AKSI PENOLAKAN OMNIBUS LAW DI RANCAEKEK TIDAK SESUAI KESEPAKATAN

Kamis (08/10) ratusan massa dari mahasiswa dan empat organisasi buruh seperti FPPB-KASBI, SPSI, PEPPSI-KSN, dan GOBSI melakukan aksi penolakan UU Cipta Kerja di daerah Rancaekek dan gerbang Tol Cileunyi. Aksi ini adalah salah satu bagian dari mogok kerja yang dilakukan klas buruh sedari tanggal 6-8 Oktober 2020.

Aksi dimulai pukul 7 pagi hari dengan menggalang solidaritas klas-klas buruh lain ke setiap pabrik untuk turun ke jalan.

Kemudian massa mulai mobilisasi dari kawasan Rancaekek menuju gerbang Tol Cileunyi. Massa memblokade jalan, melakukan orasi terkait bagaimana Omnibus Law bisa membuat bangsa Indonesia dari berbagai sektor semakin menderita. Terlebih masyarakat tertindas.

Polisi dengan peralatan lengkap dan satu unit Watercanon berjaga di sana. Massa buruh dan mahasiswa tetap melakukan blokade sebagai bentuk kekecewaannya kepada keputusan yang diambil pemerintah tersebut.

Aksi tersebut berjalan tanpa konfrontasi atau kekerasan. Orasi silih berganti dari buruh ke mahasiswa. Mengingat Omnibus Law yang berdampak langsung pada beberapa sektor termasuk ketenagakerjaan dan pendidikan.

Gerakan elemen rakyat yang melebur ini disambut haru oleh masyarakat kawasan Rancaekek yang menonton di samping jalan dan memberikan dukungan kepada massa aksi. Namun di tengah atmosfer aksi yang semakin intens, tiga serikat buruh menarik mundur barisan tanpa memberikan konfirmasi yang jelas kepada massa lainnya.

Hal tersebut tentu membuat massa lainnya, mahasiswa dan buruh yang bertahan kecewa. Sebab di dalam konsolidasi semua elemen bersepakat akan memblokade tol Cileunyi hingga pukul 6 sore. Akibat hal tersebut aksi massa hanya dilaksanakan hingga pukul 2 siang.

Salah satu mahasiswa, Alvie, mengungkapkan kekecewaanya pada massa yang menarik barisan terlebih dulu. “Aku mengerti ada kekecewaan disini, karena di hari-hari sebelumnya kita membuat komitmen dan kesepakatan untuk terpimpin oleh buruh dan memblokade tol hingga magrib”, tutur Alvie.

Massa buruh dan mahasiswa yang bertahan mencoba melakukan negosiasi dengan pihak kepolisian untuk tetap maju dan memblokade kedua arah akses Bandung-Jakarta. Namun, karena berkurangnya jumlah, akhirnya massa lebih memilih untuk mundur karena pertimbangan resiko jatuhnya korban.

Koordinator aksi dari FPPB-KASBI, Pak Slamet, menyatakan alasan tidak menahan serikat buruh  yang mundur karena masing-masing organisasi tidak beraliansi  dan tidak ingin ada keributan antar serikat buruh. Pak Slamet juga mengatakan akan memberitahu mahasiswa bagaimana kondisi sebenarnya dan berharap kelas buruh, kaum tani, dan mahasiswa selalu berjalan bersama.

Sedangkan Presiden BEM REMA UPI, Elfa, berpesan untuk seluruh mahasiswa untuk tidak terkejut dengan aksi kemarin. Elfa juga mengajak masyarakat untuk berkomitmen untuk tidak berkompromi dengan pemerintah dan menyatukan perlawanan.

“Kita harus mampu memimpin diri kita agar tidak sama dengan pengkhianat. Elemen rakyat harus bersatu, tegaklah seperti di awal!”, tambah Elfa.

Setelah massa buruh dan mahasiswa membubarkan diri, mereka akan melakukan konsolidasi kembali untuk tetap menolak UU Cipta Kerja. Mereka juga berencana akan membawa massa yang lebih banyak  dari sebelumnya.

Baca juga: Kronologi Aksi Massa #TolakOmnibusLaw di Bandung