini adalah tokoh Aku, Herman, Ibu, Bapak, Polisi Masa Depan, dan Sepuluh Prajurit.

Tokoh Herman adalah tokoh utama yang merupakan penggerak cerita. Beliau adalah seorang bajak laut.

“Ia laki-laki lurus pengangguran, yang sesekali pinjam motor teman untuk ngojek dengan upah seadanya, yang hampir selalu habis di malam harinya entah untuk apa.”  Kutipan tersebut adalah kutipan yang ada dalam cerpen yang diceritakan oleh tokoh Aku untuk sebagian penggambaran tokoh yang bernama Herman.

Tokoh Aku adalah tokoh utama yang merujuk sebagai cangkang raksasa. Seperti apa yang terdapat pada kutipan berikut, “Ia bajak laut dan aku cangkang raksasa.” (Ia disini merujuk kepada Herman).

Tokoh Ibu merupakan ibu dari tokoh Aku. Tokoh Ibu ini tidak menyetujui tokoh Aku berhubungan dengan tokoh Herman.

Tokoh Bapak dinarasikan oleh tokoh Aku dalam kutipan, “Bapak sudah bodoh dan pikun, dan tidak bisa diharapkan, hingga ia pun seakan tidak tahu perselisihanku dengan Ibu.

Baca juga: Merindukan Aksara yang Bersuara

Sesekali Ibu menyuruhku melihat Bapak. Kupandangi Bapak dengan seksama. Tak ada apa pun yang menarik di sana; hanya seonggok tulang bercampur kulit yang hitam dan bau hangus. Sekiranya orang yang tak tahu atau tak kenal Bapak, pasti menganggap beliau hantu. Ibu bilang, Bapak orang yang lurus saja tak becus memberikan hidup yang layak bagi kami. Ibu bilang, Bapak yang taat ibadah saja tak becus membuat kami lepas dari jerat masalah.”

Tokoh Polisi masa depan dinarasikan yang menjadi lawan dari Herman. Seperti yang ada pada kutipan berikut, “Polisi masa depan mencari sebelas orang yang dianggap bajingan tengik karena melanggar nilai moral di masyarakat.”

Tokoh Sepuluh Prajurit dinarasikan selalu berdampingan dengan Herman. “Begitulah, Herman dan sepuluh lelaki gagah perkasa tidur dalam cangkangku  pada suatu malam. Tubuh mereka hangat dan basah. Aku sesak napas karena tubuhku ini tidak terlalu luas untuk menampung terlalu banyak manusia.”

2. Analisis Latar

Latar tempat yang terdapat pada cerpen ini, yaitu di rumah tokoh Aku, di jalanan dan pasar, di kota kecil, di tempatku dan ruang tamu, dan di rumah sakit.

Latar waktu yang terdapat pada cerpen ini, yaitu pada hari menjelang kiamat, pada suatu malam, pada bulan kedua, dan malam ketujuh di musim hujan.

3. Analisis Semiotika

Berikut adalah ringkasan cerpen “Surga Pembangkang”.

Tokoh Aku diceritakan sebagai perempuan yang terlalu percaya kepada Herman. Ia jatuh cinta, sehingga selalu tunduk. Ia juga rela diusir oleh ibunya, lalu ikut Herman pergi untuk mencari pekerjaan ke kota dan berhenti sekolah kebidanan. Tokoh Ibu tidak pernah menyetujui hubungan mereka, karena Herman dianggap sebagai orang yang tak bermoral. Banyak saksi dalam cerita yang menceritakan tindak kriminal Herman. Namun, tokoh Aku tetap pada pendiriannya.

Herman sering datang ke tempatnya bersama sepuluh orang. Herman dan sepuluh orang tersebut merupakan buronan dari polisi masa depan. Polisi masa depan tugasnya menangkap orang-orang yang dianggap tak bermoral. Hal ini mengakibatkan Herman tidak dapat menetap bersama tokoh Aku. Akhirnya, tokoh Aku ditinggalkan Herman. Herman berpesan pada tokoh Aku jika ia rindu, pandanglah foto tokoh Herman dan jadilah bayi tanpa satu penutup pun dan begitulah sebaliknya. Sampai tokoh Aku dan tokoh Herman menikah dengan cara yang hanya para setan yang tahu.

4. Analisis Makna dan Simbol

Cerpen yang berjudul “Surga Pembangkang” ini, menceritakan tentang ketidakberdayaan perempuan terhadap lelaki yang dicintainya. Pembangkang di sini digambarkan oleh tokoh Aku yang telah membangkang kepada ibunya. Penulis cerpen secara tersirat mengangkat isu-isu feminisme dan sosialis. Bukan hanya soal perempuan yang diusung, tetapi juga sudut pandang lain dari moralitas dan kebebasan pergaulan. Akhir dari cerpen pun memberikan amanat tentang seorang anak yang selalu mendoakan kebahagiaan ibunya.

Baca juga: RASISME: PETAKA UNTUK CLARA

Penulis: Zahra Rahmawati