Minggu (19/4), Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia se-Indonesia (IMABSII) Jawa-Madura menyelenggarakan kegiatan “Cuka Kering” atau Curhat Terbuka Kelas Daring. Kegiatan yang diselenggarakan melalui aplikasi pesan singkat Whatsapp ini mengusung tema “Refleksi Peran Himpunan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia di Tengah Pandemik Covid-19”.
Dilatarbelakangi keinginan IMABSII untuk kembali menunjukkan eksistensi dan kebergunaannya, kegiatan ini berhasil menarik perhatian publik. Tercatat, 257 akun yang terdiri atas mahasiswa dari berbagai Himpunan dan Universitas menjadi peserta diskusi hari ini.
Kegiatan dimulai pada pukul 16.00 WIB. Siti Ummul Khoir (Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) membuka sekaligus memoderatori diskusi kali ini. Selanjutnya adalah pemaparan argumen dari pemantik. Kepala Departemen Pengembangan Organisasi IMABSII Jawa-Madura, Ade Safri Fitria (Universitas Tidar Magelang), bertugas memantik peserta agar berdiskusi. Argumentasi yang ia buat dituangkan dalam bentuk tulisan dengan judul, “Mampukah Himpunan Mahasiswa Bahasa dan/atau Sastra Indonesia Mempertahankan Diri di Tengah Pandemi?” .
Setelah sesi pemaparan, hadir sesi tanya jawab. Dimulai dengan pertanyaan dari Maulana (Universitas Islam Malang) yang menanyakan bagaimana seharusnya sikap himpunan dalam mempertahankan eksistensi di tengah Pandemik Covid-19. Disusul oleh Ahmad Nur Faizi (IKIP Siliwangi-Cimahi) yang menanyakan dampak positif dan negatif hadirnya Covid-19 bagi himpunan. Selajutnya adalah Iyan (Universitas Madura), ia menanyakan bagaimana peran pimpinan dalam menangani wabah pandemik ini. Lalu Sofi Andri Yani (Universitas Tidar Magelang) menanyakan bagaimana cara agar individu dalam organisasi masih bisa sadar akan perannya meskipun dalam kondisi pandemik Covid-19. Terakhir, Edy Mulyadi (Universitas Madura) menanyakan mampukah kita melewati masa pandemik ini dengan sebuah gerakan pemuda.
Baca juga: Kenal Dekat Lewat Debat Menuju Muma 2019
Setelah pertanyaan terkumpul, pemantik memberi tanggapan, begitupula peserta diskusi yang lain. Peserta diskusi aktif bertukar pikiran. Dimulai dengan menanggapi pertanyaan-pertanyaan tadi, kemudian meluas ke masalah-masalah lainnya seperti kaderisasi, keuangan, dan program kerja. Kegiatan diakhiri dengan kesimpulan dari pemantik. Kemudian, disusul oleh Moderator yang menutup diskusi ini pada pukul 20.10 WIB.
Peserta sangat antusias dan senang bisa memiliki ruang untuk bertukar pikiran dan berbagi keresahan. Peserta mengharapkan kegiatan seperti ini dapat terus dilanjutkan. Hal tersebut direspon oleh Kepala Departemen Pengembangan Organisasi.
“Insyaallah ada dan semoga dipermudah dan lancar. Rencananya, ke depannya sih akan ada kelas-kelas daring lanjutan dengan tema-tema baru tentunya,” Ujar Ade Safri Fitria yang akrab disapa Mbak Ade dalam wawancara melalui aplikasi pesan singkat.
Dalam kegiatan perdana ini, Mbak Ade merasa masih terdapat kekurangan yang mesti diperbaiki di kegiatan berikutnya.
“Ya, karena ini masih sangat perdana di wajah IMABSII, yah. Jadi saya rasa masih ada beberapa kekurangan.”
Di akhir sesi wawancara, Mbak Ade menyampaikan harapannya bagi para peserta diskusi.
“Semoga, sih, apa yang sudah tertuang di grup tersebut menambah ide dari teman-teman himpunan untuk mencari pondasi inovasi-inovasi gerak, seperti yang saya singgung di grup. Segala bahasan-bahasan kritis idealis teman-teman mampu direalisasikan. Semua tetap menjadi manusia yang bermanfaat dengan masing-masing peran sekalipun harus terkendala keadaan seperti saat ini. Kegiatan terus berlanjut dan berkembang.”